Masalah kemiskinan sebenarnya bukanlah satu masalah baru. Kajian tentang
kemiskinan telah dibuat sejak tahun 1800-an lagi. Antara yang terawal dan
penting ialah yang telah dibuat oleh Rowntree (1901). Berdasarkan kepada kajian
yang dijalankannya ke atas keluarga-keluarga di York, England dalam than 1899,
belie berpendapat bahawa mereka yang tergolong dalam kemiskinan utama ialah
keluarga-keluarga yang jumlah pendapatannya tidak cukup untuk mendapatkan
keperluan minima untuk mengekalkan kecekapan fizika.
B. Pengertian
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk
dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal
ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti
tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi
masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara
subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk
kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
• Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti
ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
• Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal
ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan
dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
• Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
1 Mengukur kemiskinan
Gambaran kemiskinan di Mumbai, India oleh Antônio Milena/ABr.
Templat:ImageStackRight
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan
Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang
konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh
dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah
jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori
per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per
hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001
1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi
kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari
$2/hari." Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan
ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada
periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis
kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga
mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti
tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi
ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah
pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi
kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam
pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk
menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara
berkembang.
2 Dalam mendefinisikan kemiskinan dari sudut kekurangan ini, ada dua pendekatan
yang sering digunakan, yakni pertama, perspektif ekonomi dan kedua, perspektif
sains sosial. Dari perspektif ekonomi kekurangan-kekurangan tersebut dikaitkan
dengan jumlah pendapatan yang diperoleh sama ada secara mutlak atau pun relatif.
Kemiskinan mutlak diukur dengan garis kemiskinan manakala kemiskinan relatif
diukur dengan membandingkan taraf agihan pendapatan dalam masyarakat
keseluruhannya. Dari perspektif sains sosial pula, kekurangan dikaitkan dengan
stratifikasi sosial masyarakat kerana golongan miskin adalah golongan yang
kekurangan dari segi kelas, status dan kuasa dalam hiraki masyarakat. Kedua-dua
pendekatan ini mempunyai penekanan dan penghuraian yang berbeza, tetapi saling
berkait dan lengkap melengkapi (Mohd Taib Dora 2000:14).
Antara kedua pendekatan ini, umumnya pendekatan mutlaklah yang paling
berpengaruh. Dalam pendekatan ini, definisi kemiskinan diukur melalui tahap
mutlak keperluan minima (absolute level of minimum needs) seseorang atau
sesuatu isirumah. Mereka yang hidup di bawah tahap mutlak keperluan minima ini
dianggap sebagai hidup di dalam keadaan miskin. Dalam kes ini, tahap hidup
minima dipastikan dalam bentuk tahap pemakanan, pakaian dan sebagainya, dan
pendapatan untuk memenuhi ini diambilkira semuanya. Kemiskinan mutlak dikatakan
berlaku apabila seseorang atau segolongan ahli masyarakat mempunyai pendapatan
yang tidak mencukupi untuk memenuhi keperluan asas mereka (Anand 1983:113; Syed
Othman Alhabshi 2000). Ketetapan mutlak ini diukur dengan garis kemiskinan. Di
Malaysia, dalam tahun 2000, garis kemiskinan ialah sebanyak RM467 sebulan bagi
isi rumah yang mengandungi lima orang ahli keluarga. Sekiranya sesebuah isi
rumah mempunyai pendapatan separuh daripada paras kemiskinan mutlak ini, ia
dipanggil sebagai kemiskinan tegar (Utusan Malaysia, 9 Ogos 2000).
Penyebab kemiskinan
Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
• penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
• penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
• penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
• penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
• penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
• penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
• penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
• penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
• penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
• penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
3 Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat
dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negera terkaya per kapita di dunia)
misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin;
yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih
gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
• Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
• Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
• Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Menghilangkan kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
• Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
• Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
• Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Berdasarkan catatan sejarah hampir 70% penduduk dunia yang miskin terdapat di
daerah pedesaan, dan pekerjaan pokoknya adalah pertanian (subsisten). Masalah
utama bagi mereka adalah bagaimana agar mereka tetap hidup? Inilah salah satu
persoalan pokok Negara dunia ketiga yang selalu menyita sebagian besar waktu
dalam melakukan pembangunan ekonominya, sebagaimana dialami Indonesia.
Masalah Kemiskinan di Pedesaan
Ada empat tanda-tanda kemiskinan yang dimaksud, yaitu :
1. mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki factor produksi sendiri.
2. mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
3. tingkat pendidikan pada umumnya rendah
4. banyak diantara mereka tidak mempunyai tanah.
Memang sangat sulit untuk menyebutkan dan menerangkansecara detail fakto-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kemiskinan itu? Karena disamping beragamnya factor-faktor yang menyebabkan, ternyata antara factor yang satu dengan yang lainnya juga saling terkait.
1. mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki factor produksi sendiri.
2. mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
3. tingkat pendidikan pada umumnya rendah
4. banyak diantara mereka tidak mempunyai tanah.
Memang sangat sulit untuk menyebutkan dan menerangkansecara detail fakto-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kemiskinan itu? Karena disamping beragamnya factor-faktor yang menyebabkan, ternyata antara factor yang satu dengan yang lainnya juga saling terkait.
Pembangunan Pertanian Sebagai Alternatif Strategi Unggul
Dalam kaitannya memilih pembangunan pertanian sebagai suatu strategi yang unggul, maka Negara-negara yang sekarang termasuk kelompok Negara maju terbukti pada awal pembangunan nasionalnya menggunakan strategi ini.
Pembangunan Pertanian di Indonesia
Pertanian di Indonesia pada umumnya dicirikan dengan masih banyaknya jumlah pertanian kecil. Ciri umum petani kecil itu adalah pemilikan lahan sempit, dan sumber pendapatan mereka umumnya tidak hanya berasal dari sector pertanian saja.
Dalam kaitannya memilih pembangunan pertanian sebagai suatu strategi yang unggul, maka Negara-negara yang sekarang termasuk kelompok Negara maju terbukti pada awal pembangunan nasionalnya menggunakan strategi ini.
Pembangunan Pertanian di Indonesia
Pertanian di Indonesia pada umumnya dicirikan dengan masih banyaknya jumlah pertanian kecil. Ciri umum petani kecil itu adalah pemilikan lahan sempit, dan sumber pendapatan mereka umumnya tidak hanya berasal dari sector pertanian saja.
1. Program peningkatan Produksi Pertanian
Keberhasilan program peningkatan produksi pertanian pangan terutama dilandasi
oleh keberhasilan program Bimas yang dimulai pada tahun 60’an.
2. Program Bimas dan Inmas
Dalam program bimas salah satu manfaatyang dapat dirasakan oleh petani yang berlahan sempit dengan pemilikan asset yang terbatas adalah komponen kredit. Sedangkan petani dalam program Inmas diartikan sebagai petani yang tidak memperoleh fasilitas kredit tetapi menggunakan teknik baru dalam pertanian.
3. Pelayanan KUD
Telah banyak disinyalir bahwa peranan Koperasi Unit Desa (KUD) belum dapat menjangkau masyarakat petani di Pedesaan. Pelayanan KUD meliputi pelayanan dalam menyediakan saprotan, pengolahan hasil, penjualan hasil, dan kegiatan lainnya.
4. Kebijakan Harga Pertanian
Kebijakan harga hasil pertanian merupakan salah satu kebijaksanaan yang secara langsung dapat mempengaruhi kesejahteraan petani. Kebijakasanaan harga khususnya untuk beras dan padi yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui penetuan harga tertinggi dan harga dasar gabah, terlihat telah mencapai sasaran yang diharapkan.
5. Diversifikasi Hasil Pertanian
Selama ini pemerintah terlalu menitikberatkan keberhasilan pertanian pangan, khususnya beras sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
Menuju Pertanian Tangguh
1. Kebijaksanaan Deregulasi
Penurunan atau pengurangan campur tangan pemerintah mengandung dua keuntungan. Pertama, kebijaksanaan deregulasi akan menempatkan sector pertanian pada posisinya yang tepat dalam proses pembangunan; yaitu memberikan kesempatan lebih besar kepada petani produsen untuk lebih berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, pengurangan campur tangan pemerintah berarti mengurangi beban anggaran pemerintah.
2. Program Bimas dan Inmas
Dalam program bimas salah satu manfaatyang dapat dirasakan oleh petani yang berlahan sempit dengan pemilikan asset yang terbatas adalah komponen kredit. Sedangkan petani dalam program Inmas diartikan sebagai petani yang tidak memperoleh fasilitas kredit tetapi menggunakan teknik baru dalam pertanian.
3. Pelayanan KUD
Telah banyak disinyalir bahwa peranan Koperasi Unit Desa (KUD) belum dapat menjangkau masyarakat petani di Pedesaan. Pelayanan KUD meliputi pelayanan dalam menyediakan saprotan, pengolahan hasil, penjualan hasil, dan kegiatan lainnya.
4. Kebijakan Harga Pertanian
Kebijakan harga hasil pertanian merupakan salah satu kebijaksanaan yang secara langsung dapat mempengaruhi kesejahteraan petani. Kebijakasanaan harga khususnya untuk beras dan padi yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui penetuan harga tertinggi dan harga dasar gabah, terlihat telah mencapai sasaran yang diharapkan.
5. Diversifikasi Hasil Pertanian
Selama ini pemerintah terlalu menitikberatkan keberhasilan pertanian pangan, khususnya beras sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
Menuju Pertanian Tangguh
1. Kebijaksanaan Deregulasi
Penurunan atau pengurangan campur tangan pemerintah mengandung dua keuntungan. Pertama, kebijaksanaan deregulasi akan menempatkan sector pertanian pada posisinya yang tepat dalam proses pembangunan; yaitu memberikan kesempatan lebih besar kepada petani produsen untuk lebih berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, pengurangan campur tangan pemerintah berarti mengurangi beban anggaran pemerintah.
2. Penelitian dan Pengembangan ( R&D )
Dalam bidang ini, antara lain perlu dipikirkan lebih awal persoalan-persoalan seperti menemukan bibit unggul untuk komoditas pertanian, termasuk penelitian untuk usaha-usaha peremajaan tanaman, serta irigasi di daerah yang memadai.
3. Perkembangan Agrobisnis
Dalam hal ini, sasaran utamanya adalah bagaimana mengoptimalkan kapasitas yang ada. Dalam kaitan ini diperlukan tindakan deregulasi terhadap hubungan dengan petani dalam memilih jenis tanaman yang akan diusahakannya.
Pengembangan industri pedesaan
Seperti halnya bidang pertanian, industri pedesaan juga harus memperoleh perhatian serius dalam upaya pembangunan pedesaan. Mengingat usaha tersebut merupakan alternative (komplemen) bagi usaha pertanian untuk turut serta dalam peningkatan pendapatan masyarakat desa.
BAB 12
STRATEGI INDUSTRIALISASI
STRATEGI INDUSTRIALISASI
Pendahuluan
Adanya perkembangan besar dalam ilmu ekonomi yang diciptakan oleh para penganut
Keynes, telah mendorong para sarjana dan ekonom yang berpendidikan barat dengan
antusiasme yang tinggi menganjurkan ditempuhnya strategi industrialisasi dengan
kebijaksanaan subtitusi impor (ISI).
Model dan Tahapan Industrialisasi
Dalam literatur – literatur pembangunan pada umumnya memandang dan mengartikan industrial sebagai proses yang mampu menghadapi masyarakat agraris yang statis menjadi masyarakat industri yang lebih dinamis. Biasanya proses tersebut dianggap sebagai syarat perlu atau necessary condition untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, menciptakan tenaga kerja yang lebih besar, menyesuaikan kebutuhan dasar manusia untuk penduduknya.
Strategi Industrialisasi Substitusi Impor
Pada bagian terdahulu telah disebutkan adanya tiga argument yang memperkuat dan mendukung perlunya dilakukan industrialisasi substitusi impor di Negara-negara sedang berkembang sebagai syarat yang perlu dalam perkembangannya.
Strategi Industrialisasi di Indonesia
Proses industrialisasi Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok-kelompok Negara berkembang yang berpendapatan menengah rendah (lower middle income countries). Untuk memahami dan mengetahui proses industrialisasi di Indonesia ada baiknya kita liat sejarah perjalanan industrialisasi di Indonesia pada masa pelita maupun sebelumnya.
Model dan Tahapan Industrialisasi
Dalam literatur – literatur pembangunan pada umumnya memandang dan mengartikan industrial sebagai proses yang mampu menghadapi masyarakat agraris yang statis menjadi masyarakat industri yang lebih dinamis. Biasanya proses tersebut dianggap sebagai syarat perlu atau necessary condition untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, menciptakan tenaga kerja yang lebih besar, menyesuaikan kebutuhan dasar manusia untuk penduduknya.
Strategi Industrialisasi Substitusi Impor
Pada bagian terdahulu telah disebutkan adanya tiga argument yang memperkuat dan mendukung perlunya dilakukan industrialisasi substitusi impor di Negara-negara sedang berkembang sebagai syarat yang perlu dalam perkembangannya.
Strategi Industrialisasi di Indonesia
Proses industrialisasi Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok-kelompok Negara berkembang yang berpendapatan menengah rendah (lower middle income countries). Untuk memahami dan mengetahui proses industrialisasi di Indonesia ada baiknya kita liat sejarah perjalanan industrialisasi di Indonesia pada masa pelita maupun sebelumnya.
BAB 13
STRATEGI PENGENTASAN KEMISKINAN
Pendahuluan
Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi pendapatan suatu masyarakat makin kecil proporsi penduduk miskinnya. Selain itu jumlah penduduk miskin juga tergantung pada corak distribusi pendapatan, makin tidak merata distribusi pendapatan makin besar presentase penduduk yang pendapatannya berada dinawah garis kemiskinan.
Kebijaksanaan dan Hasil yang Dicapai
Kemiskinan timbul karena ada sebagian masyarakat yang belum ikut serta didalam pembangunan sehingga belum dapat menikmati hasil pembangunan secara memadai. Keadaan ini disebabkan oleh keterbatassan dalam pemilikan dan penguasaan factor produksi sehingga kemampuan masyarakat dalam menghasilkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan belum rata dan belum seimbang.pelaksanaan pembangunan nasional yang di jabarkan dalam program pembangunan sektoral, regional, dan khusus.
Kebijaksanaan Dasar Pengentasan Kemisinan.
Kebijaksanan penanggulangan kemiskinan dapat di kategorikan dalam beberapa kategori :
1. Kebijaksanaan tidak langsung, kebijaksanaan tidak langsung di arahkan pada pencipta kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan.
2. Kebijaksanaan langsung, diarahkan kepada peningkatan peran serta dan produktifias sumber daya manusia, khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah, melalui penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan, serta perkembangan social ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat berpendapatan rendah.
3. Kebijaksanaan khusus (Program IDT), Arah dari kebijaksanaan khusus adalah mempersiapkan masyrakat dan meningkatkan kemampuan aparat daerah yang bertanggung jawab langsung dalam merencanakan , melaksanakan, memantau pelaksanaan program pembangunan, dan sekaligus memacu serta memperluas upaya untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi pendapatan suatu masyarakat makin kecil proporsi penduduk miskinnya. Selain itu jumlah penduduk miskin juga tergantung pada corak distribusi pendapatan, makin tidak merata distribusi pendapatan makin besar presentase penduduk yang pendapatannya berada dinawah garis kemiskinan.
Kebijaksanaan dan Hasil yang Dicapai
Kemiskinan timbul karena ada sebagian masyarakat yang belum ikut serta didalam pembangunan sehingga belum dapat menikmati hasil pembangunan secara memadai. Keadaan ini disebabkan oleh keterbatassan dalam pemilikan dan penguasaan factor produksi sehingga kemampuan masyarakat dalam menghasilkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan belum rata dan belum seimbang.pelaksanaan pembangunan nasional yang di jabarkan dalam program pembangunan sektoral, regional, dan khusus.
Kebijaksanaan Dasar Pengentasan Kemisinan.
Kebijaksanan penanggulangan kemiskinan dapat di kategorikan dalam beberapa kategori :
1. Kebijaksanaan tidak langsung, kebijaksanaan tidak langsung di arahkan pada pencipta kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan.
2. Kebijaksanaan langsung, diarahkan kepada peningkatan peran serta dan produktifias sumber daya manusia, khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah, melalui penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan, serta perkembangan social ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat berpendapatan rendah.
3. Kebijaksanaan khusus (Program IDT), Arah dari kebijaksanaan khusus adalah mempersiapkan masyrakat dan meningkatkan kemampuan aparat daerah yang bertanggung jawab langsung dalam merencanakan , melaksanakan, memantau pelaksanaan program pembangunan, dan sekaligus memacu serta memperluas upaya untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan.
a. Pengertian
IDT mengandung dua arahan penting, yaitu pertama, instruksi untuk mengkoordinasikan
semua program pembangunan sektoral, reginal, dan khusus yang ditujukan untuk
menanggukangi kemiskinan. Kedua, pemberian dana sebagai modal bagi masyarakat
desa miskn untuk membangun dirinya sendiri melalui kegiatan social-ekonomi yang
dapat meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan.
b. Tahapan
> Tahapan persiapan, telah dimulai dan akan berlangsung sampai dengan awal
dimulainya program IDT dalam tahun anggaran 1994/95.
> Tahapan pelaksanaan, program IDT dimulai tahun anggaran 1994/95 sampai
dengan akhir Repelita VI.
c. Pelatihan berjenjang
Pelatihan berjenjang dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat dan aparat yang
terkait dengan pelaksanaan IDT. Kegiatan pelatihan berjenjang di awali dengan
berbagai kesempatan menyaankan presepsi si antara aparat pemerintah di tingkat
pusat serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
d. Pendampingan
Pelaksanaan IDT berorientasi pada peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan
penduduk miskin dengan mengikutsertakan segala lapisan masyarakat dalam proses
pembangunan.
e. Komitmen Bersama
Strategi penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada peran serta dan produktifitas rakyat merupaakaan strategi yang berkesinambungan dan menumbuhkan kemandirian penduduk miskin.
e. Komitmen Bersama
Strategi penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada peran serta dan produktifitas rakyat merupaakaan strategi yang berkesinambungan dan menumbuhkan kemandirian penduduk miskin.
BAB VII
MASALAH KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, DAN LINGKUNGAN HIDUP
PENDAHULUAN
MASALAH KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, DAN LINGKUNGAN HIDUP
PENDAHULUAN
Pada periode tahun 1970-1980, tercatat 65 dari 66 negara sedang berkenbang yang
tingkat/laju pertumbuhan penduduknya lebih dari 1% per tahun, 17 negara
diantaranya mengalami laju pertumbuhan lebih dari 3% rata-rata per tahun.Lalu,
apa saja konsekuensi yang mesti diterima oleh Negara – Negara yang sedang
berkembang dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian cepat itu? Diantara
beberapa konsekuensi tsb, ada tiga hal yang perlu dicatat yaitu : 1) jumlah
angkatan kerja bertambah dengan cepat seiring engan cepatnya laju pertumbuhan
penduduk, 2) rendahnya kemampuan Negara – Negara yang sedang berkembang untuk
menciptakan kesempatan kerja tambahan, dan 3) semakin menurunnya daya dukung
lingkungan terhadap kualitas kehidupan. Masalah – masalah lanjutan yang muncul
kemudian adalah angka pengangguran semakin meningkat, urbanisasi, migrasi makin
menjadi – jadi, dan last but not least, angka kejahatan dengan berbagai bentuk
juga meningkat.
TEORI PERANGKAP PENDUDUK DARI MALTHUS
Reverend Thomas Malthus mengemukakan hubungan antara pertumbhan penduduk dan
pembangunan ekonomi pada tahun 1798 dalam artikelnya berjudul Essay on the
Principle of Population. Ia menjelaskan konsep hasil yang menurun (concept of
diminishing return). Para ekonom modern member nma ide Malthus ini sebagai
perangkap penduduk pada tingkat keseimbangan rendah (low level-equilibrium
population trap). Teori Malthus bisa dilukiskan dengan membandingkan bentuk dan
posisi kurva yang menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat
pertumbuhan pendapatan agregat dengan tingkat pandapatan per kapita. Dapat
ditemukan adanya 3 kritik utama terhadap teori Malthus dan Neo-Malthusian,
yaitu:
1. Teori tsb tidak memperhitungkan peranan dan dampak dari kemajuan teknologi
2. Teori tsb didasarkan kepada suatu hipotesis mengenai hubungan secara makro
antara pertumbuhan penduduk dan tngkat pendapatn per kapita yang tidak tahan
uji secara empiris
3. Teori tsb menitik beratkan pada variable yang keliru, yaitu pendapatan per kapita sebagai factor penetu utama tingkat prtumbuhan penduduk. Suatu pendekatan yang lebih baik dan lebih abash untuk masalah penduduk dan pembangunan ini terpusat pada ekonomi mikro dari proses pembatan keputusan ukuran keluarga setiap individual (dan bukan agregat), serta tingkat kehidupan menjadi factor penetu utama dari keputusan keluarga apakah akan mempunyai lebih banyak ata lebih sedikit anak.
3. Teori tsb menitik beratkan pada variable yang keliru, yaitu pendapatan per kapita sebagai factor penetu utama tingkat prtumbuhan penduduk. Suatu pendekatan yang lebih baik dan lebih abash untuk masalah penduduk dan pembangunan ini terpusat pada ekonomi mikro dari proses pembatan keputusan ukuran keluarga setiap individual (dan bukan agregat), serta tingkat kehidupan menjadi factor penetu utama dari keputusan keluarga apakah akan mempunyai lebih banyak ata lebih sedikit anak.
TEORI TRANSISI PENDUDUK
Teori transisi penduduk (demographic transition) berusaha untuk menjelaskan
mengapa semua Negara-negara maju sekarang ini kurang lebih melalui tahap yang
sama dalam sejarah kependudukan modern. Sebelum adanya modernisasi perekonomian
Negara-negara tersebut selama berabad-abad sebagai kmbinasi dari tingginya
tingkat kelahiran yang hamper sama dengan tingkat kematian. Tahap pertumbuhan
seperti ini termasuk dalam tahap I. tahap II mulai terjadi pada saat
modernisasi perbaikan kesehatan masyarakat, pendapatan yang lebih tinggi, dan
kualitas makan yang lebih baik, menyebabkan penurunan tingkat kematian dan
secara perlahan menaikan tingkat harapan hidup dari di bawah 40 tahun menjadi
lebih dari 60 tahun. Namun demikian, penurunan tingkat kematian tidak secara
langsung diikuti oleh penurunan tingkat kelahiran. Penurunan tingkat kelahiran
tahap III sebenarnya tidak di mulai pada abad XIX, tetapi beberapa dasawarsa
setelah pertumbuhan ekonomi modern terjadi dan lama setelah penurunan tingkat
kematian terjadi.
MIGRASI DAN PEMBANGUNAN
Beberapa tahun yang lalu migrasi dari desa ke kota di pandang sebagai hal yang
menguntungkan dalam kajian pembangunan ekonomi. Menurut Todaro (1985) migrasi
juga sering di anggap sebagai proses yang bisa menghilangkan ketidak seimbangan
structural desa-kota dengan dua cara langsung. Pertama, dari sisi penawaran
migrasi internal yang tidak proporsional meningkatkan tingkat pertumbuhan
pencari kerja perkotaan. Kedua, dari sisi permintaan, penciptaan lapangan kerja
perkotaan lebih sulit dari penciptaan lapangan kerja pedesaan.
1. Model transformasi tenaga kerja dari lewis
Model pembangunan pertama kali secara implicit memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota dikembangkan oleh Sir W. Arthur Lewis dan kemudian diperbaharui oleh John Fei dan Gustav Ranis . model dua sector dari lewis diterima sebagai teori umum dari proses pembangunan pada Negara-negara sedang berkembang yang mempnyai surplus tenaga kerja hampir selama tahun 1950-an dan 1960-an.
Model pembangunan pertama kali secara implicit memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota dikembangkan oleh Sir W. Arthur Lewis dan kemudian diperbaharui oleh John Fei dan Gustav Ranis . model dua sector dari lewis diterima sebagai teori umum dari proses pembangunan pada Negara-negara sedang berkembang yang mempnyai surplus tenaga kerja hampir selama tahun 1950-an dan 1960-an.
2. Teori migrasi dari todaro
Pada hakikatnya, teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik actual maupun potensial, membandingkan pendapatan yang mereka harapkan di perkotaan pada suatu waktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di pedesaan.
1. Migrasi terutama sekali di rangsang oleh pertimbangan ekonomis yang rasional.
2. Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung kepada perbedaan upah riil yang di harapkan dari pada yang terjadi antara pedesaan dan perkotaan.
3. Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
4. Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan sangat mungkin terjadi.
Pada hakikatnya, teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik actual maupun potensial, membandingkan pendapatan yang mereka harapkan di perkotaan pada suatu waktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di pedesaan.
1. Migrasi terutama sekali di rangsang oleh pertimbangan ekonomis yang rasional.
2. Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung kepada perbedaan upah riil yang di harapkan dari pada yang terjadi antara pedesaan dan perkotaan.
3. Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
4. Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan sangat mungkin terjadi.
3. Proses migrasi dan karakteristik para migran
Migrasi merupakan suatu proses memilih yang mempengaruhi indivdu-individu dengan karakteristik-karakteristik ekonomi, social, pendidikan dan demografis tertentu, maka pengaruh ekonokmis dan non ekonomis bisa berbeda-beda tidak hanya antar Negara dan wilayah tetpi juga di dalam daerah eografis dan penduduk tertentu. Penekanan-penekanan tersebt antara lain di tujukan kepada.
1. Factor-faktor social
Migrasi merupakan suatu proses memilih yang mempengaruhi indivdu-individu dengan karakteristik-karakteristik ekonomi, social, pendidikan dan demografis tertentu, maka pengaruh ekonokmis dan non ekonomis bisa berbeda-beda tidak hanya antar Negara dan wilayah tetpi juga di dalam daerah eografis dan penduduk tertentu. Penekanan-penekanan tersebt antara lain di tujukan kepada.
1. Factor-faktor social
2. Factor-faktor fisikal
3. Factor-faktor demografis
4. Factor- faktor budaya
5. Factor-faktor komunikasi
3. Factor-faktor demografis
4. Factor- faktor budaya
5. Factor-faktor komunikasi
MASALAH PENGANGGURAN
Pendapatan yang lazim di gunakan untuk mengukur tingkat penganguran di dasarkan
pada pengertian angkatan kerja. Metode pengukuran ketenagakerjaan yang di pakai
berasal dari Labor force Approach yang di perkealkan oleh ILO yang di gunakan d
banyak Negara berkembang. Beberapa pengertian yang berhubungan dengan pekerjaan
adalah sebaga berikut:
1. Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh pendapatan.
2. Menganggur adalah mereka yang tidak menpunyai pekerjaan dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
1. Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh pendapatan.
2. Menganggur adalah mereka yang tidak menpunyai pekerjaan dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
3. Bekerja tidak penuh adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam dalam
seminggu.
4. Kesempatan kerja adalah suatu tempat bagi seseorang angkatan kerja yang mendapatkan pekerjaan yang member imbalan.
5. Pendidikan adalah jenjang lamanya seseorang berada di sekolah formal.
Masalah dalam pengukuran tingkat pengangguran di Indonesia ternyata tidak otomatis teratasi, walaupun konsep kerja yang digunkana secara internasional sudah dapat di bandingkan.
4. Kesempatan kerja adalah suatu tempat bagi seseorang angkatan kerja yang mendapatkan pekerjaan yang member imbalan.
5. Pendidikan adalah jenjang lamanya seseorang berada di sekolah formal.
Masalah dalam pengukuran tingkat pengangguran di Indonesia ternyata tidak otomatis teratasi, walaupun konsep kerja yang digunkana secara internasional sudah dapat di bandingkan.
MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
Persoalan yang sering di kaitkan sebagai dampak dari pesatnya pertumbuhan
penduduk dan meluasnya pengangguran adalah masalah lingkungan hidup.
1. Menghormati dan Komunitas Kehidupan
Seluruh kehidupan di bumi adalah bagian dari sebuah system besar yang saling bergantung, yang mempengaruhi dan bergantung pada komponen-komponen dalam planet yang bukan makhluk hidup, batuan, tanah air,dan udara. Gangguan terhadap satu saja dari anggota biosfer ini dapat berpengaruh terhadap keseluruhan.
Seluruh kehidupan di bumi adalah bagian dari sebuah system besar yang saling bergantung, yang mempengaruhi dan bergantung pada komponen-komponen dalam planet yang bukan makhluk hidup, batuan, tanah air,dan udara. Gangguan terhadap satu saja dari anggota biosfer ini dapat berpengaruh terhadap keseluruhan.
2. Memperbaiki Kualitas Hidup Manusia
Pertumbuhan ekonomi merupakan komponen yang penting dalam pembangunan, tetapi ini tidak boleh dijadikan sasarannya sendiri, atau dibiarkan berkembang tanpa batas.
Pertumbuhan ekonomi merupakan komponen yang penting dalam pembangunan, tetapi ini tidak boleh dijadikan sasarannya sendiri, atau dibiarkan berkembang tanpa batas.
3. Melestarikan Daya Hidup dan Keragaman Bumi
Pembangunan yang berpijak pada pelestarian perlu disertai ke hati-hatian untuk
melindungi struktur, fungsi, serta keragaman system yang alami, karena spesies
kita sangat bergantung pada system-sistem tersebut. Prinsip ini menurut kita
untuk :
1. Melestarikan system-sistem penunjang kehidupan
2. Melestarikan keanekaragaman hayati, ini meliputi tidak saja semua spesies tumbuhan, hewan, dan organism lain, tetapi juga seluruh cadangan genetic dalam tiap spesies, dan keragaman ekosistem.
3. Menjamin agar penggunaan sumber-sumber daya yang dapat diperbaharui berkelanjutan.
4. Menghindari Pemborosan Sumber-sumber Daya yang Tak Terbarukan
Mineral, minyak, gas, dan batu bara praktis digolongkan sebagai sumber-sumber
daya yang tak terbarukan.2. Melestarikan keanekaragaman hayati, ini meliputi tidak saja semua spesies tumbuhan, hewan, dan organism lain, tetapi juga seluruh cadangan genetic dalam tiap spesies, dan keragaman ekosistem.
3. Menjamin agar penggunaan sumber-sumber daya yang dapat diperbaharui berkelanjutan.
4. Menghindari Pemborosan Sumber-sumber Daya yang Tak Terbarukan
5. Berusaha Tidak Melampaui Kapasitas Daya Dukung Bumi
Definisi yang tepat untuk ini sulit, tetapi kapasitas daya dukung ekosistem
bumi sungguh mempunyai batas-batas yang tertentu, dalam arti bahwa sampai
tingkat tertentu ekosistem bumi dan biosfer secara keseluruhan masih mampu
bertahan terhadap gangguan atau beban tanpa mengalami kerusakkan yang
membahayakan.
6. Mengubah Sikap dan Gaya Hidup Orang Perorang
Guna menerapkan etika untuk menuju hidup yang berkelanjutan, orang harus mengkaji ulang tata nilai mereka dan mengubah sikap mereka.
7. Mendukung Kreatifitas Masyarakat Untuk Memelihara Lingkungan Sendiri
Kegiatan orang perorang atau kelompok yang kreatif dan prodktif kebanyakkan berlangsung dalam masyarakat.
Guna menerapkan etika untuk menuju hidup yang berkelanjutan, orang harus mengkaji ulang tata nilai mereka dan mengubah sikap mereka.
7. Mendukung Kreatifitas Masyarakat Untuk Memelihara Lingkungan Sendiri
Kegiatan orang perorang atau kelompok yang kreatif dan prodktif kebanyakkan berlangsung dalam masyarakat.
8. Menyediakan Kerangka Kerja Nasional Untuk Memadukan Upaya Pembangunan Dan
Pelestarian
Masyarakat memerlukan landasan informasi dan penetahuan, kerangka kerja hukum dan kelembagaan, serta kebijakkan social dan ekonomi yang konsisten agar bisa maju secara rasional.
Masyarakat memerlukan landasan informasi dan penetahuan, kerangka kerja hukum dan kelembagaan, serta kebijakkan social dan ekonomi yang konsisten agar bisa maju secara rasional.
BAB 5
DUALISME MASYARAKAT DAN DUALISME EKONOMI
Pendahuluan
DUALISME MASYARAKAT DAN DUALISME EKONOMI
Pendahuluan
Menurut J. H. Boeke (1953), perkembangan masyarakat didukung oleh tiga unsure
yaitu, dasar jiwa social, bentuk organisasi dan teknik yang mendukungnya.
Ketiga unsure tersebut saling terkait, dalam arti bahwa jiwa social, bentuk –
bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menentukan warna masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena itu, ketiga unsure tersebut sering tersebut disebut
sebagai system social. Dalam suatu masyarakat yang sedang mengalami
perkembangan tidak selalu dikuasai oleh satu system social saja.
Dualisme ini berarti dalam waktu yang sama didalam masyarakat terdapat dua gaya
social yang jelas berbeda satu sama lain yang masing – masing merkembang secara
penuh serta saling mempengaruhi. Dalam dualism masyarakat ini salah satu system
social yang menonjol biasanya termaju, diimpor dari luar negri dan hidup
dilingkungan baru tanpa berhasil menyisihkan atau menyerap system social
lainyang telah lama tumbuh disitu.
Ragam dualisme
Dualisme ekonomi adalah kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi serta keadaan yang
lain dalam suatu masa tertentu, atau dalam suatu sector ekonomi tertentu yang
memliki sifat tidak seragam. Dualism ekonomi dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu ekonomi tradisional dan ekonomi modern. Kelompok pertama berate
kegiatan atau keadaan ekonomi yang ada masih dikuasai oleh unsure
ketradisionalan. Kelompok yang kedua, berarti berbagai kegiatan dan kedaan
ekonomi yang sedang berlangsung dikuasai oleh unsure yang bersifat modern.
Faktor – factor penyebab dualisme
Ada 4 faktor yang melatar belakangi atau sebab lahirnya dualism ekonomi, yaitu :
1. Adanya kebijakan yang memliki dua dimensi, yaitu pertama, kebijakan untuk
mempertahankan agar surplus di sector pertanian tetap berada di dalam negri
daripada dibawa keluar negri. kedua, kebijakan untuk mengalihkan surplus sector
pertanian ini.atau sector industry(manufacturing), dan ekspor seperti semula.
2. Adanya pengaruh dari pola pertumbuhan ekonomi
3. Hal yang menyangkut ratio antara manusia dan tanah
4. Lemahnya perekonomian nasional
Dualisme di Negara sedang berkembang
3. Hal yang menyangkut ratio antara manusia dan tanah
4. Lemahnya perekonomian nasional
Dualisme di Negara sedang berkembang
Adanya berbagai macam dualitas tersebut menimbulkan keadaan yang menyebabkan
mekanisme pasar tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sector ekonom yang telah
mendapat proteksi lambat laun cenderung menggunakan teknologi padat modal dari
luar negri. Akibatnya kelebihan tenaga kerja, yang mencari pekerjaan tidak
dapat ditampung oleh sector.
Strategi yang mengatasi dualisme
Tidak ada cara terbaik untuk mengatasi dualisme, kecuali melalui strategi
pembanguna yang konkrit dan terencana. Oleh karena itu persoalan yang mendasar
yang melekat pada dualism bias jadi lebih dominan pada dimensi sejarah yang
melahirkan dualism itu sendiri, yang terbentuk sejak berabad – abad yang
lampau.
BAB 6
MASALAH KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
Pendahuluan
Masalah kemiskinan muncul karena ada sekelompok anggota masyarakat yang secara
structural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai
tingat kehidupan yang layak.
Kaitan kemiskinan dengan distribusi pendapatan
Kaitan kemiskinan dan distribusi pendapatan secara sederhana dapat dilukiskan
dengan menggunakan kerangka kemungkinan produksi (the production possibility
frame work).dalam kerangka tersebut, produksi dalam model hipotesis
perekonomian yang sedang berkembang dibagi menjadi dua kelompok barang.
pertama, barang kebutuhan pokok, seperti makanan pokok, pakaian, dan tempat tinggal.
Kedua, barang konsumsi mewah.
Berbagai dimensi masalah kemiskinan
1. Ciri – ciri kemiskinan
Bank dunia (1980) telah menunjukan adanya tiga dimensi (aspek atau segi)
kemiskinan, yaitu : pertama, kemiskinan multidimensional, artinya karena
kebutuhan manusia itu bermacam – macam, maka kemiskinanpun memiliki banyak
aspek. Kedua, aspek – aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ketiga, bahwa yang miskin adalah manusianya,baik secara
individual maupun kolektif.
2. Kemisinan structural, absolute, dan relative
Kemiskinan structural ialah yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena
sruktur social masyarakat tsb tidak dapat ikut menggunakan sumber – sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka. Kemiskinan absolute diartikan
sebagai keadaan masyarakat atau individu dengan ukuran atau kebutuhan minimum
(subsistence)dalam memenuh hidup dalam garis kemiskinan menggunakan criteria
tertentu. Kemskinan relative yang berkaitan dengan tingkat distribusi pendapatan
atau ukuran tertentu.
3. kriteria kemiskinan
Untuk menetukan status kemskinan suatu desa diperlukan suatu indkator komposit
baku yang merupakan gabungan dari berbagai factor yang men8njukkan ciri – ciri
kemiskinan, yang dipilih dan diolah dari 27 variabel dalam tiga kelompok, yaitu
1. Potensi desa dan fasilitas desa, 2. Keadaan perumahan dan lingkungan, dan 3.
Keadaan penduduknya.
Kritik terhadap ukuran kemiskinan
Kritik yang lebih mendasar dan perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa adanya
kemiskinan bukan semata – mata keberadaan kemiskinan struktural seperti yang
diamati oleh Selo Sumadjan (1980), tetapi juga bertalian dengan konsep
entitlement.
Distribusi pendapatan
1. Distribusi pendapatan perorangan, adalah yang paling umum digunakan oleh
para ekonom.
2. Distribusi fungsional, merupakan persentase dari penhasilan tenaga kerja secara keseluruhan.
2. Distribusi fungsional, merupakan persentase dari penhasilan tenaga kerja secara keseluruhan.
Pengukuran distribui pendapatan
1. Ukuran statistik
Pengukuran statstik yang dikembangkan untu mengukur dispresi pada prinsipnya untuk hal – hal tertentu dapat untuk pengukuran penyebaran atau distribusi pendapatan.
2. Indeks Kuznets
Indeks Kuznets merupakan modifikasi dari koefsien Gini
3. Indeks oshima
Indeks oshima dibuat untuk memperbaiki kelemahan yang ada pada koefsien Gini
4. Criteria relative inequality
Diartikan sebagai ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang diterima dalam berbagai golongan masyarakat.
Pengukuran statstik yang dikembangkan untu mengukur dispresi pada prinsipnya untuk hal – hal tertentu dapat untuk pengukuran penyebaran atau distribusi pendapatan.
2. Indeks Kuznets
Indeks Kuznets merupakan modifikasi dari koefsien Gini
3. Indeks oshima
Indeks oshima dibuat untuk memperbaiki kelemahan yang ada pada koefsien Gini
4. Criteria relative inequality
Diartikan sebagai ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang diterima dalam berbagai golongan masyarakat.
Studi tentang distribusi pendapatan di Indonesia
1. Data pengeluaran,
Pengkuran ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia diawali oleh R. M.
Sundrum pada tahun 1973, Ia memperkirakan besarnya indeks Gini Indonesia (tidak
termasuk Jakarta) untuk tahun 1964 – 1965 sebesar 0,389 berdasarkan data
pengeluran konsumsi masyarakat.
2. Data pendapatan,
2. Data pendapatan,
Penelitian distribusi pendapatan berdasarkajeni data pendapatan dirintis oleh
Irlan Sujono dan Ahmad T. Birowo. Mereka dengan menggunakan data dari survei
khusus mendapatkan angka koefisien Gini untuk daerah pedesaan Jawa Tengah 0,533
pada tahun 1968 dan 0,495 pada tahun 1973/74
3. Ekonomi makro
Syamprasad Gupta, dengan memakai model ekonomi dalam penelitiannya dan dengan
memakai data dari ekonomi makro mendapatkan indeks Gini untuk Indonesia 0,422.
4. System Neraca Nasional Indonesia
Slamet sutomo dan Nina Sari Sulistini (1987), dengan memakai SNSE berusaha mengetahui pola penerimaan da pengeluaran rumah tangga, dan keadaan distribusi pendapatan.
4. System Neraca Nasional Indonesia
Slamet sutomo dan Nina Sari Sulistini (1987), dengan memakai SNSE berusaha mengetahui pola penerimaan da pengeluaran rumah tangga, dan keadaan distribusi pendapatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar