Sistem Moneter dan
Mekanisme
Penciptaan Uang
Pendahuluan
Kebijakan moneter (monetary
policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya
pencapaian sasaran
ekonomi makro. Pengambilan kebijakan moneter yang tepat akan
mampu mempengaruhi
stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan
perluasan kerja dan
keseimbangan neraca pembayaran. Meskipun dalam pelaksanaanya
sangat sulit mencapai
semua sasaran tersebut dalam waktu yang bersamaan. Bahkan,
antara sasaran yang
satu dengan sasaran yang lainnya seringkali sering berbenturan.1
Bank
Sentral dan Sistem Perbankan
Bank sentral di suatu
negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab
atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral
berusaha untuk
menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem
finansial secara
keseluruhan. Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh
Bank Indonesia.
Bank Sentral adalah suatu
institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga (inflasi). Bank
Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan
mengontrol keseimbangan jumlah
uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar
terlalu banyak maka Bank Sentral
dengan menggunakan instrumen-instrumennya
mencoba menyesuaikan jumlah uang
beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk
menggerakkan roda perekonomian.3
Dalam kapasitasnya sebagai bank
sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa,
serta kestabilan terhadap mata
uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada
perkembangan laju inflasi,
sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang
negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan
untuk memperjelas sasaran yang
harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung
jawabnya. Dengan demikian,
tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan
dapat diukur dengan mudah.4
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Indonesia didukung oleh tiga pilar yang
merupakan tiga bidang tugasnya.
Ketiga bidang tugas ini adalah:
a. Menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter.
b. Mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran.
c. Mengatur dan mengawasi
perbankan di Indonesia.
Ketiga bidang tugas tersebut
perlu diintegrasi agar tujuan untuk memelihara kestabilan
nilai rupiah dapat dicapai secara
efektif dan efisien.5
Proses
Penciptaan Uang
Bank memiliki fungsi yang sangat
penting dalam mempengaruhi kegiatan
perekonomian. Selain itu, bank
merupakan aktor dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
Dalam menjalankan kebijakan
moneter dengan menggunakan berbagai instrumen
moneter, bank sentral menggunakan
mediator dalam mempengaruhi jumlah uang beredar
yang merupakan sasaran kebijakan moneter. Kenyataan
ini menyebabkan peranan bank
sangat berbeda dengan
lembaga-lembaga keuangan lainnya dalam sistem keuangan. Bank
umum memiliki beberapa
keistimewaan, diantaranya adalah6:
Pertama, bank umum memiliki
kemampuan dalam menciptakan suatu jenis tabungan
yang dapat diambil atau ditarik
dengan menggunakan instrumen yang disebut cek atau
bilyet giro. Penarikan tersebut
dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa perlu
memberitahukan bank yang
bersangkutan. Instrumen penarikan disebut uang giral yang
dapat digunakan sebagai alat
pembayaran atas suatu transaksi. Oleh karena itu, jenis
tabungan ini disebut pula
tabungan giral. Tabungan uang giral di bank umum tidak dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga
keuangan lainnya termasuk Bank Perkreditan Rakyat.
Kedua, bank umum memiliki
kemampuan meningkatkan atau mengurangi daya beli
(purchasing power) dalam
perekonomian. Oleh karena itu, dengan kemampuan tersebut
bank umum akan dapat mempengaruhi
jumlah uang beredar dalam masyarakat melalui
pemberian kredit kepada nasabah
atau unit-unit usaha yang membutuhkan dana. Namun,
dalam pemberian kredit tersebut
bank umum tidak dapat menggunakan keseluruhan
tabungan yang diterima dari
masyarakat untuk disalurkan, baik dalam bentuk kredit
maupun dalam bentuk aktiva
lainnya. Sebagian dari tabungan yang dihimpun tersebut
harus disimpan sebagai cadangan
likuiditas atau alat likuid yang jumlahnya ditentukan
oleh otoritas moneter. Cadangan
likuiditas wajib tersebut harus disimpan baik dalam
bentuk kas pada bank yang
bersangkutan maupun disimpan dalam rekening giro pada
bank sentral (setiap bank
diwajibkan memiliki rekening giro pada bank sentral).
Selanjutnya, bank umum boleh
menyalurkan dana tabungan yang dihimpunnya tersebut
setelah menahan sejumlah
likuiditas wajib.
Bank umum dapat mempengaruhi
jumlah uang beredar melalui penciptaan uang
giral. Untuk menggambarkan proses
penciptaan uang oleh bank umum, dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa
asumsi berikut7:
a. Ketentuan cadangan likuiditas
wajib (reserve requirement, RR) 5%.
b. Semua loanable funds,
yaitu dana setelah dikurangi RR, disalurkan dalam bentuk
kredit.
c. Setiap transaksi menggunakan cek.
d. Semua simpanan dalam bentuk
giro.
e. Simpanan giro pertama sebesar
Rp 1 juta dan disimpan pada Bank Umum A.
Dahlan Siamat dalam ilustrasinya
menguraikan bahwa proses transaksi untuk
penciptaan uang oleh bank umum
dalam perekonomian dengan menggunakan asumsi di
atas dimulai dengan simpanan
nasabah dalam bentuk Giro pada Bank Umum A sebesar
Rp 1 juta. Untuk memenuhi
ketentuan, Bank Umum A menahan sebesar Rp 50 ribu
(5% x Rp 1 juta) sebagai
cadangan. Sisanya sebesar Rp 950 ribu yang dalam hal ini
adalah loanable funds dipinjamkan
kepada nasabahnya (Tabel 1). Selanjutnya, nasabah
yang mendapatkan kredit tersebut
menggunakan uang tersebujt untuk membeli
kebutuhan-kebutuhannya. Pihak
penjual dengan adanya transaksi tersebut memperoleh
uang yang kemudian menyetorkannya
pada rekening gironyadi Bank Umum B sebesar
Rp 950 ribu. Oleh Bank Umum B
setelah menahan cadangan sebesar 5% x Rp 950 ribu =
Rp 47.500,00 sisa dananya sebesar
Rp 902.500,00 kemudian dipinjamkan kepada
nasabahnya (Tabel 2). Nasabah
yang memperoleh pinjaman dari Bank Umum B
membelanjakan uangnya tersebut
sebagaimana dengan nasabah Bank Umum A
sebelumnya. Oleh pihak penjual
yang melakukan transaksi, dana tersebut disetorkan ke
rekeningnya di Bank Umum C
sejumlah Rp 902.500,00 yang kemudian menahan sebagai
jumlah tersebut sebagai cadangan
likuiditas dan selanjutnya menyalurkannya kembali
kepada debitur (Tabel 3). Proses
transaksi ini akan berulang secara terus-menerus. Bank
Umum C meminjamkan loanable
funds kepada nasabah debiturnya yang kemudian
digunakan untuk membeli
kebutuhannya. Oleh penjual, hasil transaksi tersebut disimpan
di Bank Umum D (Tabel 4).
Transaksi ini akan berakhir pada suatu tahap dimana tidak
ada lagi sisa cadangan likuiditas
sehingga loanable funds menjadi nol dari jumlah
simpanan giro awal.
Pada proses penciptaan uang giral
oleh Bank Umum tersebut yang jumlah
awalnya hanya sebesar Rp 1 juta
akan menjadi Rp 20 juta setelah melalui proses
penciptaan uang giral dengan
mekanisme yang sama seperti dijelaskan di atas. Jumlah
uang giral, cadangan likuiditas,
dan kredit yang diberikan pada akhir proses penciptaan
dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
D = S/r
Dimana:
D = Jumlah seluruh uang giral,
cadangan, dan kredit yang diberikan yang akan terwujud
dalam proses penciptaan uang.
S = Jumlah uang giral, cadangan,
dan kredit yang diberikan yang tercipta pada awal
proses penciptaan uang.
r = Ketentuan bagian uang giral
(dalam persen) yang harus ditahan oleh bank sebagai
cadangan likuiditas.
Dengan mengaplikasikan rumus
tersebut di atas maka jumlah tabungan giro,
cadangan dan kredit yang tercipta
dapat dihitung sebagai berikut9:
a. Tabungan giral:
D = S/r
= 1.000.000/0.05
= 20.000.000
b. Cadangan:
D = S/r
= 50.000/0.05
