Header

"Selamat Datang Disitus Ical Pole Kegi"
Semoga Catatan Kuliah Ini Sedikit Bisa Membantu Teman-teman Terimakasih......

Jumat, 02 Desember 2011

Laporan Praktikum Perubahan Sosial

LAPORAN

PERUBAHAN SOSIAL PERTANIAN
PROSES ADOPSI INOVASI DAN KATEGORI ADOPTER (Penerima Inovasi)
DALAM USAHATANI PADI DI DESA GINUNGGUNG KECAMATAN
GALANG KEBUPATEN TOLITOLI

OLEH

NAMA NAMA
MUSTAPA
NPM. 90 101 055


STIP (5).JPG




PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIP)
YPP MUJAHIDIN TOLITOLI
2011





LEMBAR PENGESAHAN


JUDUL
:
PROSES ADOPSI INOVASI DAN KATEGORI
ADOPTER (Penerima Inovasi) DALAM USAHA
TANI PADI DI DESA GINUNGGUNG KECAMATAN GALANG
KELOMPOK
:
VI  (E N A M)
JURUSAN
:
PERTANIAN
PROGRAM STUDI
:
AGRIBISNIS



Tolitoli,    Juni 2011
Menyetujui
Dosen Pembimbing



NASRUDDIN, SP
NIDN.  0931127703












KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktek lapang ini. Judul laporan ini adalah Proses Adopsi Inovasi dan Kategori Adopter (penerima inovasi) dalam Usahatani Padi.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Bapak Nasruddin, SP, selaku dosen pengampuh mata kuliah Perubahan Sosial yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan-masukan dalam penulisan laporan ini, dan kepada teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaannya.
Terimakasih…......Wassalamualaikum Wr.  Wb………..




Tolitoli,     Juni 2011



Penulis







DAFTAR ISI

                                                                                                Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................   i
LEMBARAN PENGESAHAN .............................................................................   ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................   iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................   iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................   vi

I.                   PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................   1
1.2. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................   2
1.2.1.      Tujuan Praktek Lapangan ...........................................................   2
1.2.2.      Kegunaan Praktek Lapang .........................................................   2

II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perubahan Sosial Pertanian ..................................................   3
2.2. Macam-macam Perubahan Sosial Pertanian ...........................................
2.3. Komunikasi Dalam Perubahan Sosial Pertanian.....................................
2.4. Proses Perubahan Sosial Pertanian .........................................................
2.5. Proses Adopsi Inovasi ............................................................................
2.6. Kategori Adopter (Penerima Inovasi) ....................................................

III.             METODOLOGI
3.1. Penentuan Lokasi ...................................................................................
3.2. Penentuan Populasi ................................................................................
3.3. Penentuan Responden ............................................................................
3.4. Sumber dan Cara Pengambilan Data .....................................................
3.5. Analisis Data ..........................................................................................
3.6. Konsep Operasional ...............................................................................

IV.             GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANG
4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah .......................................................
4.2. Pembagian Wilayah Administartif .........................................................
4.3. Keadaan Penduduk ................................................................................
4.3.1.      Keadaan Penduduk Beradasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin            
4.3.2.      Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............
4.3.3.      Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................
4.4. Penggunaan Lahan Pertanian .................................................................
4.5. Komoditi yang Diusahakan Penduduk ..................................................
4.6. Keadaan Sarana dan Prasarana ..............................................................
V.                HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden...............................................................................
5.1.1.      Umur Responden........................................................................
5.1.2.      Tingkat Pendidikan ....................................................................
5.1.3.      Jumlah Tanggungan Keluarga ....................................................
5.1.4.      Pengalaman Berusaha Tani .........................................................
5.1.5.      Luas Lahan Usahatani ................................................................
5.2. Inovasi Yang Diadopsi ..........................................................................
5.3. Proses Keputusan Inovasi ......................................................................
5.4. Peranan Key Informan ...........................................................................

VI.             KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ............................................................................................
6.2. Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
LAMPIRAN ............................................................................................................


Tolitoli,     Juni 2011




Nasruddin, SP
NIDM. 0931127703














DAFTAR GAMBAR


       Halaman
1.        GAMBAR. 1    ..................................................................................................   19

2.        GAMBAR. 2   ...................................................................................................   20

3.        GAMBAR. 3   ...................................................................................................   20
































BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Inti dari setiap upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan, pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup yang mencakup banyak aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Karena itu, pesan-pesan pembangunan yang disuluhkan haruslah mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang memiliki sifat “pembaharuan” yang biasa disebut dengan istilah “inovativensess”.
            Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah serta didukung oleh partisipasi masyarakat ( Mardikanto, 1996 ). Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian, selain itu sektor pertanian juga berperan dalam penyediaan kebutuhan pangan bagi manusia. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan pada kebutuhan pangan, untuk itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan.
            Badan Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi, diantaranya varietas unggul yang sebagian diantaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, badan LITBANG Pertanian juga telah menghasilkan dan mengempangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi.
            Salah satu upaya dalam peningkatan produksi pangan adalah dengan menerapkan pola Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Pada dasarnya pengelolaan tanaman terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metode/strategi, bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara terpadu dan berkelanjutan. Melalui usaha tersebut diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani padi dapat ditingkatkan serta usaha pertanian padi dapat terlanjutkan (BPP Sukoharjo, 2008). Tujuan dari sistem ini adalah untuk meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan, dan efisiensi produksi dengan memperhatikan sumber daya yang ada, kemampuan dan kemauan petani.         
            Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompok tani yang dimaksud adalah kelompok tani yang dibentuk berdasarkan domisili atau hamparan, diusahakan yang lokasi lahan usahataninya masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru oleh petani lainnya.
Peranan masyarakat dalam kegiatan SL-PTT sangatlah diperlukan, tanpa ada partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut maka program tersebut tidak akan berjalan. Adapun fasilitas dalam SL-PTT berupa benih unggul, pupuk organik, pupuk anorganik serta bacteri chorin. Dalam penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti kendala yang dihadapi yaitu tidak semua petani mampu menerapkan sistem jajar legowo yang merupakan salah satu komponen teknologi dalam PTT untuk itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai partisipasi petani dalam kegiatan SL-PTT.
1.2.       Tujuan dan Kegunaan
1.2.1.      Tujuan Praktek Lapang
            Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan di kabupaten tolitoli adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengaruh inovasi yang diadopsi oleh petani terhadap hasil usaha taninya. Dan berapa lama inovasi tersebut di kembangkan.
2.      Untuk mengetahui pola tanam yang diterapkan dalam usaha tani setelah mengadopsi suatu inovasi, dan apa tujuan petani mengadopsi suatu inovasi/ teknologi tersebut.
3.      Untuk mengetahui apakah petani masih menggunakan zat-zat kimia setelah mengadopsi suatu inovasi teknologi untuk usaha taninya.

1.2.2.      Kegunaan Praktek Lapang.
            Praktek lapang ini diharapkan akan berguna bagi pihak yang membutuhkannya, antara lain sebagai berikut :
1.      Sebagai mahasiswa kita dapat lebih mengenal bagaimana cara mendekatkan diri kepada petani agar dalam pengambilan sampel untuk bahan penelitian selanjutnya bisa menjadi lebih mudah.
2.      Sebagai mahasiswa dapat menambah wawasan yang luas, agar diharapkan dapat menciptakan suatu teknologi baru melalui kreatifitas untuk usaha tani selanjutnya.
3.      Sebagai bahan informasi untuk praktikum selanjutnya.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Pengertian Perubahan Sosial Pertanian
            Bila dipandang dalam lingkup pertanian perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam sistem sosial masyarakat petani, baik struktur maupun fungsinya.
            Dan bila dilihat secara umum Perubahan sosial adalah segala perubahan padsa lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyrakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap-sikap dan pola prilaku diantara kelompok-kelompok didalam masyarakat.
            Banyak para sosiolog dan ahli-ahli lainnya yang mengemukakan tentang teori-teori perubahan sosial dan kebudayaan diantaranya :
            William F Ogburn, mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, sedangkan menurut  Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

2.2.      Macam-macam Perubahan Sosial Pertanian
            Ada beberapa macam perubahan sosial  jika dilihat dari beberapa pengertian yang berkaitan yaitu :
a.      Sumber Terjadinya Perubahan
1.      Perubahan Immanen yaitu perubahan yang bersumber dari dalam sistem sosial itu sendiri, perubahan immanen tersebut terjadi jika anggota sistem sosial menciptakan dan mengembangkan ide baru tanpa campur tangan orang lain.
2.      Perubahan kontak adalah perubahan yang bersumber dari luar sistem sosial, perubahan kontak tersebut terjadi jika sumber dari luar sistem sosial memperkenalkan ide baru.
Perubahan kontak dapat dibagi atas dua yaitu :
·         Perubahan kontak selektif yaitu perubahan yang terjadi jika anggota sistem sosial terbuka pada pengaruh dari luar dan menerima atau menolak ide baru berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan sendiri.
·         Perubahan kontak terarah dan terencana yaitu perubahan yang sengaja dengan adannya orang luar atau sebagian anggota sistem yang bertindak sebagai agen pembaharu yang secara insentif berusaha memperkebal ide baru dalam pencapaian tujuan yang di tetapkan.
b.        Perubahan Sosial dari penerima inovasi (teknologi) dalam Pertanian
            Perubahan sosial dari penerima inovasi dapat dibedakan atas dua yaitu :
1.         Perubahan Individual
Perubahan individual yaitu perubahan yang terjadi pada level atau unit individu, perubahan pada level ini banyak istilah yag digunakan antara lain : adopsi, akomudasi, sosialisasi biasa juga disebut perubahan makro.
2.         Peruabahan Sistem Sosial
Perubahan system sosial yaitu perubahan yang terjadi pada level sosial dan ada beberapa istilah yang sering digunakan antara lain : Adaptasi, modernisasi, integrasi, biasa juga di sebut perubahan makro.
2.3.      Komunikasi Dalam Perubahan Sosial Pertanian
            Berlo (1961) menegaskan bahwa, kejelasan komunikasi sangat ditentukan oleh keempat unsur-unsurnya, yang terdiri dari: sumber, pesan, saluran, dan penerimanya.
Bertolak dari konsep ini, maka proses adopsi inovasi ditentukan oleh kualitas penyuluhan yang mencakup: kualitas penyuluh, sifat-sifat inovasinya, saluran komunikasi yang digunakan, dan ciri-ciri sasaran yang meliputi: status sosial ekonomi, dan persepsinya terhadap aparat pelaksana kegiatan penyuluhan maupun program-program pembangunan pada umumnya (Rogers, 1969).
Saluran komunikasi yang digunakan
Secara konseptual, pada dasarnya dikenal adanya tiga macam saluran atau media komunikasi, yaitu: saluran antar-pribadi (inter-personal), media masa (mass media), dan forum media yang dimaksudkan untuk menggabungkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh saluran antar pribadi dan media masa. Tentang hal ini, media masa biasanya lebih efektif dan lebih murah untuk mengenalkan inovasi pada tahap-tahap penyadaran dan menumbuhkan minat. Sebaliknya, media antar pribadi biasanya lebih efektif untuk diterapkan pada tahapan yang lebih lanjut, sejak menumbuhkan minat sampai pada penerapannya. Berkenaan dengan itu, semakin banyak media yang digunakan oleh masyarakat, akan memberikan pengaruh yang semakin baik. Sebab, selain jumlah informassi menjadi lebih lengkap, biasanya juga lebih bermutu atau semakin memberikan kejelasan terhadap inovasi yang diterimanya.
Jika inovasi dapat dengan mudah dan jelas dapat disampaikan lewat media masa, atau sebaliknya jika kelompok sasarannya dapat dengan mudah menerima inovasi yang disampaikan melalui media masa, maka proses adopsi akan berlangsung relatif lebih cepat dibanding dengan inovasi yang harus disampaikan lewat media antar pribadi.
Sebaliknya, jika inovasi tersebut relatif sulit disampaikan lewat media masa atau sasarannya belum mampu (dapat) memanfaatkan media masa, inovasi yang disampaikan lewat media antar pribadi akan lebih cepat dapat diadopsi oleh masyarakat sasarannya.
Sumber Informasi Yang Dimanfaatkan
Gologan yang inovatif, biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, seperti: lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas yang terkait, media masa, tokoh-tokoh masyarakat (petani) setempat maupun dari luar, maupun lembaga-lembaga komersial (pedagang, dll). Berbeda dengan golongan yang inovatif, golongan masyarakat yang kurang inovatif umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh (petani) setempat, dan relatif sedikit memanfaatkan  informasi dari media masa.

2.4.      Proses Perubahan Sosial Pertanian
            Proses perubahan sosial tejadi akibat pengaruh perkembangan struktur sosial dan kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri. Adapun bentuk-bentuk perubahan sosial yaitu:
1.      Perubahan lambat dan perubahan cepat
2.      Perubahan kecil dan perubahan besar.
3.      Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak di kehendaki dan perubahan yang tidak direncanakan.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan yaitu:
a.       Sebab-sebab yang bersumber dalam masyrakat itu sendiri seperti
·         Bertambah atau berkurangnya penduduk petani
·         Penemuan-penemuan baru dalam petanian
·         Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat yang melakukan usahatani
·         Terjadinya bencana atau kerusakan hasil pertanian.
b.      Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat
·         Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar petani.
·         Perebutan tempat usahatani
·         Pengaruh pola pertanian masyarakat lain.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan Sosial Pertanian:
a.       Faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan sosial pertanian
- Kontak dari luar wilayah.
- Sistem pendidikan yang maju
- Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
- Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
- Penduduk yang heterogen
- Ketidakpuasan masyarakat terhadap tingkat penghasilan.
- Orientasi kedepan
- Nilai meningkatkan taraf hidup
b.      Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan Sosial Pertanian
- Kurangnya berhubungan dengan masyarakat-masyarakat lain
- Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
- Sikap masyarakat yang tradisionalistis
- Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
- Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
- Prasangka terhadap sesuatu yang baru/asing
- Hambatan ideologis
- Kebiasaan
- Nilai pasrah

2.5.            Proses Adopsi Inovasi
            Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai: ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu. Pengertian “baru” disini, mengandung makna bukan sekadar “baru diketahui” oleh pikiran (cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
            “Sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan”. (Mardikanto, 1988)”.
Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan ilmu penyuluhan pembangunan di Indonesia, studi-studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, terutama kaitannya dengan kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Bahkan, selama selang waktu 10 tahun, setidaknya ada dua karya disertasi yang mengkaji proses adopsi inovasi, yaitu yang dilakukan oleh Herman Soewardi (1976) dan Dudung Abdul Adjid (1985). Semakin pentingnya kajian tentang adopsi inovasi tersebut, antara lain disebabkan karena, sejak dimulainya “revolusi hijau” di Indonesia pada awal dasawarsa tujuhpuluhan, pembangunan pertanian lebih memusatkan perhatiannya kepada peningkatan mutu intensifikasi yang diupayakan melalui penerapan inovasi-inovasi, baik yang berupa inovasi-teknis (mulai panca-usaha, sapta-usaha, sampai sepuluh jurus teknologi) maupun inovasi-sosial (usahatani berkelompok, melalui Insus dan Supra Insus).
Tergantung kepada proses perubahan perilaku yang diupayakan, proses pencapaian tahapan adopsi dapat berlangsung secara cepat ataupun lambat. Jika proses tersebut melalui “pemaksaan” (coersion), biasanya dapat berlangsung secara cepat, tetapi jika melalui “bujukan” (persuasive) atau “pendidikan” (learning), proses adopsi tersebut dapat berlangsung lebih lambat (Soewardi, 1987). Tetapi, ditinjau dari pemantaban perubahan perilaku yang terjadi, adopsi yang berlangsung melalui proses bujukan dan atau pendidikan biasanya lebih sulit berubah lagi. Sedang adopsi yang terjadi melalui pemaksaan, biasanya lebih cepat berubah kembali, segera setelah unsur atau kegiatan pemaksaan tersebut tidak dilanjutakan lagi.
            Dilihat dari segi perubahan sosialnya proses adopsi inovasi melalui beberapa tahapan yaitu :
1.      Tahap kesadaran (awareness)
Dimana pada tahap ini, petani baru mengetahui adanya suatu inovasi sehingga menyadari bahwa inovasi tersebut dapat memperbaiki cara-cara mereka dalam berusaha tani sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan.



2.      Tahap menaruh minat (interesting)
Setelah petani mengetahui pentingnya suatu inovasi yang baru mereka terima dan sudah mulai menaruh minat terhadap inovasi tersebut, selanjutnya petani mengembangkan inovasi tersebut dengan mencari beberapa informasi yang berkaitan dengan inovasi yang mereka dapatkan baik melalui penyuluh petani yang lainmaupun terhadap media cetak dan media elektronik.
3.      Tahap penilaian (evaluation)
pada tahap ini petani yang mendapatkan informasi dan bukti-bukti yang telah dikumpul untuk menentukan apakah ide baru tersebut akan diadopsi atau tidak, maka diperlukan kegiatan “evaluasi” maksudnya untuk mempertimbangkan lebih lanjut apakah minat yang ditimbulkan perlu diteruskan atau tidak.
4.      Tahap mencoba (tryability)
pada tahap ini dihadapkan pada suatu problema yang nyata petani harus secara nyata menuangkan buah fikirnya tentang minat dan evaluasi ide baru dalam suatu kenyataan yang sebenarnya. Pemikiran itu harus dituangkan dalam praktek sesuai apa yang disebut dengan tahapan “mencoba” ide baru tersebut.
5.      Tahapan adopsi
Pada tahapan ini setelah petani sudah melakukan percobaan tahap inovasi yang ada dan inovasi tersebut dianggap cukup baik untuk diterapkan pada usaha taninya dalam skala yang cukup luas maka proses selanjutnya adalah pengambilan keputusan untuk mengadopsi inovasi tersebut.

2.6.            Kategori Adopter ( penerima inovasi)
            Menurut Rogers dan Shoemaker (1958) kategori petani penerima inovasi berdasarkan kecepatan adopsinnya dapat dibedakan atas :
Perintis (innovators),
Penerap dini (early adopters),
Penerap awal (the early majority),
Penerap akhir (the late majority ), dan
Penolak (laggard).
a.       Perintis (innovators):
pelopor/orang-orang yang pertama dalam suatu wilayah tertentu yang paling cepat mengadopsi suatu inovasi, memiliki rasa ingin tahu tinggi/curiousity, cenderung individualis. Dimana golongan petani yang selalu merintis, mencoba dan menerapkan teknologi baru dalam bidang pertanian, sehingga kebutuhan dalam usaha taninya terpenuhi.
b.      Penerap dini (early adopters):
orang yang cukup aktif dalam pembangunan desa, umur relatif muda, pendidikan cukup tingi, status sosial agak tinggi, disegani oleh anggota masyarakat. Dimana golongan petani yang lebih dini menyambut kedatangan para penyuluh kedesa yang akan menyebarkan dan menerapkan teknologi pertanian.
Sifat golongan penerap dini (early adopters) lebih terbuka dan lebih luwes, sehingga dapat bergaul lebih cepat dengan para petani umumnya, akan tetapi golongan ini umumnya hanya bersifat lokalit (hanya berhubunngan dengan keadaan setempat).
Golongan penerap dini (early adopters) biasanya mempunyai usaha tani yang luas, pendapatan lebih tinggi disbanding dengan rata-rata petani lainnya, secara umum mereka menjasi rata-rata orang-orang yang pertamam mencoba ide baru dan sekaligus bersedia memprakteknya.
c.       Penerap awal (the early majority):
Golongan penerap awal (the arly majority) adalah golongan petani yang menerima suatu inovasi setelah hampir rata-rata petani yang lain sudah menerima suatu inovasi tersebut.
Sifat dari golongan penerap awal (the late majority) merupakan sifat yang dimiliki kebanyakan petani, penerapak teknologi baru dikatakan lebih lambat dari kedua golongan diatas akan tetapi lebih mudah terpengaruh dalam hal teknologi baru yang telah diyakini dapat meningkatkan pendapatan usaha taninya.
Penerap awal (the early majority) sifat kehati-hatiannya cukup tinggi mereka takut gagal, oleh Karena itu golongan ini beru mengikutinya setelah jelas adanya kenyataan yang cukup meyakinkan, jarang diantara mereka sebagai opini leader.
d.      Penerap akhir (the late majority):
orang yang lambat menerima inovasi, kedudukan ekonominya rendah, kurang semangat dalam usahataninya, tergolong petani petani yang mau menerima suatu teknologi setelah hampir semua petani yang lain sudah menerima teknologi tersebut dalam kegiatan usaha taninya, lahan pertanian yang dimilikinya sangat sempit rata-rata dibawah 0.5 Ha oleh karena itu mereka selalu berbuat dengan waspada lebih hati-hati karena takut mengalami kegagalan.
e.       Penolak (laggards):
kaum kolot, usia tua, statis dan pasif terhadap perubahan, kurang rasional, mereka umumnya termasuk tradisional sehingga enggan untuk melakukan adopsi inovasi, masyrakat yang mempunyai corak laggard agak sulit untuk mengubah dirinya dengan hal-hal yang baru.
Golongan laggard biasanya petani yang berusia lanjut, berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya golongan ini bersifat apatis terhadap adanya teknologi baru.















BAB III
METODOLOGI

3.1.       Penentuan Lokasi
Praktek Lapang ini dilaksanakan di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah. Penentuan lokasi praktek berdasarkan metode purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Desa Ginunggung merupakan salah satu Desa yang cukup representative untuk praktek ini dimana masyarakat petaninya sangat maju dalam pengolahan lahan usahataninya, utamanya padi sawah. Waktu paraktek lapang ini dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2011.
3.2.       Penentuan populasi
Soekartawi (1991) mengemukakan populasi adalah jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan. Sedangkan Sugiyono (2004) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam praktek lapang ini di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli menentukan jumlah populasi yang terbatas, dari sekian banyak petani yang sudah mengadopsi inovasi teknologi dalam usaha taninya, dan sudah memiliki pengalaman selama 1 (satu) tahun 5 (lima) bulan, dan sudah mendapatkan hasil dari adopsi inovasi tersebut. Adapun populasi yang ditentukan hanya mewakili dari banyak populasi yang ada dan dijadikan sebagai sampel dalam praktek ini.

3.3.       Penentuan Responden
Soekartawi (1991) mengatakan bahwa  responden adalah contoh atau sampel dari anggota populasi yang terpilih menjadi obyek pengamatan. Di dalam praktek lapang ini menemui salah seorang petani dari kelompok tani “KARYA BARU” yang ada di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah yang sudah mengadopsi salah satu inovasi teknologi, responden di tentukan dengan disengaja, melalui kesepakatan yang disetujui.
3.4.       Sumber Dan Cara Pengambilan Data
Sumber data yang digunakan dalam praktek ini yaitu menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari petani dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan daftar kuisioner. Dalam praktek ini juga melakukan observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek dengan responden.

3.5.       Analisis Data
Miles da Huberman (1984) dalam Sutopo (2006) mengatakan bahwa dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya.
Dari beberapa data dalam praktek ini melalui wawancara dan observasi dengan petani, untuk melihat perkembangan yang diperoleh petani dalam mengadopsi suatu inovasi teknologi, serta cara penerapan dan pola yang digunakan dalam usahataninnya.
Petani membandingkan pola tanam jajar Legowo 4:1 dengan 2:1 dan pola tanam biasa.
Dalam praktek lapang ini di dapatkan informasi tentang perbedaan lahan yang sudah mendapatkan perlakuan inovasi teknologi dan yang belum mendapatkan perlakuan  inovasi dengan Peningkatan jumlah populasi padi.
Dalam praktek ini juga dapat dilihat bahwa lahan yang ada di dekat lokasi praktek tak terlepas dari serangan hama dan penyakit, di karenakan keseragaman petani dalam menanam bibit masih bervariasi, sehingga populasi hama dan penyakit masih bertahan. Akan tetapi tingkat kreatifitas petani dalam menanggulangi hama dan penyakit selalu ada dengan melakukan berbagai cara.

3.6.       Konsep Operasional
Batasan istilah yang digunakan  dalam praktek  lapang ini  adalah  sebagai berikut :
·         petani adalah responden yang melakukan aktivitas pengelolaan lahan dan pengadopsi inovasi pada usahatani.
·         Inovasi adalah sesuatu hal yang di anggap baru oleh petani, dan diadopsi untuk meningkatkan hasil usahataninya.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANG


4.1.       Letak Geografis dan Luas Wilayah
Pelaksanaan praktek ini dilakukan dirumah seorang petani yang ada di Desa Ginunggung Keacamatan Galang Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah, yang letak geografisnya yaitu, 80o “LU” KUD ANUTA KARYA, 20o-80o BT” Lokasi Persawahan Masyarakat, 60o “LS” Desa Sandana, 20o “BD → Jalan raya, dengan luas wilayah kira-kira sekitar 3500 m2

4.2.       Pembagian Wilayah Admistratif
            Desa Ginunggung adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri dari beberapa Dusun, dikenal  dengan sektor pertaniannya sangat maju, sehingga Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli dikenal sebagai lumbung padi terbesar ke 2 (dua) setelah Kecamatan Dampal Selatan yang ada di Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah.
            Salah satu  Desa yang ada di Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli sekaligus obyek dalam praktek lapang ini adalah Desa Ginunggung terletak  sekitar 12 km sebelah barat daya Kabupaten Tolitoli, Desa Gininggung berbatasan dengan Desa Lalos sebelah utara, serta Desa Ginunggung sebelah timur berbatasan dengan Desa Lantapatan, Desa Ginunggung berada di jalur lintas Kabupaten Tolitoli – Kabupaten Buol, Desa Ginunggunng dapat ditempuh dari  Kabupaten Tolitoli dengan mengendarai sepeda motor dalam waktu 30 menit. Dari Desa Ginunggung kebandar udara Lalos dapat ditempuh sekitar 15 menit.

4.3.       Keadaan Penduduk
            dari hasil pengamatan dalam praktek lapang ini Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah dihuni beberapa etnis suku, agama dan budaya, dimana jumlah bangunan sekitar ±45 % dari lahan yang ada, sedangkan yang ±55 % adalah lahan digunakan sebagai tempat  berusahatani sawah.
            Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli, sangat maju dalam bidang pertanian yang dapat dilihat dari aktifitas masyarakatnya sehari-hari, adapun keadaan penduduk yang dapat dilihat seperti :
4.3.1.      Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
            Dalam praktek lapang di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Toitoli kami belum dapat menyusun jumlah kelompok umur dan jenis kelamin, karena kami hanya mengambil data dari satu orang informan saja. Adapun data yang di dapat adalah pengaruh umur terhadap proses kerja dalam melakukan usahatani yaitu penduduk yang usia 20-56 tahun termasuk dalam kelompok produktif dan disesuaikan dengan keadaan responden yang ada dilapangan.
4.3.2.      Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
            Praktek lapang di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli, kami belum dapat menyimpulkan data keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan. Adapun data yang didapat hanya dengan membandingkan keadaan responden, dan dapat dilihat bahwa penduduk yang aktif di dalam proses pengolahan lahan usahatani yaitu penduduk yang sudah tidak melanjutkan pendidikan lagi.
4.3.3.      Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
            Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian berguna untuk mengetahui mata pencaharian sebagian besar penduduk, untuk selanjutnya juga berguna untuk menerapkan suatu program pembangunan yang menyangkut pemenuhan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
            Dalam praktek lapang di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli belum dapat disimpulkan keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian secara detail. Adapun data yang dapat dilihat hanya dari observasi dilapangan yaitu aktivitas penduduk di Desa Ginunggung sangat bervariasi, dimana penduduk tidak hanya terfokus pada satu kegiatan, dimana penduduk yang bekerja dilembaga Pemerintahan juga terlibat di dalam usahatani.




4.4.       Penggunaan Lahan Pertanian
            Sektor pertanian memerankan peranan penting dalam penyediaan pangan serta lapangan pekerjaan untuk rakyat. Adapun penggunaan lahan yang ada di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli sebagian besar lahan yang ada didataran rendah dimanfaatkan untuk berusahatani sawah.

4.5.       Komoditi yang Diusahakan Penduduk
Dalam praktek lapang di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli dapat dilihat dari data observasi bersama responden bahwa mayoritas penduduk Desa Ginunggung sangat maju dalam pengelolaan lahan  pertanian khususnya peningkatan produksi beras, salah satu bahan pokok yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

4.6.       Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam pertanian sangat penting bagi masyarakat petani untuk memperlancar kegiatan usahataninya. Adapun sarana yang dapat dijumpai dalam praktek di Desa Ginunggung Kecamatan Galang kabupaten Tolitoli, yaitu, petani melakukan pengolahan lahan dengan menggunakan mesin traktor salah satu alat modern dalam pertanian saat ini.








BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.       Identitas Responden
Dalam praktek lapang kami  mengambil data identitas salah  satu  responden yang bernama Nur Amin salah seorang petani dari salah satu kelompok tani yang sudah mengadopsi inovasi selama 1 (satu) tahun 5 (lima) bulan  yang ada di Desa Ginunggung Kecamatan Galang. Adapun data identitas reponden adalah sebagai berikut :
5.1.1.      Umur Responden
Dalam praktek ini ingin diketahui pengaruh umur petani terhadap pengembangan usahatani. Adapun data yang diambil menurut Nur Amin yang berusia 40 tahun, bahwa umur sangat berpengaruh pada tingkat kerja saat berusahatani, di usia pak Nur Amin sekarang tenaga sudah mulai berkurang, waktu ditempat kerja sudah tidak bisa bertahan lama, luas lahan yang dikerja dalam sehari tidak seberapa lagi.
5.1.2.      Tingkat Pendidikan
Pengaruh tingkat pendidikan terhadap pengembangan usaha tani, adapun dalam praktek  ini informasi yang didapat dari pak Nur Amin yang tingkat pendidikannya sampai pada SLTP , yaitu sangat berpengaruh, karena dapat menghitung jumlah bibit dan perkembangan jumlah populasi bibit padi yang ditanam dan membandingkan hasil yang didapat.
5.1.3.      Jumlah Tanggungan Keluarga
Dalam praktek lapang ini didapatkan informasi tentang jumlah tanggungan keluarga  responden. Adapun jumlah tanggungan keluarga pak Nur Amin yaitu 8 (Delapan) orang, dimana anggota keluarga pak Nur Amin sering terlibat dalam usaha taninya, yaitu didalam proses pemeliaraan, pemupukan, panen dan sampai pasca panen.


5.1.4.      Pengalaman Berusaha Tani
Pengaruh  pengalaman berusahatani terhadap peningkatan produksi, adapun dalam praktek  ini didapatkan informasi bahwa pengalaman adalah lamanya aktivitas berusahatani dan mengambil perbandingan-perbandingan tahapan untuk mencari yang terbaik dan sudah dilalui. Adapun pengalaman yang didapat oleh pak Nur amin dalam melakukan usahatani yaitu tentang cara penggunaan pupuk, menyesuaikan dosis racun atau pestisida yang akan digunakan agar pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan tidak terganggu.
5.1.5.      Luas Lahan Usahatani
Luas lahan adalah tempat yang sangat penting dalam melakukan budidaya tanaman untuk pertumbuhannya, atau tempat untuk melakukan pengolaha usahatani yang baik dalam membentuk jarak tanam. Adapun luas lahan yang dimiliki oleh Pak Nur Amin yaitu 2 (dua) hektar 80 are tempat untuk melakukan usahataninya. Dapat dilihat pada gambar berikut :
IMG_0758.jpg
Gambar 1.
Data primer, lahan responden untuk melakukan usahatani.Doc. Lap.


5.2.       Inovasi Yang Diadopsi
            Adopsi inovasi dalam pertanian yaitu upaya untuk mengembangkan sesuatu hal yang dianggap baru dalam mengelolah usahatani dan untuk meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan. Adapun inovasi yang diadopsi oleh responden yaitu cara dan pola tanam Legowo 2:1, menurut responden setelah melihat hasil dari pola yang digunakan saat ini responden akan terus berusaha untuk mengenal lebih dalam lagi. Adapun alat yang dibuat oleh petani untuk memudahkan dalam membentuk jarak tanam dapat dilihat pada gambar beikut :
IMG_0762.jpg
Gambar  2.
Data primer, alat yang digunakan petani untuk membuat jarak tanam.

5.3.       Proses Keputusan Inovasi
Manajemen dalam pertanian sangat penting untuk melakukan suatu hal dalam proses pengambilan keputusan untuk menghindari faktor-faktor yang akan terjadi dan diperlukan kesiapan yang matang. Adapun dalam proses keputusan yang diambil menurut responden yaitu diputuskan oleh petani itu sendiri.   

5.4.       Peranan Key Informan
            Peran key informan dalam bidang pertanian sangat penting untuk menyebar luaskan sesuatu informasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum dikenal petani lain, dan memberikan solusi yang berdampak positif bagi petani itu sendiri. Menurut responden pola tanam legowo 2:1  diperkenalkan oleh seorang penyuluh yang mendapat tuga di Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli yang bernama Budi Santoso, dengan cara memberikan pedoman pembelajaran yaitu Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), menggunakan metode memperkenalkan dengan cara mendemonstrasikan sambil ceramah, menurut responden metode ini sangat baik karena banyak informasi yang bisa didapatkan dan banyak solusi yang peroleh. Adapun harapan responden terhadap kebijakan pemerintah melalui key informan tersebut yaitu harga hasil produksinya distabilkan, agar tidak terjadi kecurangan dalam pemasaran.
  
data lapor 1.jpg
Gambar  3.
Data primer, papan demplot SL-PTT  petani di Desa Ginunggung Kecamatan Galang

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.       Kesimpulan
            Bertitik tolak dari rangkaian pembahasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan :
1.      Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan memberikan kebijakan-kebijakan melalui penyuluh untuk menyampaikan informasi kepada petani.
2.      Peranan masyarakat dalam kegiatan SL-PTT sangatlah diperlukan, tanpa ada partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut maka program tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
3.      Maksud dari sistem diatas adalah untuk meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan, dan efisiensi produksi dengan memperhatikan sumber daya yang ada, kemampuan dan kemauan petani.

6.2.       Saran.
1.        Diharapkan kepada kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan proses pemasaran hasil pertanian agar harga dan pengorbanan petani bisa sebanding sesuai yang diharapkan oleh petani.
2.        Diharapkan kepada instansi terkait agar supaya lebih memperhatikan keadaan petani, dengan memberikan fasilitas yang memadai sebagai dorongan kepada petani untuk melakukan aktivitas berusahatani dalam peningkatan hasil produksi.
3.        Diharapkan penyuluh lebih meningkatkan perannya sebagai pendamping petani sehingga petani mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi misalnya kesulitan dalam menerapkan jajar legowo.



DAFTAR PUSTAKA


Badan Litbang Pertanian,  2004.  Rancangan Dasar : Program Rintisan Dan Akselerasi Pemayarakatan Inovasi Teknologi (PRIMA TANI.  Badan Litbang Pertanian.  Jakarta.
Karsidi, Rafik.  2010.  Perubahan Sosial Dan Teori Pembangunan.  http:// rafik.Staff.uns.ac.id. Diakses tanggal 2 juni 2011.
Mardikanto, Totok.  1988.  Komunikasi Pembangunan.  Sebelas Maret University Press.  Surakarta.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008.  Inovasi Teknologi Padi. http:// www.litbang.deptan.go.id. Diakses Jum’at   Juni 2011
Roger, E.M.  and  F.F.  Shoemaker.  1971.  Communication of Innovation : A. Cross Cultural Approach.  The Free Press.  New York.
Soekartawi,  1991.  Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Jakarta. Penerbit Pustaka Sinar Harapan.
Sutopo,  H.B. 2006.  Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian). Sebelas Maret University Press. Surakarta.
THL TBP  Pertanian,  2008. SL-PTT ( Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu ).  http:// thl –tbp-pertanian blogspot. Com.  Diakses pada tanggal  28 juni 2011
















LAMPIRAN

IMG_0761.jpg  IMG_0759.jpg
1.      Lokasi praktek lapang disalah satu lahan kelompok tani “KARYA BARU yang ada di Desa Ginunggung Kecamatan Galang.
2.      Pondok milik responden yang akan dimintai keterangan.

IMG_0722.jpg  IMG_0719.jpg
3.      Mengamati keadaan lahan milik responden bersama dosen pembimbing
4.      Melakukan observasi dilahan petani sebelum proses wawancara dimulai.

IMG_0732.jpg   IMG_0729.jpg
5.      Proses wawancara dilakukan bersama peserta sambil mencatat semua informasi dari responden.
6.      Bapak Nur Amin, responden tempat mengambil informasi.

IMG_0749.jpg   IMG_0764.jpg
7.      Setelah proses observasi dan wawancara selesai peserta pamit dengan responden dan bersiap-siap untuk pulang.
8.      Dosen pembimbing dan Peserta dalam perjalanan untuk pulang.

Terima Kasih

1 komentar:

  1. Mas, saya bisa lihat contoh kuisoner nya ? saya lagi penelitian juga tentang topik ini . terima kasih

    BalasHapus