= 1.000.000
c. Kredit yang diberikan:
D = S/r
= 950.000/0.05
= 19.000.000
Instrumen Kebijakan Moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank
Indonesia menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter untuk mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah
kebijakan didasarkan pada sasaran
laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan
berbagai sasaran ekonomi makro
lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun
panjang.10
Mulia Nasution (1998) membagi
instrumen kebijakan moneter menjadi dua
kategori, yaitu kebijakan moneter
yang bersifat kuantitatif dan kebijakan moneter yang
bersifat kualitatif.
Instrumen kebijakan moneter yang
bersifat kuantitatif terkait langsung dengan
perubahan jumlah uang beredar
(JUB) yang ada di masyarakat, bisa berupa pengurangan
maupun penambahan JUB.
Instrumen kebijakan ini meliputi:
a. Mengubah tingkat diskonto (discount
rate)
Salah satu cara yang dapat
dilakukan bank sentral untuk mempengaruhi JUB dan
aktivitas perekonomian adalah
melalui tingkat suku bunga dan tingkat diskonto.
Jika kegiatan ekonomi berada di
bawah tingkat yang akan mungkin dicapai, maka
bank sentral dapat meningkatkan
aktivitas perekonomian dengan menurunkan
tingkat diskonto, biaya (tingkat
bunga) yang dibayarkan oleh bank umum atas
pinjaman pada bank sentral akan
lebih murah, ini akan lebih memungkinkan bank
umum memberikan pinjaman lebih
banyak pada sektor industri. Sebaliknya, jika
bank sentral ingin menurunkan
tingkat aktivitas perekonomian yang mulai
memanas, maka tingkat diskonto
akan dinaikkan sehingga akan memberikan
dampak kepada bank umum yang akan
menaikkan tingkat bunga pinjaman yang
diberikan. Tindakan ini akan
mengakibatkan sector industri enggan membuat
pinjaman baru, juga sector
industri akan mengembalikan pinjaman di masa lalu
akibat naiknya suku bunga. Hal
ini akhirnya akan menurunkan jumlah uang beredar
dan sekaligus menurunkan
aktivitas perekonomian11.
Jadi, Untuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar (JUB) di suatu negara, Bank
Sentral dapat menggunakan instrumen penetapan
tingkat diskonto (discount rate)
berupa penentuan besarnya tingkat
bunga yang berlaku. Jika Bank Sentral
menghendaki untuk menambah JUB,
maka dilakukan dengan menurunkan tingkat
bunga. Penurunan tingkat bunga akan
menyebabkan masyarakat lebih menyukai
untuk memegang uang tunai atau
pun berinvestasi di sektor riil yang diharapkan
hasilnya lebih besar dari tingkat
bunga yang diterima dari bank. Sedangkan apabila
Bank Sentral menginginkan untuk
mengurangi JUB, maka dilakukan dengan
menaikkan tingkat suku bunga.
Jika tingkat suku bunga meningkat maka
diharapkan masyarakat akan
beramai-ramai untuk menabungkan uangnya di bank
karena menginginkan mendapatkan
bunga yang tinggi. Jika uang yang beredar
banyak disetorkan ke perbankan
maka JUB akan turun.
b. Operasi Pasar Terbuka (open
market operation)
Operasi pasar terbuka ini
dilaksanakan dengan melakukan jual-beli surat-surat
berharga. Tindakan menjual dan
membeli surat berharga tergantung pada kondisi
perekonomian yang terjadi pada
suatu Negara.
Jika perekonomian dalam keadaan
lesu, bank sentral akan berupaya untuk
menambah JUB dengan cara membeli
surat-surat berharga yang dimiliki bank-bank
umum. Dengan kondisi ini maka
akan menambah likuiditas bank-bank umum. Bank
umum juga akan lebih banyak
menyalurkan kredit untuk sector industri sehingga
investasi meningkat, dan hal ini
akan kembali meningkatkan aktivitas
perekonomian yang sebelumnya
mengalami kelesuan.
Bila perekonomian sedang
mengamani pemanasan atau inflasi, maka bank sentral
akan berusaha untuk meningkatkan
cadangan likuiditas bank-bank umum. Dengan
kondisi seperti ini, bank umum
akan berusaha menarik kredit untuk menigkatkan
cadangan dan akan menarik kredit
yang diberikan.
Bank sentral juga dapat memaksa
bank umum untuk membeli surat-surat berharga
(di Indonesia: SBI) guna
mengurangi jumlah uang beredar12.
c. Penetapan Giro Wajib Minimum (minimum
reserve requirement)
Penetapan besarnya giro wajib
minimum akan mempengaruhi jumlah cadangan
bank umum di Bank Sentral dan
lebih jauh akan mempengaruhi juga terhadap JUB.
Apabila Bank Sentral berencana
untuk menambah JUB, maka hal ini dilakukandengan menurunkan persentase giro
wajib minimum. Penurunan persentase giro
wajib minimum akan meningkatkan
kemampuan bank umum dalam menciptakan
uang, yang pada gilirannya akan
menyebabkan JUB meningkat juga. Sedangkan
apabila Bank Sentral berencana
mengurangi JUB, maka dilakukan dengan
menaikkan besarnya giro wajib
minimum. Jika persentase giro wajib minimum
naik, maka jumlah cadangan bank
umum di Bank Sentral juga akan naik sehingga
akan menurunkan kemampuan bank
umum untuk menciptakan uang sehingga JUB
juga turun.
Sedangkan instrumen kebijakan
moneter yang bersifat kualitatif, meliputi:
a. Himbauan moral (moral
suassion)
Bujukan moral dapat menjadi
instrumen pengendalian moneter oleh bank sentral
untuk mencapai sasaran
operasionalnya. Cara kerja instrument ini pada dasarnya
adalah bank sentral memberikan
himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama
kepada bank-bank utama saja
(leading banks), agar menjalankan himbauan atau
permintaan bank sentral sesuai
dengan kebijakan moneter yang dijalankannya.
Biasanya dalam hal ini bank
sentral akan menambah jumlah uang beredar, bankbank
diminta untuk menurunkan tingkat bunganya
dan mulai menyalurkan
kreditnya kepada sector riil.
Dengan himbauan tersebut bank-bank secara moral
bersedia mengikutinya dalam
rangka mendorong kegiatan sector produksi guna
mencapai pertumbuhan ekonomi.
Kesediaan bank-bank besar menurunkan tingkat
bunganya selanjutnya akan diikuti
oleh bank-bank kecil. Untuk menjamin berhasil
dan efektifnya penggunaan
instrument ini, bank sentral haruslah benar-benar
berwibawa dan kredibel yang
didukung kinerja yang baik sebagai otoritas
moneter13.
Instrumen kebijakan moneter ini
seringkali disebut dengan instrumen kebijakan
yang bersifat tidak langsung
dalam mempengaruhi JUB. Moral suassion dilakukan
melalui berbagai regulasi dan
himbauan kepada sektor perbankan guna
mempercepat mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Salah satu contohnya adalah
adanya himbauan dari pemerintah
atau Bank Sentral kepada bank-bank umum akan
menyalurkan kredit mikro kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Dengan adanya
menyalurkan kredit mikro kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Dengan adanya
penyaluran kredit dari perbankan
kepada UKM maka akan menyebabkan JUB yang
ada di masyarakat meningkat.
b. Pengawasan kredit secara ketat
Pengendalian kredit secara
selektif ini dapat mengurangi jumlah uang beredar yang
tidak produktif, maksudnya bank
sentral perlu mengawasi pemberian pinjaman
untuk tujuan konsumtif. Karena
pertambahan uang yang bukan untuk menambah
output riil dalam perekonomian
akan menciptakan inflasi. Dengan pertambahan
uang beredar tidak diikuti dengan
pertambahan jumlah produksi sektor industri.
Jadi, agar jangan sampai
pertambahan uang yang tidak produktif ini akhirnya lebih
banyak diarahkan pada spekulasi
Penutup
Bank Sentral sebagai pemegang
otoritas moneter di suatu Negara memiliki
kedudukan dan fungsi yang
strategis dalam ikut menentukan stabilitas ekonomi suatu
Negara. Apalagi, karena
kebijakannya dapat berpengaruh langsung terhadap kondisimakro ekonomi Negara
tersebut. Oleh karena itu, kedudukan Bank Sentral suatu Negara
haruslah kuat dan terjaga stabilitasnya.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sentral
Nasution, Mulia.
1998. Ekonomi Moneter: Uang dan Bank. Jakarta: Penerbit Djambatan
Siamat, Dahlan. 2002.
Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan
Perbankan. Jakarta:
LPFEUI
www.bi.go.id
$

8 A
6 B
4 B C Gambar 11-1
2
D F
0 1 2 3 4
5 6 7 8
Q
3








2,5











PASAR MONOPOLI
Pasar Monopoli v. Oligopolistik v.
Monopolistik v. Persaingan Sempurna
Ada
pertanyaan seorang kawan akhir-akhir ini, saat bertemu dengan pelaku pasar
televise berlangganan di Indonesia. Sebelum sering-sering bermain ke Gorontalo
dan Balikpapan untuk melihat dan mendaftar pemain-pemain kecil Spanyol*, ada
baiknya konsepsi dasar tentang struktur pasar harus dipahami secara mendalam.
Saya jadi tersenyum sekaligus menggeleng, “kenapa juga pasar oligopolistik jadi
merugikan masyarakat?” pak, jangan memberikan pertanyaan sebelum melakukan
riset dan pendalaman pemahaman, ya.
PASAR PERSAINGAN
TIDAK SEMPURNA.
Pasar persaingan sempurna jarang kita jumpai, yang
seringkali kita jumpai adalah pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition market). Pada
pasar persaingan tidak sempurna, kegiatan tertentu seperti di Monopoli oleh
perusahaan-perusahaan besar. Distribusi pelayanan telepon oleh PT. TELKOM,
misalnya. Selain itu, pada pasar ini juga dapat kita temui penjualan
barang-barang meskipun sama tetapi dibedakan berdasarkan merk, kemasan, aroma,
warna, atau ukuran saja. Lalu apakah yang dimaksud dengan pasar persaingan tidak
sempuna itu? Pasar persaingan tidak sempurna adalah pasar dimana terdapat satu atau
beberapa penjual yang menguasai pasar atau harga, serta satu atau beberapa
pembeli yang menguasai pasar atau harga. Jika suatu perusahaan dapat
mempengaruhi harga pasar, maka pasar tempat perusahaan itu menjual produknya
digolongkan sebagai pasar persaingan yang tidak sempuna. Secara umum, bentuk-bentuk pasar persaingan
tidak sempurna adalah sebagai mana akan dibahas berikut ini.
Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu
bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual
yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau
sering disebut sebagai "monopolis".
Sebagai
penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau
mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi;
semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut,
begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu
keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka
orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang
subtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk lagi— mencarinya di pasar gelap (black market).
Ciri dan
sifat
Ada
beberapa ciri dan sifat dasar pasar monopoli. Ciri utama pasar ini adalah
adanya seorang penjual yang menguasai pasar dengan jumlah pembeli yang sangat
banyak. Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya barang pengganti yang memiliki
persamaan dengan produk monopolis; dan adanya hambatan yang besar untuk dapat
masuk ke dalam pasar.
Hambatan
itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh perusahaan
yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar. Perusahaan monopolis akan
berusaha menyulitkan pendatang baru yang ingin masuk ke pasar tersebut dengan
dengan beberapa cara; salah satu di antaranya adalah dengan cara menetapkan
harga serendah mungkin.
Dengan
menetapkan harga ke tingkat yang paling rendah, perusahaan monopoli menekan
kehadiran perusahaan baru yang memiliki modal kecil. Perusahaan baru tersebut
tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan monopolis yang memiliki kekuatan
pasar, image produk, dan harga murah, sehingga lama kelamaan perusahaan
tersebut akan mati dengan sendirinya.
Cara
lainnya adalah dengan menetapkan hak paten atau hak cipta dan hak eksklusif pada suatu
barang, yang biasanya diperoleh melalui peraturan pemerintah. Tanpa kepemilikan hak paten, perusahaan lain tidak berhak
menciptakan produk sejenis sehingga menjadikan perusahaan monopolis sebagai
satu-satunya produsen di pasar.
MONOPOLI
Kata monopoli berasal dari bahasa Yunani, Mono, yang artinya Satu, dan Poli, yang artinya Penjual. Dari dua
kata tersebut maka Monopoli menunjuk pada suatu kondisi dimana dalam suatu
pasar hanya ada satu penjual, sehingga tidak ada pihak lain menyaingi. Dalam
Monopoli, penjual tersebut adalah satu-satunya produsen dalam industri, dan
tidak ada industry lain yang memproduksi barang subtitusinya.
Seorang
monopolis dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker). Jika ia ingin menaikkan harga, maka ia pun dapat
melakukannya dengan cara mengurangi jumlah produknya. Sekarang ini, perusahaan
yang seratus persen bersifat monopoli jarang kita temui. Mungkin hanya beberapa
produksi jasa, seperti telekomunikasi, gas, air, dan listrik yang benar-benar
dikuasai oleh penjual tunggal. Di Indonesia, jasa-jasa yang baru saja di sebut
dikuasai oleh perusahaan Negara, antara lain PAM, PLN, dan PT. TELKOM.
Sebenarnya,
sulit sekali kita untuk mendapatkan contoh pasar yang benar-benar bersifat
monopoli ini, karena pada kenyataannya, di dalam pasar selalu saja ada
persaingan. Sebagai contoh, PerusahaanKereta Api Indonesia (PT KAI) tampaknya
tidak mempunyai pesaing, karena perusahaan inilah satu-satunya perusahaan
kereta api di tanah air kita, yang juga dimiliki oleh Negara. Padahal, angkutan
kereta api harus selalu siap bersaing dengan sekian banyak perusahaan bus dan
berbagai angkutan darat lainnya. Kenyataannya makin dipercantiknya akomodasi
kereta api kiranya menyiratkan adanya persaingan itu.
Pasar
monopoli sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sebagai berikut
berdasarkan sumbernya.
1.
Monopoli Alamiah.
Monopoli alamiah timbul karena keadaan alam yang khas. Sebagai contoh, Palembang
terkenal dengan buah dukuhnya sehingga bua tersebut cenderung memonopoli.
Begitu juga dengan apel hijau dari Malang, atau intan dari Martapura.
2.
Monopoli Masyarakat. Monopoli masyarakat terjadi akibat tumbuhnya
kepercayaan masyarakat terhadap suatu hasil produksi. Sebagai contoh, kecap
merek X memonopoli pasar karena kecap merek tersebut sudah menjadi favorit
masyarakat sehingga sulit beralih ke kecap merek lain.
3.
Monopoli Undang-undang. Monopoli undang-undang muncul karena pemberlakuan
secara hukum, kebijakan, atau peraturan tertentu. Monopoli undang-undang ini
antara lain berupa penberian hak paten, pembatasan masuknya barang-barang baku
dalam industry, dan pembatasan perdagangan luar negeri dalam bentuk tariff dan
kuota oleh pemerintah.
Hak paten merupakan bentuk khusus dari
monopoli undang-undang untuk memasuki suatu indistri. Hak paten ini diberikan
kepada seorang penemu berupa hak eksklusif (monopoli), sebagai contoh, karena
perlindungan hak paten ini, perusahaan sepeda olah raga merek “T” memegang
monopoli absolut terhadap pemasaran jenis sepia yang bersangkutan. Hak paten
ini diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk merangsang penemuan-penemuan
baru, terutama bagi perusahaan kecil dan individu.
OLIGOPOLI
Jika pada pasar monopoli hanya terdapat satu
penjual, maka pasar yang memiliki beberapa penjual disebut oligopoli. Pada
pasar oligopoli, masing-masing perusahaan memproduksi dan menjual produk yang
serupa atau hampir serupa. Sebagai contoh, produk batu baterai, pasta gigi,
sabun mandi,air minum mineral, sepeda motor, accu, dan ban mobil/sepeda motor.
Strategi
yang bisa ditempuh oleh perusahaan-perusahaan oligopoli dalam menguasai dan
menarik konsumen adalah dengan membuat model serta memberikan merek tertentu
pada produk yang dijual. Model, dan terutama, merek ini sudah tentu harus
berkesan di benak konsumen. Secara umum, konsumen yang sudah terikat pada
produk merek tertentu akan sulit berpindah ke produk yang lain, meskipun produk
merek ini sudah berganti model.
Contoh
yang paling kentara adalah produk elektronik dan obat-obatan, jika kalian
sakit, umumnya kalian memakai obat dengan merek yang sama, bukan? Demikian pula
dengan barang elektronik, antara lain televisi, radio kaset, lemari es, dan
lain-lain, seorang bapak, misalnya, akan cenderung untuk membeli televisi
berwarna terbaru yang bermerek sama dengan merek televisi hitam putihnya dulu.
MONOPSONI
Pasar monopsoni serupa serupa dengan pasar monopoli.
Hanya saja, pasar ini dilihat dari sisi pembeli. Monopsoni menunjuk pada
kondisi permintaan dan pasar yang dikuasai oleh pembeli tunggal. Kondisi ini
lebih sering terdapat dikalangan produsen dan jarang dikalangan konsumen.
Sebuah pabrik the merek “G”, misanya. Untuk menghasilkan produk bermutu,
perusahaan ini membeli teh langsung dari para petani. Lantas, perusahaan ini
melakukan pendekatan dengan cara monopsoni terhadap petani teh diwilayah
tertentu. Artinya, perusahaan itu sendirilah yang menentukan harga teh. Dalam
kasus ini, tampak bahwa harga produk ditentukan oleh pihak pembeli. Kedudukan
sebagai price maker dalam hal
pembelian tersebut, tidak bisa berlaku dalam penjualan. Perusahaan teh tadi
tidak bisa begitu saja menentukan harga jual produknya, mengingat masih ada
perusahaan lain yang meluncurkan produk sejenis.
OLIGOPSONI
Oligopsoni merujuk pada suatu pasar dimana terdapat
beberapa pembeli. Cirri-ciri pasar oligopsoni secara umum sama dengan pasar
oligopoly. Hanya saja, pasar ini dilihat dari sudut pandang pembeli/konsumen.
Setiap pembeli memiliki peran cukup besar untuk mempengaruhi harga barang yang
dibelinya.
PASAR PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
Suatu pasar dikatakan memiliki bentuk pasar
persaingan monopolistic jika pada pasar tersebut terdiri dari beberapa
penjual/produsen dan pembeli. Selain itu, pada barang atau jasa tersebut, baik
kualitas, bentuk, dan ukuran, saling berlainan, atau sering diistilahkan
sebagai product differentiation
(pembedaan produk). Pada pasar persaingan monopolistik dapat kita temukan
unsur-unsur monopoli sekaligus
unsur-unsur persaingan.
Produk
pada pasar persaingan monopolistik adalah homogen atau sejenis, antara lain
sabun cuci, sabun mandi, minyak goreng, air mineral, dan beras. Barang-barang
semacam itu dibuat oleh beberapa pabrik (lebih dari satu pabrik) dan pada
masing-masing barang tersebut memiliki merek atau cap dagang sendiri-sendiri.
Lebih jauh, hak paten untuk tiap merek memperlihatkan unsur monopoli dalam
pasar tersebut. Merek dagang yang sudah ada tidak boleh ditiru oleh produsen
lain, meskipun produk yang dijual sama. Sementara unsur persaingannya terlihat
dari adanya keberagaman merek, kemasan, cita rasa, bahkan juga harga untuk
jenis produk yang sama.
Bagaimanakah
kondisi penentuan harga dalam pasar persaingan monopolistik? Dalam pasar ini,
para produsen atau penjual mempunyai sedikit kebebasan untuk mentukan harga
jual produknyasendiri. Lebih bebas daripada pasar persaingan sempurna, tetapi
tidak sebebas pada pasar monopoli. Alasannya, kalau harga produknya terlalu
mahal, maka konsumen akan beralih ke produk lain yang sejenis. Dalam pasar
persaingan sempuna, perusahaan menghasilkan berbagai produk yang homogen, (identik, standar), sementar dalam pasar
persaingan monopolistic produk yang dihasilkan berbeda (didiferensiasikan).
Akibatnya dalam pasar ini, banyak perusahaan yang menjual produk yang serupa
tapi tidak sama, seperti bensin (premium,
super, premix), minuman ringan dengan berbagai rasa serta kemasan, sabun
mandi berbagai aroma, dan kemeja dengan berbagai model serta ukuran.
Mari
kita beralih pada contoh lain. Pedagang kopi, misalnya, kopi yang diperjual
belikan sama sifatnya, tetapi komoditi tersebut tidak dapat kita dibedakan dari
segi mutu, ukuran, bungkus dan merek sehingga perusahaan bisa membuat kebijakan
harga sendiri tanpa takut akan kehilangan konsumen. Akan tetapi, sudah tentu ia
tidak akan menaikkan harga terlalu tinggi dibandingkan dengan harga kopi merek
lain. Ia pun tidak akan menurunkan harga. Kalian tau sebabnya, bukan?
Sejumlah
faktor dapat mengubah bentuk pasar persaingan bebas menjadi pasar persaingan
monopolistik. Selai disebabkan oleh diferensiasi produk, perubahan itu juga
dilatari oleh intensifikasi dari pihak produsen untuk menarik hati konsumen,
seperti pemberian pelayanan yang memuaskan, undian berhadiah, dalam rangka
mengimbangi keberagaman kebutuhan konsumen, membuat pasar persaingan sempurna
menggelincir menjadi pasar persaingan monopolistik.
Secara
umum, cirri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut :
1.
Jumlah penjual
atau produsen cukup banyak, namun tidak sebanyak pada pasar persaingan
sempurna.
2.
Masing-masing
penjual atau produsen masih dapat mempengaruhi harga, meski tidak mutlak.
3.
Barang yang
diperjual belikan tidak homogen sekali, melainkan ada perbedaan (product differentiation), meskipun perbedaan
tersebut hanya pada warna, merek, mutu, dan ukuran.
4.
Ada pembatasan
dalam pendirian perusahaan, meskipun tidak sulit pada monopoli dan tidak
semudah pada pasar persaingan sempurna.
Definisi
Monopoli Murni
monopoli
murni adalah bentuk organisasi pasar dimana terdapat perusahaan tunggal yang
menjual komoditi yang tidak mempunyai subtitusi sempurna. Jadi, perusahaan itu
sekaligus merupakan industri dan menghadapi kurva permintaan industri yang
memiliki kemiringan negatif untuk komoditi itu. Akibatnya, jka monopolis itu
hendak menjual lebih banyak komoditi, ia harus menurunkan harganya. Dengan
demikian, untuk seorang monopolis, MR, < P
dan kurva MR terletak dibawah kurva D.
CONTOH 1. Dalam tabel
1, kolom (1) dan (2) memperlihatkan skedul permintaan yang dihadapi oleh
monopolis itu. Nilai TR dari kolom (3) diperoleh dengan menggalikan setiap
nilai dari kolom (1) dengan nilai yang bersesuaian dalam kolom (2). Nilai MR
dari kolom (4) diperoleh dari selisih antara nilai-nilai TR yang berurutan.
Karena itu, nilai MR pada kolom (4) seharusnya dicatat di tengah antara tingkat-tingkat TR dan penjualan
yang berurutan. Akan tetapi, hal ini tidak dilakukan untuk tidak terlalu
merumitkan tabel. MR = $3 yang dicatat pada tingkat penjualan 2,5 unit
diperoleh dari perubahan TR akibat kenaikan penjualan dari 2 menjadi 3 unit;
angka ini akan diperlukan kemudian untuk memperlihatkan tingkat out put
ekuilibrium untuk monopolis tersebut. Tabel 1.
(1)
P($) |
(2)
Q |
(3)
TR($) |
(4)
MR($) |
8.00
7.00 6.00 5.50 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0 |
0
1 2 2,5 3 4 5 6 7 8 |
0
7.00 12.00 13.75 15.00 16.00 15.00 12.00 7.00 0 |
..
7 5 (3) 3 1 -1 -3 -5 -7 |



7 e > 1

5 e = 1

3
e < 1

1

MR
Skedul
D dan MR dari tabel 1 yang dihadapi monopolis itu dilukiskan dalam Gambar 11-1.
Perhatikan, bahwa MR adalah positif selama kurva permintaan elastis, nol
apabila e = 1 dan negatif apabila e
< 1. Sebab apabila D elastis, penurunan harga komoditi akan menyebabkan
TR naik, sehingga MR (yang ditentukan oleh ∆TR/∆Q) adalah positif. Apabila D
mempunyai elastisitas uniter, turunnya harga tidak menyebabkan perubahan TR,
dan karenanya MR adalah nol. Apabila D tidak elastis, turunnya harga akan
mengakibatkan turunnya TR, dan karenannya MR negatif.
KURVA MR DAN
ELASTISITAS
Kurva
MR untuk tiap kurva permintaan yang berbentuk garis lurus adalah garis lurus
yang dimulai pada titik yang sama pada sumbu vertikal seperti kurva permintaan,
tetapi tingkat penurunannya dua kali lipat (yaitu, mempunyai kemiringan absolut
sebesar dua kali lipat) dari kurva D. juga, MR pada tiap tingkat penjualan
berhubungan dengan harga pada tingkat penjualan tersebut dengan rumus MR = P (1 – 1/e), dimana e berarti
nilai absolut dari koefisien elastisitas harga dari permintaan pada tingkat
penjualan itu.
CONTOH 2. Dari titik A ke titik B, kurva D pada Gambar 11-1 turum sebesar dua
unit dan mempunyai kemiringan absolut sebsar 1. Untuk menempatkan MR sesuai
dengan titik B pada kurva D, kita turunkan empat unit dari titik A, atau dua kali penurunan dari A ke B,
untuk memperoleh titik B’ pada kurva MR. demikian pula,
dari A ke C, kurva D turun sebesar
empat unit; jadi, MR yang sesuai dengan titik C (yaitu titik C’) di
peroleh dengan menurunkan empat unit lainnya dari titik C (atau, 8 unit dari titik A).
garis lurus dari titik A melalui
setiap titik MR itu (seperti B’atau C’)akan
menghasilkan kurva MR.
Untuk
kurva permintaan dalam Gambar 11-1, pada titik B,

karena itu, MR
= $6
= $6
= $4 (titik
B’)
pada titik C,
e =
=
= 1


pada titik C,
e =


karena itu, MR
= $4
=
$4(0) = 0 (titik C’)
pada titik F1,
e =
=
=

pada titik F1,
e =



karena itu, MR = $2
=
$2( - 2 ) = - $4 (tidak diperlihatkan
dalam gambar itu)

perhatikan, bahwa dalam
kasusu persaingan sempurna, e = ∞
(tidak terhingga). Karena itu, MR = P(1
– 1/∞) = P(1 – 0) = P. jadi, kurva penerimaan marjinal dan
kurva permintaan untuk perusahaan yang bersaing sempurna saling berimpit.
EKUILIBRIUM JANGKA PENDEK DALAM
PASAR MONOPOLI MURNI :
Pendekatan Total.
Pendekatan Total.
Output
ekuilibrium jangka pendek untuk monopolis tersebut adalah output dimana
keuntungan total mencapai maksimum, atau kerugian total mencapai minimum
(asalkan TR > TVC; lihat bagian 10.5).
Tabel 2.
(1)
P($)
|
(2)
Q
|
(3)
TR($)
|
(4)
STC($)
|
(5)
Keuntungan Total ($)
|
8.00
7.00
6.00
*5.50
5.00
4.00
3.00
|
0
1
2
2,5
3
4
5
|
0
7.00
12.00
13.75
15.00
16.00
15.00
|
6
8
9
10
12
20
35
|
-6.00
-1.00
+3.00
+3.75
+3.00
-4.00
-20.00
|
CONTOH 3. Dalam Tabel 2, TR (kolom 3) dikurangi STC (kolom 4) memperlihatkan
keuntungan total (kolom 5). Keuntungan total mencapai maksimum (sebesar $3.75)
dan monopolis itu berada dalam ekuilibrium jangka pendek apabila memproduksi
dan menjual 2,5 unit barang per periode waktu dengan harga $5.50.
Output
ekuilibrium jangka pendek dari monopolis itu dapat pula dilihat secara ilmu
ukur dengan menggambarkan nilai-nilai dari kolom 2,3,4, dan 5 Tabel 2.
Perhatikanlah, bahwa bila kurva TR untuk perusahaan yang bersaing sempurna
ditentukan oleh garis lurus melalui titik nol (karena harga komoditi tetap
konstan), kurvaa TR untuk monopolis itu memiliki bentuk U terbalik. Perhatikan
pula, bahwa dalam gambar 11-2, tingkat output dimana keuntungan total monopolis
mencapai maksimum adalah lebih kecil dari pada output dimana TR adalah
maksimum.








Gambar 11-2
EKUILIBRIUM JANGKA PENDEK DALAM PASAR MONOPOLI MURNI
:
pendekatan Marjinal.
pendekatan Marjinal.
Sebagaiman
halnya dalam kasus persaingan sempurna, adalah bermanfaat untuk menganalisis
ekuilibrium jangka pendek monopolis murni melalui pendekatan marjinal.
Pendekatan ini menjukkan bahwa tingkat output ekuilibrium jangka pendek bagi
monopoli itu adalah output dimana MR = SMC dan kemiringan kurva MR lebih
kecil dari pada kemiringan kurva SMC (menbuktikan bahwa pada tingkat output
ini P≥ AVC).
CONTOH 4. Nilai-nilai dalam kolom (1) sampai (5) dari
Tabel 3 berasal dari Tabel 1 dan 2. Nilai lainnya dalam Tabel 3 diperoleh dari
nilai-nilai yang diperlihatkan pada kolom 1,2,3, dan 5. Monopolis memaksimumkan
keuntungan totalnya sebesar $3.75) bila mana memproduksi dan menjual 2,5 unit
output dengan harga $5.50. pada tingkat output ini, MR = SMC (=$3); MR sedang
menurun dan SMC sedang naik (sehingga kemiringan negatif dari kurva MR lebih
kecil dari pada kemiringan positif kurva SMC). Selama MR>SMC, ada gunanya
bagi monopolis itu untuk meningkatkan output dan tingkat penjualan karena
kenaikan TR akan lebih besar daripada kenaikan STC (jadi, keuntungan naik).
Sebaliknya berlaku apabila MR< SMC (lihat Tabel 3). Dengan demikian,
keuntungan total akan mencapai maksimum apabila MR = SMC.
Tabel 3.
(1)
P($)
|
(2)
Q
|
(3)
TR($)
|
(4)
MR($)
|
(5)
STC($)
|
(6)
SMC($)
|
(7)
SAC($)
|
(8)
Keuntungan/
Unit($)
|
(9)
Keuntungan
Total
($)
|
8.00
7.00
6.00
*5.50
5.00
4.00
3.00
|
0
1
2
2,5
3
4
5
|
0
7.00
12.00
13.75
15.00
16.00
15.00
|
7
5
(3)
3
1
-1
|
6
8
9
10
12
20
35
|
2
1
(3)
3
8
15
|
8.00
4.50
4.00
4.00
5.00
7.00
|
-1.00
+1.50
+1.50
+1.00
-1.00
-4.00
|
-6.00
-1.00
+3.00
+3.75
+3.00
-4.00
-20.00
|
Tingkat
output terbalik yang memaksimumkan keuntungan untuk monopolis ini dapat pula
dilihat dalam gambar 11-3 (diperoleh dengan menggambarkan nilai-nilai dari
kolom 1,2,4,6 dan 7 Tabel 3).
Dalam
Gambar 11-3, tingkat output terbalik, atau optimum untuk monopolis itu
ditentukan oleh titik dimana kurva SMC
memotong kurva MR dari bawah (sehingga pada titik
perpotongan itu, kemiringan kurva MR, yang selalu negatif, adalah lebih kecil
daripada kemiringan kurva SMC, yang biasanya positif). Pada tingkat output
terbaik ini, monopolis tadi memperoleh keuntungan per unit sebesar $1.50 (jarak
vertical antara D dan SAC pada 2,5 unit output) dan keuntungan total sebsar $3.75 (2,5 unit output dikali keuntungan
per unit sebesar $1.50).perhatikanlah, bahwa tingkat output terbaik itu lebih
kecil daripada tingkat output yang membuat SAC minimum dan lebih kecil daripada
tingkat output dimana P = SMC .
Gambar
11-3


2,5
EKUILIBRIUM JANGKA
PANJANG DALAM PASAR MONOPOLI MURNI
Dalam jangka panjang,
akan tetap beroperasi hanya jika ia dapat memperoleh laba (atau
setidak-tidaknya mencapai kondisi pulang pokok) dengan memperoduksi tingkat
output terbaik menurut skala operasi yang paling sesuai. Tingkat output dalam
jangka panjang ditentukan oleh titik dimana kurva LMC memotong kurva MR dari
bawah. Skala operasi yang paling sesuai.adalah skala operasi yang kurva SAC-nya
bersinggungan dengan kurva LAC pada tingkat output yang terbaik.
CONTOH 5. Dalam gambar 11-4, D, MR, SMC1
dan SAC1 adalah sama seperti gambar 11-3. Sebagaiman kita lihat
dalam contoh 4, tingkat output terbaik dalam jangka pendek untuk monopolis ini
adalah 2,5 unit per periode waktu.
Gambar 11-4.



Dalam jangka panjang, tingkat output terbaik adalah 3,5 unit dan
ditentukan oleh titik dimana kurva LMC memotong kurva MR dari bawah (yaitu,
pada titik perpotongan tersebut, kemiringan kurva MR mempunyai nilai negatif
yang lebih besar daripada kemiringan kurva LMC) Skala operasi yang paling
sesuai ditentukan oleh kurva SAC2 (yang bersinggungan dengan kurva
LAC pada 3,5 unit output). Jadi, pada kondisi ekuilibrium jangka panjang, SMC =
MR, P
= $4.50, SAC2 = $2.50, keuntungan per unit adalah $2 dan keuntungan
total adalah $7.
PERATURAN MONOPOLI :
PENGENDALIAN HARGA.
Dengan menetapkan harga maksimum
pada tingkat dimana kurva SMC memotong kurva D, pemerintah dapat mendorong
monopolis itu untuk meningkatkan output sampai tingkat yang harus diproduksi
industry jika diatur panjang batas persaingan sempurna, peraturan ini juga
mengurangi keuntungan monopolis itu.
CONTOH
6. Dimulai dengan gambar yang identik seperti
gambar 11-3, jika pemerintah menetapkan harga maksimum sebesar $5 (yaitu, pada
tingkat dimana kurva SMC memotong kurva D), kurva permintaan baru yang dihadapi
monopolis itu menjadi ABK (lihat
Gambar 11-5). Kurva MR yang sesuai menjadi ABCL
dan sama dengan kurva D yang baru pada jarak yang elastis tidak terhingga, AB. Jadi, monopolis yang diatur akan
berprilaku sebagai perusahaan.
Gambar 11-5



Yang
bersaing sempurna dan memproduksi pada titik
B, dimana P atau MR = SMC dan
kurva SMC sedang naik. Akibatnya adalah, bahwa harga menjadi lebih rendah ($5
dan bukan $5.50 bila tidak ada pengendalian harga), output lebih besar (3 unit
dan buka 2,5 unit), keuntungan per unit lebih kecil ($1 dan bukan $1.50) dan keuntungan
total berkurang (dari $3.75 menjadi $3).
PERATURAN MONOPOLI : PAJAK LUM-SUM
Dengan membebankan pajak lum-sum (seperti pajak izin usaha
ataupun pajak keuntungan monopolis tanpa mempengaruhi harga komoditi atau
output.
CONTOH
7. Bermula dari kondisi ekuilibrium monopolis dalam Tabel 3 dan
Gambar 11-3, jika pemerintah membebankan pajak lum-sum sebesar $3.75, maka
seluruh keuntungan monopolis itu akan hilang.
Tabel 4
(1)
Q |
(2)
STC($) |
(3)
SMC($) |
(4)
SAC($) |
(5)
STC’($) |
(6)
SAC’($) |
0
1 2 *2,5 3 4 |
6
8 9 10 12 20 |
. .
2 1 (3) 3 8 |
. .
8.00 4.50 4.00 4.00 5.00 |
9.75
11.75 12.75 13.75 15.75 23.75 |
. .
11.75 6.38 5.50 5.25 5.94 |
Perhatikanlah,
bahwa nilai-nilai pada kolom 5 Tabel 4 diperoleh dengan menambahkan pajak
lum-sum sebesar $3.75 kenilai-nilai STC pada kolom 2. Karena pajak lum-sum
adalah sejenis biaya tetap, maka pajak tersebut tidak mempengaruhi SMC
(bandingkan kolom 6 dengan kolom 3). Dengan kurva MR dan SMC yang tidak
berubah, tingkat output terbaik bagi monopolis itu tetap sebesar 2,5 unit dan monopolis
itu tetap mengenakan harga sebesar $5.50. tetapi sekarang, karena SAC’ pada 2,5
unit output juga sebesar $5.50, monopolis itu hanya mencapai kondisi pulang
pokok (lihat Gambar 11-6).


Gambar
11-6
PERATURAN MONOPOLI : PAJAK PER UNIT
Pemerintah dapat pula mengurangi
keuntungan monopoli dengan membebankan pajak
per unit. Akan tetapi, dalam kasus ini monopolis dapat mengalihkan sebagian
beban pajak per-unit kepada para
konsumen, dalam bentuk harga yang lebih tinggi dan output komoditi yang
lebih kecil.
CONTOH 8. Anggaplah, bahwa pemerintah
memnbebankan pajak sebesar $2 per unit output atas monopoli dari Tabel 3 dan
Gambar 11-3. Maka, nilai-nilai pada kolom (5) Tabel 5 diperoleh dengan menambah
pajak $2 per unit output tadi ke nilai-nilai STC pada kolom (2).
Tabel 5
(1)
Q |
(2)
STC($) |
(3)
SMC($) |
(4)
SAC($) |
(5)
STC’($) |
(6)
SMC’($) |
(7)
SAC’($) |
1
2 3 4 |
8
9 12 20 |
. .
1 3 8 |
8.00
4.50 4.00 5.00 |
10
13 18 28 |
. .
3 5 10 |
10.00
6.50 6.00 7.00 |
Peratikanlah,
bahwa pajak per-unit adalah sejenis biaya variable dan dengan demikian
menyebabkan pergeseran pada kurva SAC dan SMC monopolis itu (ke SAC’ dan SMC’).
Output ekuilibrium baru adalah 2 unit (dan ditentukan oleh titik dimana SMC’
memotong kurva MR yang tidak berubah dari bawah); P = $6, SAC’ = $6.50 dan monopolis itu sekarang mengalami kerugian
jangka pendek perunit sebesar $0.50 dan kerugian total sebesar $1 (lihat gambar
11.7) jika TR > TVC pada tingkat output terbalik ini, monopolis itu akan
tetap beroperasi dalam jangka pendek, tetapi akan memproduksi 0,5 unit lebih
sedikit daripada tanpa pajak per unit dakn akan membebankan $0.50 lebh banyak
untuk setiap 2 unit yang dijual.





Gambar 11-7
DISKRIMANSI HARGA
Seorang monopolis dapat meningkatkan
TR dan keuntungannya untuk satu tingkat out put tertentu dengan melakukan
diskriminasi harga. Salah satu bentuk diskriminasi harga terjadi apabila
monopolis itu mengenakan harga-harga yang berbeda untuk komoditi yang sama
didalam pasar berbeda sedemikian rupa
sehingga unit terakhir dar komoditi yang di jual dijual di setiap pasar
memberikan MR yang sama. Hal ini seringkali disebut
sebagai diskriminasi harga tingkat ketiga
(untuk pembahasan tentang diskriminasi haraga tingkat harga pertama dan kedua,
lihat soal 11.21 sampai 11.24).
CONTOH 9. Dalam gambar 11-8,
D1 dan D2 (serta MR1 dan MR2 yang
bersesuaian mengacu pada kurva permintaan (dan MR) yang dihadapi monopolis
dalam dua pasar yag terpisah dengan menjumlahkan kurva MR1 dan MR2
secara horizontal, kita dapatkan kurva ∑ MR.



Gambar 11-8
Tingkat
output terbaik untuk monopolis ini adalah lima unit dan ditentukan oleh titik di
mana kurva MC memotong ∑ MR dari bawah. Monopolis itu menjual 2,5 unit output
didalam setiap pasar ( ditentukan oleh titik dimana MR1 = MR2
= MC) dan mengenakan harga P1 dalam pasar yang pertama
dan P2 dalam pasar yang
kedua. Selama MR dari unit terakhir komoditi yang terjual dalam pasar 1 lebih
kecil atau lebih besar daripada MR unit terakhir yang terjual didalam pasar 2,
monopolis itu dapat meningkatkan TR dan keuntungan total dengan
mendistribusikan kembali penjualannya diantara kedua pasar itu sampai MR1
= MR2 . akan tetapi, bilamana MR1 sama dengan MR2,
P2 melebihi P1 (lihat Gambar 11-8).
Daftar istilah
Long-rum ekuilibrium of the pure monopolist (ekuilibrium jangka panjang untuk monopolis murni). Tingkat output
dimana kurva LMC memotong kurva MR dari bawah ( membuktikan bahwa P ≥ LAC).
Lum-sum tax (pajak
lum-sum). Pajak, seperti pajak keuntungan atau pun pajak izin usaha yang
dibebankan atas sebuah perusahaan tanpa memperhatikan tingkat outputnya.
Per unit tax (pajak
per unit). Pajak atas setiap unit output yang diproduksi.
Price control (pengendalian
harga). Penetapan harga maksimum atas komoditi pada atau mendekati tingkat dimana
industri yang bersaing sempurna akan berproduksi.
Pure monopoly (monopoli
murni). Bentuk organisasi pasar dimana terdapat perusahaan tunggal yang menjual
komoditi tanpa adanya komoditi subtitusi yang sempurna.
Short-run equilibrium of the pure
monopolist (ekuilibrium jangka pendek untuk monopolis
murni). Tingkat out put dimana MR = SMC dan kemiringan kurva SMC (membuktikan
bahwa pada tingkat output ini P ≥ AVC).
Third degree price discrimination (diskriminasi
harga tingkat ketiga). Penetapan harga-harga yang berbeda dipasar yang berbeda
sedemikian rupa sehingga unit terakhir dari komoditi yang terjual disetiap
pasar memberikan MR yang sama.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada
pasar ini kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran dapat bergerak secara
leluasa. Ada pun harga yang terbentuk benar-benar mencerminkan keinginan
produsen dan konsumen. Permintaan mencerminkan keinginan konsumen, sementara
penawaran mencerminkan keinginan produsen atau penjual. Bentuk pasar persaingan
murni terdapat terutama dalam bidang produksi dan perdagangan hasil-hasil
pertanian seperti beras, terigu, kopra, dan minyak kelapa. Bentuk pasar ini
terdapat pula perdagangan kecil dan penyelenggaraan jasa-jasa yang tidak
memerlukan keahlian istimewa ( pertukangan, kerajinan ).
Dalam
persaingan sempurna ini pembeli dan penjual berjumlah banyak. Artinya, jumlah
pembeli dan jumlah penjual sedemikian besarnya, sehingga masing-masing pembeli
dan penjual tidak mampu mempengaruhi harga pasar. Dengan demikian masing-masing
pembeli dan penjual telah menerima tingkat harga yang terbentuk di pasar
sebagai suatu datum atau fakta yang tidak dapat di ubah. Bagi pembeli, barang
atau jasa yang ia beli merupakan bagian kecil dari keseluruhan jumlah pembelian
masyarakat. Bagi penjual pun berlaku hal yang sama sehingga bila penjual
menurunkan harga, ia Akan rugi sendiri, sedangkan bila menaikan harga. Maka
pembeli akan lari penjual lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas dapat di buat beberapa rumusan masalah yaitu antar lain:
Ciri-ciri
pasar persaingan sempurna.
Pemaksimuman
keuntungan jangka pendek.
Keseimbangan
dalam industri.
Kebaikan
& keburukan pasar persaingan sempurna.
1.3
Tujuan
Tujuan
pembuatan karya tulis ini adalah:
Untuk
mengetahui cirri-ciri pasar persaingan sempurna.
Untuk
mengetahui pemaksimuman keuntungan jangka pendek.
Untuk
mengetahui keseimbangan dalam industri.
Untuk
mengetahui kebaikan & keburukan pasar persaingan sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna
Pasar
persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau
industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau
pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ciri-ciri
selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan
dibawah ini :
v
Perusahaan adalah pengambil harga
Pengambil
harga atau price taker berarti suatu perusahan yang ada di dalam pasar tidak
dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apa pun tindakan perusahaan dalam
pasar, ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku.
Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen
dan keseluruhan pembeli. Seorang produsen terlalu kecil peranannya didalam
pasar sehingga tidak dapat mempengaruhi penentuan harga atau tingkat produksi
dipasar. Peranannya sangat kecil tersebut disebabkan karena jumlah produksi
yang diciptakan produsen merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan jumlah
barang yang dihasilkan dan diperjual-belikan.
v Setiap
perusahaan mudah keluar atau masuk
Sekiranya
perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri tersebut,
langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada produsen yang
ingin melakukan kegiatan di industri tersebut, produsen tersebut dapat dengan
mudah melakukan kegiatan yang diinginkannya tersebut. Sama sekali tidak
terdapat hambatan-hambatan, baik secara legal maupun dalam bentuk lain secara
keuangan atau secara kemampuan teknologi, misalnya kepada perusahaan-perusahaan
untuk memasuki atau meninggalkan bidang usaha tersebut.
v
Menghasilkan barang serupa
Barang
yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang
yang dihasilkan sangat sama atau serupa. Tidak terdapat perbedaan yang nyata
diantara barang yang dihasilkan suatu perusahaan lainnya. Barang seperti itu
dinamakan dengan istilah barang identical atau homogenous. Karena barang-barang
tersebut adalah sangat serupa para pembeli tidak dapat membedakan yang mana
dihasilkan produsen A atau B atau produsen yang lainnya. Barang yang dihasilkan
seorang produsen merupakan pengganti sempurna kepda barang yang dihasilkan oleh
produsen-produsen lain. Sebagai akibat dari efek ini, tidak ada gunanya kepada
perusahaan-perusahaan untuk melakukan persaingan yang berbentuk persaingan
bukan harga atau nonprice competition atau persaingan dengan misalnya melakukan
iklan dan promosi penjualan. Cara ini tidak efektif untuk menaikkan penjualan
karena pembeli mengetahui bahwa barang-barang yang dihasilkan berbagai produsen
dalam industri tersebut tidak ada bedanya sama sekali.
v
Terdapat banyak perusahaan di pasar
Sifat
inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah
harga. Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan
masing-masing perusahaan adalah relative kecil kalau dibandingkan dengan
keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. Sebagai akibatnya produksi setiap
perusahaan adalah sangat sedikit kalau dibandingkan dengan jumlah produksi
dalam industri tersebut,. Sifat ini menyebabkan apa pun yang dilakukan
perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan menaikkan atau
menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam
pasar/industri tersebut.
v
Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar
Dalam
pasar persaingan sempurna juga dimisalkan bahwa jumlah pembeli adalah sangat
banyak. Namun demikian dimisalkan pula bahwa masing-masing pembeli tersebut
mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan dipasar, yaitu mereka
mengetahui tingkat harga yang berlaku dan perubahan-perubahan ke atas harga
tersebut. Akibatnya para produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga
yang lebih tinggi dari yang berlaku di pasar.
2.4
Kebaikan dan keburukan pasar persaingan sempurna
Pasar
persaingan sempurna memiliki bebarapa kebaikan dibandingkan pasar-pasar yang
lainnya antara lain :
1.
Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi
Sebelum
menerangkan kebaikan dari pasar persaingan sempurna ditinjau dari sudut
efisiensi, terlebih dahulu akan diterangkan dua konsep efisiensi yaitu:
a.
Efisiensi produktif : Untuk mencapai efisiensi produktif harus dipenuhi dua
syarat. Yang pertama, untuk setiap tingkat produksi, biaya yang dikeluarkan
adalah yang paling minimum. Untuk menghasilkan suatu tingkat produksi berbagai
corak gabungan faktor-faktor produksi dapat digunakan. Gabungan yang paling
efisien adalah gabungan yang mengeluarkan biaya yang paling sedikit. Syarat ini
harus dipenuhi pada setiap tingkat produksi. Syarat yang kedua, industri secara
keseluruhan harus memproduksi barang pada biaya rata-rata yang paling rendah,
yaitu pada waktu kurva AC mencapai titik yang paling rendah. Apabila suatu
industri mencapai keadaan tersebut maka tingkat produksinya dikatakan mencapai
tingkat efisiensi produksi yang optimal, dan biaya produksi yang paling
minimal.
b.
Efisiensi Alokatif
Untuk
melihat apakah efisiesi alokatif dicapai atau tidak, perlulah dilihat apakah
alokasi sumber-sumber daya keberbagi kegiatan ekonomi/produksi telah dicapai
tingkat yang maksimum atau belum. Alokasi sumber-sumber daya mencapai efisiensi
yang maksimum apabila dipenuhi syarat berikut : harga setiap barang sama dengan
biaya marjinal untuk memproduksi barang tersebut. Berarti untuk setiap kegiatan
ekonomi, produksi harus terus dilakukan sehingga tercapai keadaan dimana
harga=biaya marjinal. Dengan cara ini produksi berbagai macam barang dalam
perekonomian akan memaksimumkan kesejahteraan masyarakat.
Efisiensi
dalam persaingan sempurna
Didalam
persaingan sempurna, kedua jenis efisiensi ynag dijelaskan diatas akan selalu
wujud. Telah dijelaskan bahwa didalam jangka panjang perusahaan dalam
persaingan sempurna akan mendapat untung normal, dan untung normal ini akan
dicapai apabila biaya produksi adalah yang paling minimum. Dengan demikian,
sesuai dengan arti efisiensi produktif yang telah dijelaskan dalam jangka
panjang efisiensi produktif selalu dicapai oleh perushaan dalam persaingan
sempurna.
Telah
juga dijelaskan bahwa dalam persaingan sempurna harga = hasil penjualan
marjinal. Dan didalam memaksimumkan keuntungan syaratnya adalah hasil penjualan
marjinal = biaya marjinal. Dengan demikian didalam jangka panjang keadaan ini
berlaku: harga = hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Kesamaan ini
membuktikan bahwa pasar persaingan sempurna juga mencapai efisiensi alokatif.
Dari
kenyataan bahwa efisiensi produktif dan efisiensi alokatif dicapai didalam
pasar persaingan sempurna.
2.
Kebebasan bertindak dan memilih
Persaingan
sempurna menghindari wujudnya konsentrasi kekuasaan di segolonan kecil
masyarakat. Pada umumnya orang berkeyakinan bahwa konsentrasi semacam itu akan
membatasi kebebasan seseorang dalam melakukan kegiatannya dan memilih pekerjaan
yang disukainya. Juga kebebasaannya untuk memilih barang yang dikonsumsikannya
menjadi lebih terbatas.
Didalam
pasar yang bebas tidak seorang pun mempunyai kekuasaan dalam menentukan harga,
jumlah produksi dan jenis barang yang diproduksikan. Begitu pula dalam
menentukan bagaimana faktor-faktor produksi digunakan dalam masyarakat,
efisiensilah yang menjadi factor yang menentukan pengalokasinya. Tidak seorang
pun mempunyai kekuasan untuk menentukan corak pengalokasiannya. Selanjutnya dengan
adanya kebebasaan untuk memproduksikan berbagai jenis barang maka masyarakat
dapat mempunyai pilihan yang lebih banyak terhadap barang-barang dan jasa-jasa
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Dan masyarakat mempunyai kebebasan
yang penuh keatas corak pilihan yang akan dibuatnya dalam menggunakan
factor-faktor produksi yang mereka miliki.
Disamping
memiliki kebaikan-kebaikan, pasar persaingan sempurna juga memiliki
keburukan-keburukan antara lain :
1.
Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
Dalam
pasar persaingan sempurna teknologi dapat dicontoh dengan mudah oleh perusahaan
lain. Sebagai akibatnya suatu perusahaan tidak dapat meemperoleh keuntungan
yang kekal dari mengembangkan teknologi dan teknik memproduksi yang baru
tersebut. Oleh sebab itulah keuntungan dalam jangka panjang hanyalah berupa
keuntungan normal, Karena walaupun pada mulanya suatu perusahaan dapat
menaikkan efisiensi dan menurunkan biaya, perusahaan-perusahaan lain dalam
waktu singkat juga dapat berbuat demikian. Ketidakkekalan keuntungan dari
mengembangkan teknologi ini menyebabkan perusahaan-perusahaan tidak terdorong
untuk melakukan perkembangan teknologi dan inovasi.
Disamping
oleh alasan yang disebutkan diatas, segolongan ahli ekonomi juga berpendapat
kemajuan teknologi adalah terbatas dipasar persaingan sempurna karena
perusahaan-perusahan yang kecil ukurannya tidak akan mampu untuk membuat
penyelidikan untuk mengembangkan teknologi yang lebih baik. Penyelidikan
seperti itu sering kali sangat mahal biayanya dan tidak dapat dipikul oleh
perusahaan yang kecil ukurannya.
2.
Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial
Didalam
menilai efisiensi perusahaan yang diperhatikan adalah cara perusahaan itu
menggunakan sumber-sumber daya. Ditinjau dari sudut pandangnan perusahaan,
penggunaannya mungkimn sangat efisien. Akan tetapi, ditinjau dari sudut
kepentingan masyarakat, adakalanya merugikan.
3.
Membatasi pilihan konsumen
Karena
barang yang dihasilkan perusahaan-perusahan adalah 100 persen sama, konsumen
mempunyai pilihan yang terbatas untuk menentukan barang yang akan
dikonsumsinya.
4. Biaya
dalam pasar persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
Didalam
mengatakan biaya produksi dalam pasar persaingan sempurna adalah paling
minimum,tersirat (yang tidak dinyatakan)pemisalan bahwa biaya produksi tidak
berbeda. Pemisalan ini tidak selalu benar. Perusahaan-perusahaan dalam bentuk
pasar lainnya mungkin dapat mengurangi biaya produksi sebagai akibat menikmati
skala ekonomi,perkembangan teknologi dan inovasi.
5.
Distribusi pendapatan tidak selalu rata
Suatu
corak distribusi pendapatan tertentu menimbulkan suatu pola permintaan tertentu
dalam masyarakat. Pola permintaan tersebut akan menentukan bentuk pengalokasian
sumber-sumber daya. Ini berarti distribusi pendapatan menentukan bagaimana
bentuk dari penggunaan sumber-sumber daya yang efisien. Kalau distribusi
pendapatan tidak merata maka penggunaan sumber-sumber daya (yang dialokasikan
secara efisien) akan lebih banyak digunakan untuk kepentingan golongan kaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah :
Ø Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu
struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan
setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ø Ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna adalah
a. Perusahaan adalah pengambil harga
b. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
c. Menghasilkan barang yang serupa
d. Terdapat banyak perusahaan di pasar
e. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna
Ø Kebaikan dan keburukan dari pasar persaingan sempurna
Kebaikannya :
a. Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi
b. Kebebasan bertindak dan memilih
Keburukannya :
a. Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
b. Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya social
c. Membatasi pilihan konsumen
d. Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
e. Distribusi pendapatn tidak selalu merata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar