Header

"Selamat Datang Disitus Ical Pole Kegi"
Semoga Catatan Kuliah Ini Sedikit Bisa Membantu Teman-teman Terimakasih......

Sabtu, 03 Desember 2011

Ekonomi Makro


Sistem Moneter dan Mekanisme
Penciptaan Uang

Pendahuluan
Kebijakan moneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya
pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakan moneter yang tepat akan
mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan
perluasan kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Meskipun dalam pelaksanaanya
sangat sulit mencapai semua sasaran tersebut dalam waktu yang bersamaan. Bahkan,
antara sasaran yang satu dengan sasaran yang lainnya seringkali sering berbenturan.1

Bank Sentral dan Sistem Perbankan
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral
berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem
finansial secara keseluruhan. Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh
Bank Indonesia.
Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga (inflasi). Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan
mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar
terlalu banyak maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen-instrumennya
mencoba menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk
menggerakkan roda perekonomian.3
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa,
serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada
perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan
untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung
jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan
dapat diukur dengan mudah.4
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang
merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah:
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
c. Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan untuk memelihara kestabilan
nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.5

Proses Penciptaan Uang
Bank memiliki fungsi yang sangat penting dalam mempengaruhi kegiatan
perekonomian. Selain itu, bank merupakan aktor dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
Dalam menjalankan kebijakan moneter dengan menggunakan berbagai instrumen
moneter, bank sentral menggunakan mediator dalam mempengaruhi jumlah uang beredar
yang merupakan sasaran kebijakan moneter. Kenyataan ini menyebabkan peranan bank
sangat berbeda dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya dalam sistem keuangan. Bank
umum memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya adalah6:
Pertama, bank umum memiliki kemampuan dalam menciptakan suatu jenis tabungan
yang dapat diambil atau ditarik dengan menggunakan instrumen yang disebut cek atau
bilyet giro. Penarikan tersebut dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa perlu
memberitahukan bank yang bersangkutan. Instrumen penarikan disebut uang giral yang
dapat digunakan sebagai alat pembayaran atas suatu transaksi. Oleh karena itu, jenis
tabungan ini disebut pula tabungan giral. Tabungan uang giral di bank umum tidak dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya termasuk Bank Perkreditan Rakyat.
Kedua, bank umum memiliki kemampuan meningkatkan atau mengurangi daya beli
(purchasing power) dalam perekonomian. Oleh karena itu, dengan kemampuan tersebut
bank umum akan dapat mempengaruhi jumlah uang beredar dalam masyarakat melalui
pemberian kredit kepada nasabah atau unit-unit usaha yang membutuhkan dana. Namun,
dalam pemberian kredit tersebut bank umum tidak dapat menggunakan keseluruhan
tabungan yang diterima dari masyarakat untuk disalurkan, baik dalam bentuk kredit
maupun dalam bentuk aktiva lainnya. Sebagian dari tabungan yang dihimpun tersebut
harus disimpan sebagai cadangan likuiditas atau alat likuid yang jumlahnya ditentukan
oleh otoritas moneter. Cadangan likuiditas wajib tersebut harus disimpan baik dalam
bentuk kas pada bank yang bersangkutan maupun disimpan dalam rekening giro pada
bank sentral (setiap bank diwajibkan memiliki rekening giro pada bank sentral).
Selanjutnya, bank umum boleh menyalurkan dana tabungan yang dihimpunnya tersebut
setelah menahan sejumlah likuiditas wajib.
Bank umum dapat mempengaruhi jumlah uang beredar melalui penciptaan uang
giral. Untuk menggambarkan proses penciptaan uang oleh bank umum, dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa asumsi berikut7:
a. Ketentuan cadangan likuiditas wajib (reserve requirement, RR) 5%.
b. Semua loanable funds, yaitu dana setelah dikurangi RR, disalurkan dalam bentuk
kredit.
c. Setiap transaksi menggunakan cek.
d. Semua simpanan dalam bentuk giro.
e. Simpanan giro pertama sebesar Rp 1 juta dan disimpan pada Bank Umum A.
Dahlan Siamat dalam ilustrasinya menguraikan bahwa proses transaksi untuk
penciptaan uang oleh bank umum dalam perekonomian dengan menggunakan asumsi di
atas dimulai dengan simpanan nasabah dalam bentuk Giro pada Bank Umum A sebesar
Rp 1 juta. Untuk memenuhi ketentuan, Bank Umum A menahan sebesar Rp 50 ribu
(5% x Rp 1 juta) sebagai cadangan. Sisanya sebesar Rp 950 ribu yang dalam hal ini
adalah loanable funds dipinjamkan kepada nasabahnya (Tabel 1). Selanjutnya, nasabah
yang mendapatkan kredit tersebut menggunakan uang tersebujt untuk membeli
kebutuhan-kebutuhannya. Pihak penjual dengan adanya transaksi tersebut memperoleh
uang yang kemudian menyetorkannya pada rekening gironyadi Bank Umum B sebesar
Rp 950 ribu. Oleh Bank Umum B setelah menahan cadangan sebesar 5% x Rp 950 ribu =
Rp 47.500,00 sisa dananya sebesar Rp 902.500,00 kemudian dipinjamkan kepada
nasabahnya (Tabel 2). Nasabah yang memperoleh pinjaman dari Bank Umum B
membelanjakan uangnya tersebut sebagaimana dengan nasabah Bank Umum A
sebelumnya. Oleh pihak penjual yang melakukan transaksi, dana tersebut disetorkan ke
rekeningnya di Bank Umum C sejumlah Rp 902.500,00 yang kemudian menahan sebagai
jumlah tersebut sebagai cadangan likuiditas dan selanjutnya menyalurkannya kembali
kepada debitur (Tabel 3). Proses transaksi ini akan berulang secara terus-menerus. Bank
Umum C meminjamkan loanable funds kepada nasabah debiturnya yang kemudian
digunakan untuk membeli kebutuhannya. Oleh penjual, hasil transaksi tersebut disimpan
di Bank Umum D (Tabel 4). Transaksi ini akan berakhir pada suatu tahap dimana tidak
ada lagi sisa cadangan likuiditas sehingga loanable funds menjadi nol dari jumlah
simpanan giro awal.

Pada proses penciptaan uang giral oleh Bank Umum tersebut yang jumlah
awalnya hanya sebesar Rp 1 juta akan menjadi Rp 20 juta setelah melalui proses
penciptaan uang giral dengan mekanisme yang sama seperti dijelaskan di atas. Jumlah
uang giral, cadangan likuiditas, dan kredit yang diberikan pada akhir proses penciptaan
dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
D = S/r
Dimana:
D = Jumlah seluruh uang giral, cadangan, dan kredit yang diberikan yang akan terwujud
dalam proses penciptaan uang.
S = Jumlah uang giral, cadangan, dan kredit yang diberikan yang tercipta pada awal
proses penciptaan uang.
r = Ketentuan bagian uang giral (dalam persen) yang harus ditahan oleh bank sebagai
cadangan likuiditas.
Dengan mengaplikasikan rumus tersebut di atas maka jumlah tabungan giro,
cadangan dan kredit yang tercipta dapat dihitung sebagai berikut9:
a. Tabungan giral:
D = S/r
= 1.000.000/0.05
= 20.000.000
b. Cadangan:
D = S/r
= 50.000/0.05
= 1.000.000
c. Kredit yang diberikan:
D = S/r
= 950.000/0.05
= 19.000.000


Instrumen Kebijakan Moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah
kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan
berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun
panjang.10
Mulia Nasution (1998) membagi instrumen kebijakan moneter menjadi dua
kategori, yaitu kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif dan kebijakan moneter yang
bersifat kualitatif.
Instrumen kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif terkait langsung dengan
perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang ada di masyarakat, bisa berupa pengurangan
maupun penambahan JUB.
Instrumen kebijakan ini meliputi:
a. Mengubah tingkat diskonto (discount rate)
Salah satu cara yang dapat dilakukan bank sentral untuk mempengaruhi JUB dan
aktivitas perekonomian adalah melalui tingkat suku bunga dan tingkat diskonto.
Jika kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat yang akan mungkin dicapai, maka
bank sentral dapat meningkatkan aktivitas perekonomian dengan menurunkan
tingkat diskonto, biaya (tingkat bunga) yang dibayarkan oleh bank umum atas
pinjaman pada bank sentral akan lebih murah, ini akan lebih memungkinkan bank
umum memberikan pinjaman lebih banyak pada sektor industri. Sebaliknya, jika
bank sentral ingin menurunkan tingkat aktivitas perekonomian yang mulai
memanas, maka tingkat diskonto akan dinaikkan sehingga akan memberikan
dampak kepada bank umum yang akan menaikkan tingkat bunga pinjaman yang
diberikan. Tindakan ini akan mengakibatkan sector industri enggan membuat
pinjaman baru, juga sector industri akan mengembalikan pinjaman di masa lalu
akibat naiknya suku bunga. Hal ini akhirnya akan menurunkan jumlah uang beredar
dan sekaligus menurunkan aktivitas perekonomian11.
Jadi, Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar (JUB) di suatu negara, Bank
Sentral dapat menggunakan instrumen penetapan tingkat diskonto (discount rate)
berupa penentuan besarnya tingkat bunga yang berlaku. Jika Bank Sentral
menghendaki untuk menambah JUB, maka dilakukan dengan menurunkan tingkat
bunga. Penurunan tingkat bunga akan menyebabkan masyarakat lebih menyukai
untuk memegang uang tunai atau pun berinvestasi di sektor riil yang diharapkan
hasilnya lebih besar dari tingkat bunga yang diterima dari bank. Sedangkan apabila
Bank Sentral menginginkan untuk mengurangi JUB, maka dilakukan dengan
menaikkan tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga meningkat maka
diharapkan masyarakat akan beramai-ramai untuk menabungkan uangnya di bank
karena menginginkan mendapatkan bunga yang tinggi. Jika uang yang beredar
banyak disetorkan ke perbankan maka JUB akan turun.
b. Operasi Pasar Terbuka (open market operation)
Operasi pasar terbuka ini dilaksanakan dengan melakukan jual-beli surat-surat
berharga. Tindakan menjual dan membeli surat berharga tergantung pada kondisi
perekonomian yang terjadi pada suatu Negara.
Jika perekonomian dalam keadaan lesu, bank sentral akan berupaya untuk
menambah JUB dengan cara membeli surat-surat berharga yang dimiliki bank-bank
umum. Dengan kondisi ini maka akan menambah likuiditas bank-bank umum. Bank
umum juga akan lebih banyak menyalurkan kredit untuk sector industri sehingga
investasi meningkat, dan hal ini akan kembali meningkatkan aktivitas
perekonomian yang sebelumnya mengalami kelesuan.
Bila perekonomian sedang mengamani pemanasan atau inflasi, maka bank sentral
akan berusaha untuk meningkatkan cadangan likuiditas bank-bank umum. Dengan
kondisi seperti ini, bank umum akan berusaha menarik kredit untuk menigkatkan
cadangan dan akan menarik kredit yang diberikan.
Bank sentral juga dapat memaksa bank umum untuk membeli surat-surat berharga
(di Indonesia: SBI) guna mengurangi jumlah uang beredar12.
c. Penetapan Giro Wajib Minimum (minimum reserve requirement)
Penetapan besarnya giro wajib minimum akan mempengaruhi jumlah cadangan
bank umum di Bank Sentral dan lebih jauh akan mempengaruhi juga terhadap JUB.
Apabila Bank Sentral berencana untuk menambah JUB, maka hal ini dilakukandengan menurunkan persentase giro wajib minimum. Penurunan persentase giro
wajib minimum akan meningkatkan kemampuan bank umum dalam menciptakan
uang, yang pada gilirannya akan menyebabkan JUB meningkat juga. Sedangkan
apabila Bank Sentral berencana mengurangi JUB, maka dilakukan dengan
menaikkan besarnya giro wajib minimum. Jika persentase giro wajib minimum
naik, maka jumlah cadangan bank umum di Bank Sentral juga akan naik sehingga
akan menurunkan kemampuan bank umum untuk menciptakan uang sehingga JUB
juga turun.
Sedangkan instrumen kebijakan moneter yang bersifat kualitatif, meliputi:
a. Himbauan moral (moral suassion)
Bujukan moral dapat menjadi instrumen pengendalian moneter oleh bank sentral
untuk mencapai sasaran operasionalnya. Cara kerja instrument ini pada dasarnya
adalah bank sentral memberikan himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama
kepada bank-bank utama saja (leading banks), agar menjalankan himbauan atau
permintaan bank sentral sesuai dengan kebijakan moneter yang dijalankannya.
Biasanya dalam hal ini bank sentral akan menambah jumlah uang beredar, bankbank
diminta untuk menurunkan tingkat bunganya dan mulai menyalurkan
kreditnya kepada sector riil. Dengan himbauan tersebut bank-bank secara moral
bersedia mengikutinya dalam rangka mendorong kegiatan sector produksi guna
mencapai pertumbuhan ekonomi. Kesediaan bank-bank besar menurunkan tingkat
bunganya selanjutnya akan diikuti oleh bank-bank kecil. Untuk menjamin berhasil
dan efektifnya penggunaan instrument ini, bank sentral haruslah benar-benar
berwibawa dan kredibel yang didukung kinerja yang baik sebagai otoritas
moneter13.
Instrumen kebijakan moneter ini seringkali disebut dengan instrumen kebijakan
yang bersifat tidak langsung dalam mempengaruhi JUB. Moral suassion dilakukan
melalui berbagai regulasi dan himbauan kepada sektor perbankan guna
mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter. Salah satu contohnya adalah
adanya himbauan dari pemerintah atau Bank Sentral kepada bank-bank umum akan
menyalurkan kredit mikro kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Dengan adanya
penyaluran kredit dari perbankan kepada UKM maka akan menyebabkan JUB yang
ada di masyarakat meningkat.
b. Pengawasan kredit secara ketat
Pengendalian kredit secara selektif ini dapat mengurangi jumlah uang beredar yang
tidak produktif, maksudnya bank sentral perlu mengawasi pemberian pinjaman
untuk tujuan konsumtif. Karena pertambahan uang yang bukan untuk menambah
output riil dalam perekonomian akan menciptakan inflasi. Dengan pertambahan
uang beredar tidak diikuti dengan pertambahan jumlah produksi sektor industri.
Jadi, agar jangan sampai pertambahan uang yang tidak produktif ini akhirnya lebih
banyak diarahkan pada spekulasi

Penutup
Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter di suatu Negara memiliki
kedudukan dan fungsi yang strategis dalam ikut menentukan stabilitas ekonomi suatu
Negara. Apalagi, karena kebijakannya dapat berpengaruh langsung terhadap kondisimakro ekonomi Negara tersebut. Oleh karena itu, kedudukan Bank Sentral suatu Negara
haruslah kuat dan terjaga stabilitasnya.

Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sentral
Nasution, Mulia. 1998. Ekonomi Moneter: Uang dan Bank. Jakarta: Penerbit Djambatan
Siamat, Dahlan. 2002. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan
Perbankan. Jakarta: LPFEUI
www.bi.go.id







PASAR MONOPOLI

Pasar Monopoli v. Oligopolistik v. Monopolistik v. Persaingan Sempurna
            Ada pertanyaan seorang kawan akhir-akhir ini, saat bertemu dengan pelaku pasar televise berlangganan di Indonesia. Sebelum sering-sering bermain ke Gorontalo dan Balikpapan untuk melihat dan mendaftar pemain-pemain kecil Spanyol*, ada baiknya konsepsi dasar tentang struktur pasar harus dipahami secara mendalam. Saya jadi tersenyum sekaligus menggeleng, “kenapa juga pasar oligopolistik jadi merugikan masyarakat?” pak, jangan memberikan pertanyaan sebelum melakukan riset dan pendalaman pemahaman, ya.
PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA.
Pasar persaingan sempurna jarang kita jumpai, yang seringkali kita jumpai adalah pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition market). Pada pasar persaingan tidak sempurna, kegiatan tertentu seperti di Monopoli oleh perusahaan-perusahaan besar. Distribusi pelayanan telepon oleh PT. TELKOM, misalnya. Selain itu, pada pasar ini juga dapat kita temui penjualan barang-barang meskipun sama tetapi dibedakan berdasarkan merk, kemasan, aroma, warna, atau ukuran saja. Lalu apakah yang dimaksud dengan pasar persaingan tidak sempuna itu?  Pasar persaingan tidak sempurna adalah pasar dimana terdapat satu atau beberapa penjual yang menguasai pasar atau harga, serta satu atau beberapa pembeli yang menguasai pasar atau harga. Jika suatu perusahaan dapat mempengaruhi harga pasar, maka pasar tempat perusahaan itu menjual produknya digolongkan sebagai pasar persaingan yang tidak sempuna.  Secara umum, bentuk-bentuk pasar persaingan tidak sempurna adalah sebagai mana akan dibahas berikut ini.
Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis".
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk lagi— mencarinya di pasar gelap (black market).
Ciri dan sifat
Ada beberapa ciri dan sifat dasar pasar monopoli. Ciri utama pasar ini adalah adanya seorang penjual yang menguasai pasar dengan jumlah pembeli yang sangat banyak. Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya barang pengganti yang memiliki persamaan dengan produk monopolis; dan adanya hambatan yang besar untuk dapat masuk ke dalam pasar.
Hambatan itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar. Perusahaan monopolis akan berusaha menyulitkan pendatang baru yang ingin masuk ke pasar tersebut dengan dengan beberapa cara; salah satu di antaranya adalah dengan cara menetapkan harga serendah mungkin.
Dengan menetapkan harga ke tingkat yang paling rendah, perusahaan monopoli menekan kehadiran perusahaan baru yang memiliki modal kecil. Perusahaan baru tersebut tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan monopolis yang memiliki kekuatan pasar, image produk, dan harga murah, sehingga lama kelamaan perusahaan tersebut akan mati dengan sendirinya.
Cara lainnya adalah dengan menetapkan hak paten atau hak cipta dan hak eksklusif pada suatu barang, yang biasanya diperoleh melalui peraturan pemerintah. Tanpa kepemilikan hak paten, perusahaan lain tidak berhak menciptakan produk sejenis sehingga menjadikan perusahaan monopolis sebagai satu-satunya produsen di pasar.
MONOPOLI
Kata monopoli berasal dari bahasa Yunani, Mono, yang artinya Satu, dan Poli, yang artinya Penjual. Dari dua kata tersebut maka Monopoli menunjuk pada suatu kondisi dimana dalam suatu pasar hanya ada satu penjual, sehingga tidak ada pihak lain menyaingi. Dalam Monopoli, penjual tersebut adalah satu-satunya produsen dalam industri, dan tidak ada industry lain yang memproduksi barang subtitusinya.
            Seorang monopolis dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker). Jika ia ingin menaikkan harga, maka ia pun dapat melakukannya dengan cara mengurangi jumlah produknya. Sekarang ini, perusahaan yang seratus persen bersifat monopoli jarang kita temui. Mungkin hanya beberapa produksi jasa, seperti telekomunikasi, gas, air, dan listrik yang benar-benar dikuasai oleh penjual tunggal. Di Indonesia, jasa-jasa yang baru saja di sebut dikuasai oleh perusahaan Negara, antara lain PAM, PLN, dan PT. TELKOM.
            Sebenarnya, sulit sekali kita untuk mendapatkan contoh pasar yang benar-benar bersifat monopoli ini, karena pada kenyataannya, di dalam pasar selalu saja ada persaingan. Sebagai contoh, PerusahaanKereta Api Indonesia (PT KAI) tampaknya tidak mempunyai pesaing, karena perusahaan inilah satu-satunya perusahaan kereta api di tanah air kita, yang juga dimiliki oleh Negara. Padahal, angkutan kereta api harus selalu siap bersaing dengan sekian banyak perusahaan bus dan berbagai angkutan darat lainnya. Kenyataannya makin dipercantiknya akomodasi kereta api kiranya menyiratkan adanya persaingan itu.
            Pasar monopoli sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sebagai berikut berdasarkan sumbernya.
1.                  Monopoli Alamiah. Monopoli alamiah timbul karena keadaan alam yang khas. Sebagai contoh, Palembang terkenal dengan buah dukuhnya sehingga bua tersebut cenderung memonopoli. Begitu juga dengan apel hijau dari Malang, atau intan dari Martapura.
2.                  Monopoli Masyarakat. Monopoli masyarakat terjadi akibat tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu hasil produksi. Sebagai contoh, kecap merek X memonopoli pasar karena kecap merek tersebut sudah menjadi favorit masyarakat sehingga sulit beralih ke kecap merek lain.
3.                  Monopoli Undang-undang. Monopoli undang-undang muncul karena pemberlakuan secara hukum, kebijakan, atau peraturan tertentu. Monopoli undang-undang ini antara lain berupa penberian hak paten, pembatasan masuknya barang-barang baku dalam industry, dan pembatasan perdagangan luar negeri dalam bentuk tariff dan kuota oleh pemerintah.
Hak paten merupakan bentuk khusus dari monopoli undang-undang untuk memasuki suatu indistri. Hak paten ini diberikan kepada seorang penemu berupa hak eksklusif (monopoli), sebagai contoh, karena perlindungan hak paten ini, perusahaan sepeda olah raga merek “T” memegang monopoli absolut terhadap pemasaran jenis sepia yang bersangkutan. Hak paten ini diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk merangsang penemuan-penemuan baru, terutama bagi perusahaan kecil dan individu.
OLIGOPOLI
Jika pada pasar monopoli hanya terdapat satu penjual, maka pasar yang memiliki beberapa penjual disebut oligopoli. Pada pasar oligopoli, masing-masing perusahaan memproduksi dan menjual produk yang serupa atau hampir serupa. Sebagai contoh, produk batu baterai, pasta gigi, sabun mandi,air minum mineral, sepeda motor, accu, dan ban mobil/sepeda motor.
            Strategi yang bisa ditempuh oleh perusahaan-perusahaan oligopoli dalam menguasai dan menarik konsumen adalah dengan membuat model serta memberikan merek tertentu pada produk yang dijual. Model, dan terutama, merek ini sudah tentu harus berkesan di benak konsumen. Secara umum, konsumen yang sudah terikat pada produk merek tertentu akan sulit berpindah ke produk yang lain, meskipun produk merek ini sudah berganti model.
            Contoh yang paling kentara adalah produk elektronik dan obat-obatan, jika kalian sakit, umumnya kalian memakai obat dengan merek yang sama, bukan? Demikian pula dengan barang elektronik, antara lain televisi, radio kaset, lemari es, dan lain-lain, seorang bapak, misalnya, akan cenderung untuk membeli televisi berwarna terbaru yang bermerek sama dengan merek televisi hitam putihnya dulu.
MONOPSONI
Pasar monopsoni serupa serupa dengan pasar monopoli. Hanya saja, pasar ini dilihat dari sisi pembeli. Monopsoni menunjuk pada kondisi permintaan dan pasar yang dikuasai oleh pembeli tunggal. Kondisi ini lebih sering terdapat dikalangan produsen dan jarang dikalangan konsumen. Sebuah pabrik the merek “G”, misanya. Untuk menghasilkan produk bermutu, perusahaan ini membeli teh langsung dari para petani. Lantas, perusahaan ini melakukan pendekatan dengan cara monopsoni terhadap petani teh diwilayah tertentu. Artinya, perusahaan itu sendirilah yang menentukan harga teh. Dalam kasus ini, tampak bahwa harga produk ditentukan oleh pihak pembeli. Kedudukan sebagai price maker dalam hal pembelian tersebut, tidak bisa berlaku dalam penjualan. Perusahaan teh tadi tidak bisa begitu saja menentukan harga jual produknya, mengingat masih ada perusahaan lain yang meluncurkan produk sejenis.
OLIGOPSONI
Oligopsoni merujuk pada suatu pasar dimana terdapat beberapa pembeli. Cirri-ciri pasar oligopsoni secara umum sama dengan pasar oligopoly. Hanya saja, pasar ini dilihat dari sudut pandang pembeli/konsumen. Setiap pembeli memiliki peran cukup besar untuk mempengaruhi harga barang yang dibelinya.
PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Suatu pasar dikatakan memiliki bentuk pasar persaingan monopolistic jika pada pasar tersebut terdiri dari beberapa penjual/produsen dan pembeli. Selain itu, pada barang atau jasa tersebut, baik kualitas, bentuk, dan ukuran, saling berlainan, atau sering diistilahkan sebagai product differentiation (pembedaan produk). Pada pasar persaingan monopolistik dapat kita temukan unsur-unsur  monopoli sekaligus unsur-unsur persaingan.
            Produk pada pasar persaingan monopolistik adalah homogen atau sejenis, antara lain sabun cuci, sabun mandi, minyak goreng, air mineral, dan beras. Barang-barang semacam itu dibuat oleh beberapa pabrik (lebih dari satu pabrik) dan pada masing-masing barang tersebut memiliki merek atau cap dagang sendiri-sendiri. Lebih jauh, hak paten untuk tiap merek memperlihatkan unsur monopoli dalam pasar tersebut. Merek dagang yang sudah ada tidak boleh ditiru oleh produsen lain, meskipun produk yang dijual sama. Sementara unsur persaingannya terlihat dari adanya keberagaman merek, kemasan, cita rasa, bahkan juga harga untuk jenis produk yang sama.
            Bagaimanakah kondisi penentuan harga dalam pasar persaingan monopolistik? Dalam pasar ini, para produsen atau penjual mempunyai sedikit kebebasan untuk mentukan harga jual produknyasendiri. Lebih bebas daripada pasar persaingan sempurna, tetapi tidak sebebas pada pasar monopoli. Alasannya, kalau harga produknya terlalu mahal, maka konsumen akan beralih ke produk lain yang sejenis. Dalam pasar persaingan sempuna, perusahaan menghasilkan berbagai produk yang homogen,  (identik, standar), sementar dalam pasar persaingan monopolistic produk yang dihasilkan berbeda (didiferensiasikan). Akibatnya dalam pasar ini, banyak perusahaan yang menjual produk yang serupa tapi tidak sama, seperti bensin (premium, super, premix), minuman ringan dengan berbagai rasa serta kemasan, sabun mandi berbagai aroma, dan kemeja dengan berbagai model serta ukuran.
            Mari kita beralih pada contoh lain. Pedagang kopi, misalnya, kopi yang diperjual belikan sama sifatnya, tetapi komoditi tersebut tidak dapat kita dibedakan dari segi mutu, ukuran, bungkus dan merek sehingga perusahaan bisa membuat kebijakan harga sendiri tanpa takut akan kehilangan konsumen. Akan tetapi, sudah tentu ia tidak akan menaikkan harga terlalu tinggi dibandingkan dengan harga kopi merek lain. Ia pun tidak akan menurunkan harga. Kalian tau sebabnya, bukan?
            Sejumlah faktor dapat mengubah bentuk pasar persaingan bebas menjadi pasar persaingan monopolistik. Selai disebabkan oleh diferensiasi produk, perubahan itu juga dilatari oleh intensifikasi dari pihak produsen untuk menarik hati konsumen, seperti pemberian pelayanan yang memuaskan, undian berhadiah, dalam rangka mengimbangi keberagaman kebutuhan konsumen, membuat pasar persaingan sempurna menggelincir menjadi pasar persaingan monopolistik.
            Secara umum, cirri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut :
1.                  Jumlah penjual atau produsen cukup banyak, namun tidak sebanyak pada pasar persaingan sempurna.
2.                  Masing-masing penjual atau produsen masih dapat mempengaruhi harga, meski tidak mutlak.
3.                  Barang yang diperjual belikan tidak homogen sekali, melainkan ada perbedaan (product differentiation), meskipun perbedaan tersebut hanya pada warna, merek, mutu, dan ukuran.
4.                  Ada pembatasan dalam pendirian perusahaan, meskipun tidak sulit pada monopoli dan tidak semudah pada pasar persaingan sempurna.
Definisi Monopoli Murni
            monopoli murni adalah bentuk organisasi pasar dimana terdapat perusahaan tunggal yang menjual komoditi yang tidak mempunyai subtitusi sempurna. Jadi, perusahaan itu sekaligus merupakan industri dan menghadapi kurva permintaan industri yang memiliki kemiringan negatif untuk komoditi itu. Akibatnya, jka monopolis itu hendak menjual lebih banyak komoditi, ia harus menurunkan harganya. Dengan demikian, untuk seorang monopolis, MR, < P dan kurva MR terletak dibawah kurva D.
CONTOH 1.  Dalam tabel 1, kolom (1) dan (2) memperlihatkan skedul permintaan yang dihadapi oleh monopolis itu. Nilai TR dari kolom (3) diperoleh dengan menggalikan setiap nilai dari kolom (1) dengan nilai yang bersesuaian dalam kolom (2). Nilai MR dari kolom (4) diperoleh dari selisih antara nilai-nilai TR yang berurutan. Karena itu, nilai MR pada kolom (4) seharusnya dicatat di tengah antara tingkat-tingkat TR dan penjualan yang berurutan. Akan tetapi, hal ini tidak dilakukan untuk tidak terlalu merumitkan tabel. MR = $3 yang dicatat pada tingkat penjualan 2,5 unit diperoleh dari perubahan TR akibat kenaikan penjualan dari 2 menjadi 3 unit; angka ini akan diperlukan kemudian untuk memperlihatkan tingkat out put ekuilibrium untuk monopolis  tersebut.                            Tabel  1.
(1)
P($)
(2)
Q
(3)
TR($)
(4)
MR($)
8.00
7.00
6.00
5.50
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0
0
1
2
2,5
3
4
5
6
7
8
0
7.00
12.00
13.75
15.00
16.00
15.00
12.00
7.00
0
..
7
5
(3)
3
1
-1
-3
-5
-7
      $
     8   A
     7                              e > 1
     6                         B
     5                                               e = 1
      4                    B                            C                                      Gambar 11-1
      3                                                                                 e < 1
      2                                                         D               F
      1
      0         1          2          3           4           5           6           7         8         Q
                                                              MR
                 Skedul D dan MR dari tabel 1 yang dihadapi monopolis itu dilukiskan dalam Gambar 11-1. Perhatikan, bahwa MR adalah positif selama kurva permintaan elastis, nol apabila e = 1 dan negatif  apabila e < 1. Sebab apabila D elastis, penurunan harga komoditi akan menyebabkan TR naik, sehingga MR (yang ditentukan oleh ∆TR/∆Q) adalah positif. Apabila D mempunyai elastisitas uniter, turunnya harga tidak menyebabkan perubahan TR, dan karenanya MR adalah nol. Apabila D tidak elastis, turunnya harga akan mengakibatkan turunnya TR, dan karenannya MR negatif. 
KURVA MR DAN ELASTISITAS
                 Kurva MR untuk tiap kurva permintaan yang berbentuk garis lurus adalah garis lurus yang dimulai pada titik yang sama pada sumbu vertikal seperti kurva permintaan, tetapi tingkat penurunannya dua kali lipat (yaitu, mempunyai kemiringan absolut sebesar dua kali lipat) dari kurva D. juga, MR pada tiap tingkat penjualan berhubungan dengan harga pada tingkat penjualan tersebut dengan rumus MR = P (1 – 1/e), dimana e berarti nilai absolut dari koefisien elastisitas harga dari permintaan pada tingkat penjualan itu.
CONTOH  2.     Dari titik A ke titik B, kurva D pada Gambar 11-1 turum sebesar dua unit dan mempunyai kemiringan absolut sebsar 1. Untuk menempatkan MR sesuai dengan titik B pada kurva D, kita turunkan empat unit dari titik A, atau dua kali penurunan dari A ke B, untuk memperoleh titik Bpada kurva MR. demikian pula, dari A ke C, kurva D turun sebesar empat unit; jadi, MR yang sesuai dengan titik C (yaitu titik C’) di peroleh dengan menurunkan empat unit lainnya dari titik C (atau, 8 unit dari titik A). garis lurus dari titik A melalui setiap titik MR itu (seperti Batau C)akan menghasilkan kurva MR.
                 Untuk kurva permintaan dalam Gambar 11-1, pada titik B,
                                                              3
karena itu,                       MR = $6  = $6  = $4 (titik B)        
pada titik C,                           
                                                            e =
 =  = 1
karena itu,                        MR = $4 = $4(0) = 0 (titik C)
pada titik F1,  
                                                            e =
 =  =
karena itu,                   MR = $2 = $2( - 2 ) = - $4 (tidak diperlihatkan dalam gambar itu)
perhatikan,  bahwa dalam kasusu persaingan sempurna, e = ∞ (tidak terhingga). Karena itu, MR = P(1 – 1/∞) = P(1 – 0) = P. jadi, kurva penerimaan marjinal dan kurva permintaan untuk perusahaan yang bersaing sempurna saling berimpit.

            EKUILIBRIUM JANGKA PENDEK DALAM PASAR MONOPOLI MURNI :
Pendekatan Total.
                 Output ekuilibrium jangka pendek untuk monopolis tersebut adalah output dimana keuntungan total mencapai maksimum, atau kerugian total mencapai minimum (asalkan TR > TVC; lihat bagian 10.5).
Tabel  2.
(1)
P($)
(2)
Q
(3)
TR($)
(4)
STC($)
(5)
Keuntungan Total ($)
8.00
7.00
6.00
*5.50
5.00
4.00
3.00
0
1
2
2,5
3
4
5
0
7.00
12.00
13.75
15.00
16.00
15.00
6
8
9
10
12
20
35
-6.00
-1.00
+3.00
+3.75
+3.00
-4.00
-20.00
CONTOH 3.  Dalam Tabel  2, TR (kolom 3) dikurangi STC (kolom 4) memperlihatkan keuntungan total (kolom 5). Keuntungan total mencapai maksimum (sebesar $3.75) dan monopolis itu berada dalam ekuilibrium jangka pendek apabila memproduksi dan menjual 2,5 unit barang per periode waktu dengan harga $5.50.
                 Output ekuilibrium jangka pendek dari monopolis itu dapat pula dilihat secara ilmu ukur dengan menggambarkan nilai-nilai dari kolom 2,3,4, dan 5 Tabel 2. Perhatikanlah, bahwa bila kurva TR untuk perusahaan yang bersaing sempurna ditentukan oleh garis lurus melalui titik nol (karena harga komoditi tetap konstan), kurvaa TR untuk monopolis itu memiliki bentuk U terbalik. Perhatikan pula, bahwa dalam gambar 11-2, tingkat output dimana keuntungan total monopolis mencapai maksimum adalah lebih kecil dari pada output dimana TR adalah maksimum.



Gambar 11-2

                 EKUILIBRIUM JANGKA PENDEK DALAM PASAR MONOPOLI MURNI :
                 pendekatan Marjinal.
                 Sebagaiman halnya dalam kasus persaingan sempurna, adalah bermanfaat untuk menganalisis ekuilibrium jangka pendek monopolis murni melalui pendekatan marjinal. Pendekatan ini menjukkan bahwa tingkat output ekuilibrium jangka pendek bagi monopoli itu adalah output dimana MR = SMC dan kemiringan kurva MR lebih kecil dari pada kemiringan kurva SMC (menbuktikan bahwa pada tingkat output ini P≥ AVC).
CONTOH  4.  Nilai-nilai dalam kolom (1) sampai (5) dari Tabel 3 berasal dari Tabel 1 dan 2. Nilai lainnya dalam Tabel 3 diperoleh dari nilai-nilai yang diperlihatkan pada kolom 1,2,3, dan 5. Monopolis memaksimumkan keuntungan totalnya sebesar $3.75) bila mana memproduksi dan menjual 2,5 unit output dengan harga $5.50. pada tingkat output ini, MR = SMC (=$3); MR sedang menurun dan SMC sedang naik (sehingga kemiringan negatif dari kurva MR lebih kecil dari pada kemiringan positif kurva SMC). Selama MR>SMC, ada gunanya bagi monopolis itu untuk meningkatkan output dan tingkat penjualan karena kenaikan TR akan lebih besar daripada kenaikan STC (jadi, keuntungan naik). Sebaliknya berlaku apabila MR< SMC (lihat Tabel 3). Dengan demikian, keuntungan total akan mencapai maksimum apabila MR = SMC.
Tabel  3.
(1)
P($)
(2)
Q
(3)
TR($)
(4)
MR($)
(5)
STC($)
(6)
SMC($)
(7)
SAC($)
(8)
Keuntungan/
Unit($)
(9)
Keuntungan
Total ($)
8.00
7.00
6.00
*5.50
5.00
4.00
3.00
0
1
2
2,5
3
4
5
0
7.00
12.00
13.75
15.00
16.00
15.00

7
5
(3)
3
1
-1
6
8
9
10
12
20
35

2
1
(3)
3
8
15

8.00
4.50
4.00
4.00
5.00
7.00

-1.00
+1.50
+1.50
+1.00
-1.00
-4.00
-6.00
-1.00
+3.00
+3.75
+3.00
-4.00
-20.00

                 Tingkat output terbalik yang memaksimumkan keuntungan untuk monopolis ini dapat pula dilihat dalam gambar 11-3 (diperoleh dengan menggambarkan nilai-nilai dari kolom 1,2,4,6 dan 7 Tabel 3).
                 Dalam Gambar 11-3, tingkat output terbalik, atau optimum untuk monopolis itu ditentukan oleh titik dimana kurva SMC memotong kurva MR dari bawah (sehingga pada titik perpotongan itu, kemiringan kurva MR, yang selalu negatif, adalah lebih kecil daripada kemiringan kurva SMC, yang biasanya positif). Pada tingkat output terbaik ini, monopolis tadi memperoleh keuntungan per unit sebesar $1.50 (jarak vertical antara D dan SAC pada 2,5 unit output) dan keuntungan total  sebsar $3.75 (2,5 unit output dikali keuntungan per unit sebesar $1.50).perhatikanlah, bahwa tingkat output terbaik itu lebih kecil daripada tingkat output yang membuat SAC minimum dan lebih kecil daripada tingkat output dimana P = SMC .
                                                Gambar 11-3

                                                2,5


EKUILIBRIUM JANGKA PANJANG DALAM PASAR MONOPOLI MURNI
            Dalam jangka panjang, akan tetap beroperasi hanya jika ia dapat memperoleh laba (atau setidak-tidaknya mencapai kondisi pulang pokok) dengan memperoduksi tingkat output terbaik menurut skala operasi yang paling sesuai. Tingkat output dalam jangka panjang ditentukan oleh titik dimana kurva LMC memotong kurva MR dari bawah. Skala operasi yang paling sesuai.adalah skala operasi yang kurva SAC-nya bersinggungan dengan kurva LAC pada tingkat output yang terbaik.
CONTOH  5.  Dalam gambar 11-4, D, MR, SMC dan SAC1 adalah sama seperti gambar 11-3. Sebagaiman kita lihat dalam contoh 4, tingkat output terbaik dalam jangka pendek untuk monopolis ini adalah 2,5 unit per periode waktu.
            Gambar  11-4.
Dalam jangka panjang, tingkat output terbaik adalah 3,5 unit dan ditentukan oleh titik dimana kurva LMC memotong kurva MR dari bawah (yaitu, pada titik perpotongan tersebut, kemiringan kurva MR mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada kemiringan kurva LMC) Skala operasi yang paling sesuai ditentukan oleh kurva SAC (yang bersinggungan dengan kurva LAC pada 3,5 unit output). Jadi, pada kondisi ekuilibrium jangka panjang, SMC = MR,  P = $4.50, SAC2 = $2.50, keuntungan per unit adalah $2 dan keuntungan total adalah $7.
PERATURAN MONOPOLI : PENGENDALIAN HARGA.
            Dengan menetapkan harga maksimum pada tingkat dimana kurva SMC memotong kurva D, pemerintah dapat mendorong monopolis itu untuk meningkatkan output sampai tingkat yang harus diproduksi industry jika diatur panjang batas persaingan sempurna, peraturan ini juga mengurangi keuntungan monopolis itu.
CONTOH  6.   Dimulai dengan gambar yang identik seperti gambar 11-3, jika pemerintah menetapkan harga maksimum sebesar $5 (yaitu, pada tingkat dimana kurva SMC memotong kurva D), kurva permintaan baru yang dihadapi monopolis itu menjadi ABK (lihat Gambar 11-5). Kurva MR yang sesuai menjadi ABCL dan sama dengan kurva D yang baru pada jarak yang elastis tidak terhingga, AB. Jadi, monopolis yang diatur akan berprilaku sebagai perusahaan.
            Gambar  11-5
Yang bersaing sempurna dan memproduksi pada titik B, dimana P atau MR = SMC dan kurva SMC sedang naik. Akibatnya adalah, bahwa harga menjadi lebih rendah ($5 dan bukan $5.50 bila tidak ada pengendalian harga), output lebih besar (3 unit dan buka 2,5 unit), keuntungan per unit lebih kecil ($1 dan bukan $1.50) dan keuntungan total berkurang (dari $3.75 menjadi $3).
PERATURAN MONOPOLI : PAJAK LUM-SUM
            Dengan membebankan pajak lum-sum (seperti pajak izin usaha ataupun pajak keuntungan monopolis tanpa mempengaruhi harga komoditi atau output.
CONTOH  7.   Bermula dari kondisi ekuilibrium monopolis dalam Tabel 3 dan Gambar 11-3, jika pemerintah membebankan pajak lum-sum sebesar $3.75, maka seluruh keuntungan monopolis itu akan hilang.
Tabel  4
(1)
Q
(2)
STC($)
(3)
SMC($)
(4)
SAC($)
(5)
STC’($)
(6)
SAC’($)
0
1
2
*2,5
3
4
6
8
9
10
12
20
.  .
2
1
(3)
3
8
.  .
8.00
4.50
4.00
4.00
5.00
9.75
11.75
12.75
13.75
15.75
23.75
.  .
11.75
6.38
5.50
5.25
5.94
Perhatikanlah, bahwa nilai-nilai pada kolom 5 Tabel 4 diperoleh dengan menambahkan pajak lum-sum sebesar $3.75 kenilai-nilai STC pada kolom 2. Karena pajak lum-sum adalah sejenis biaya tetap, maka pajak tersebut tidak mempengaruhi SMC (bandingkan kolom 6 dengan kolom 3). Dengan kurva MR dan SMC yang tidak berubah, tingkat output terbaik bagi monopolis itu tetap sebesar 2,5 unit dan monopolis itu tetap mengenakan harga sebesar $5.50. tetapi sekarang, karena SAC’ pada 2,5 unit output juga sebesar $5.50, monopolis itu hanya mencapai kondisi pulang pokok (lihat Gambar 11-6).
                                                Gambar 11-6
PERATURAN MONOPOLI : PAJAK PER UNIT
            Pemerintah dapat pula mengurangi keuntungan monopoli dengan membebankan pajak per unit. Akan tetapi, dalam kasus ini monopolis dapat mengalihkan sebagian beban pajak per-unit kepada para  konsumen, dalam bentuk harga yang lebih tinggi dan output komoditi yang lebih kecil.
CONTOH  8.   Anggaplah, bahwa pemerintah memnbebankan pajak sebesar $2 per unit output atas monopoli dari Tabel 3 dan Gambar 11-3. Maka, nilai-nilai pada kolom (5) Tabel 5 diperoleh dengan menambah pajak $2 per unit output tadi ke nilai-nilai STC pada kolom (2).


Tabel  5

(1)
Q
(2)
STC($)
(3)
SMC($)
(4)
SAC($)
(5)
STC’($)
(6)
SMC’($)
(7)
SAC’($)
1
2
3
4
8
9
12
20
.  .
1
3
8
8.00
4.50
4.00
5.00
10
13
18
28
.  .
3
5
10
10.00
6.50
6.00
7.00

Peratikanlah, bahwa pajak per-unit adalah sejenis biaya variable dan dengan demikian menyebabkan pergeseran pada kurva SAC dan SMC monopolis itu (ke SAC’ dan SMC’). Output ekuilibrium baru adalah 2 unit (dan ditentukan oleh titik dimana SMC’ memotong kurva MR yang tidak berubah dari bawah); P = $6, SAC’ = $6.50 dan monopolis itu sekarang mengalami kerugian jangka pendek perunit sebesar $0.50 dan kerugian total sebesar $1 (lihat gambar 11.7) jika TR > TVC pada tingkat output terbalik ini, monopolis itu akan tetap beroperasi dalam jangka pendek, tetapi akan memproduksi 0,5 unit lebih sedikit daripada tanpa pajak per unit dakn akan membebankan $0.50 lebh banyak untuk setiap 2 unit yang dijual.
Gambar  11-7

DISKRIMANSI HARGA
            Seorang monopolis dapat meningkatkan TR dan keuntungannya untuk satu tingkat out put tertentu dengan melakukan diskriminasi harga. Salah satu bentuk diskriminasi harga terjadi apabila monopolis itu mengenakan harga-harga yang berbeda untuk komoditi yang sama didalam pasar berbeda sedemikian rupa sehingga unit terakhir dar komoditi yang di jual dijual di setiap pasar memberikan MR  yang sama. Hal ini seringkali disebut sebagai diskriminasi harga tingkat ketiga (untuk pembahasan tentang diskriminasi haraga tingkat harga pertama dan kedua, lihat soal 11.21 sampai 11.24).
CONTOH  9.   Dalam gambar 11-8, D1 dan D2 (serta MR1 dan MR2 yang bersesuaian mengacu pada kurva permintaan (dan MR) yang dihadapi monopolis dalam dua pasar yag terpisah dengan menjumlahkan kurva MR1 dan MR2 secara horizontal, kita dapatkan kurva ∑ MR.
                                    Gambar 11-8
Tingkat output terbaik untuk monopolis ini adalah lima unit dan ditentukan oleh titik di mana kurva MC memotong ∑ MR dari bawah. Monopolis itu menjual 2,5 unit output didalam setiap pasar ( ditentukan oleh titik dimana MR1 = MR2 = MC) dan  mengenakan harga P1 dalam pasar yang pertama dan P2 dalam pasar yang kedua. Selama MR dari unit terakhir komoditi yang terjual dalam pasar 1 lebih kecil atau lebih besar daripada MR unit terakhir yang terjual didalam pasar 2, monopolis itu dapat meningkatkan TR dan keuntungan total dengan mendistribusikan kembali penjualannya diantara kedua pasar itu sampai MR1 = MR2 . akan tetapi, bilamana MR1 sama dengan MR2, P2 melebihi P1 (lihat Gambar 11-8).

Daftar istilah
Long-rum ekuilibrium of the pure monopolist (ekuilibrium jangka panjang untuk monopolis murni). Tingkat output dimana kurva LMC memotong kurva MR dari bawah ( membuktikan bahwa P ≥ LAC).
Lum-sum tax (pajak lum-sum). Pajak, seperti pajak keuntungan atau pun pajak izin usaha yang dibebankan atas sebuah perusahaan tanpa memperhatikan tingkat outputnya.
Per unit tax (pajak per unit). Pajak atas setiap unit output yang diproduksi.
Price control (pengendalian harga). Penetapan harga maksimum atas komoditi pada atau mendekati tingkat dimana industri yang bersaing sempurna akan berproduksi.
Pure monopoly (monopoli murni). Bentuk organisasi pasar dimana terdapat perusahaan tunggal yang menjual komoditi tanpa adanya komoditi subtitusi yang sempurna.
Short-run equilibrium of the pure monopolist (ekuilibrium jangka pendek untuk monopolis murni). Tingkat out put dimana MR = SMC dan kemiringan kurva SMC (membuktikan bahwa pada tingkat output ini P ≥ AVC).
Third degree price discrimination (diskriminasi harga tingkat ketiga). Penetapan harga-harga yang berbeda dipasar yang berbeda sedemikian rupa sehingga unit terakhir dari komoditi yang terjual disetiap pasar memberikan MR yang sama.
 





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada pasar ini kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran dapat bergerak secara leluasa. Ada pun harga yang terbentuk benar-benar mencerminkan keinginan produsen dan konsumen. Permintaan mencerminkan keinginan konsumen, sementara penawaran mencerminkan keinginan produsen atau penjual. Bentuk pasar persaingan murni terdapat terutama dalam bidang produksi dan perdagangan hasil-hasil pertanian seperti beras, terigu, kopra, dan minyak kelapa. Bentuk pasar ini terdapat pula perdagangan kecil dan penyelenggaraan jasa-jasa yang tidak memerlukan keahlian istimewa ( pertukangan, kerajinan ).
Dalam persaingan sempurna ini pembeli dan penjual berjumlah banyak. Artinya, jumlah pembeli dan jumlah penjual sedemikian besarnya, sehingga masing-masing pembeli dan penjual tidak mampu mempengaruhi harga pasar. Dengan demikian masing-masing pembeli dan penjual telah menerima tingkat harga yang terbentuk di pasar sebagai suatu datum atau fakta yang tidak dapat di ubah. Bagi pembeli, barang atau jasa yang ia beli merupakan bagian kecil dari keseluruhan jumlah pembelian masyarakat. Bagi penjual pun berlaku hal yang sama sehingga bila penjual menurunkan harga, ia Akan rugi sendiri, sedangkan bila menaikan harga. Maka pembeli akan lari penjual lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di buat beberapa rumusan masalah yaitu antar lain:
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna.
Pemaksimuman keuntungan jangka pendek.
Keseimbangan dalam industri.
Kebaikan & keburukan pasar persaingan sempurna.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah:
Untuk mengetahui cirri-ciri pasar persaingan sempurna.
Untuk mengetahui pemaksimuman keuntungan jangka pendek.
Untuk mengetahui keseimbangan dalam industri.
Untuk mengetahui kebaikan & keburukan pasar persaingan sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Ciri-ciri pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ciri-ciri selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan dibawah ini :
v Perusahaan adalah pengambil harga
Pengambil harga atau price taker berarti suatu perusahan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apa pun tindakan perusahaan dalam pasar, ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli. Seorang produsen terlalu kecil peranannya didalam pasar sehingga tidak dapat mempengaruhi penentuan harga atau tingkat produksi dipasar. Peranannya sangat kecil tersebut disebabkan karena jumlah produksi yang diciptakan produsen merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan dan diperjual-belikan.
v Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
Sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri tersebut, langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada produsen yang ingin melakukan kegiatan di industri tersebut, produsen tersebut dapat dengan mudah melakukan kegiatan yang diinginkannya tersebut. Sama sekali tidak terdapat hambatan-hambatan, baik secara legal maupun dalam bentuk lain secara keuangan atau secara kemampuan teknologi, misalnya kepada perusahaan-perusahaan untuk memasuki atau meninggalkan bidang usaha tersebut.
v Menghasilkan barang serupa
Barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang dihasilkan sangat sama atau serupa. Tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara barang yang dihasilkan suatu perusahaan lainnya. Barang seperti itu dinamakan dengan istilah barang identical atau homogenous. Karena barang-barang tersebut adalah sangat serupa para pembeli tidak dapat membedakan yang mana dihasilkan produsen A atau B atau produsen yang lainnya. Barang yang dihasilkan seorang produsen merupakan pengganti sempurna kepda barang yang dihasilkan oleh produsen-produsen lain. Sebagai akibat dari efek ini, tidak ada gunanya kepada perusahaan-perusahaan untuk melakukan persaingan yang berbentuk persaingan bukan harga atau nonprice competition atau persaingan dengan misalnya melakukan iklan dan promosi penjualan. Cara ini tidak efektif untuk menaikkan penjualan karena pembeli mengetahui bahwa barang-barang yang dihasilkan berbagai produsen dalam industri tersebut tidak ada bedanya sama sekali.
v Terdapat banyak perusahaan di pasar
Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga. Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan masing-masing perusahaan adalah relative kecil kalau dibandingkan dengan keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. Sebagai akibatnya produksi setiap perusahaan adalah sangat sedikit kalau dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut,. Sifat ini menyebabkan apa pun yang dilakukan perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan menaikkan atau menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar/industri tersebut.
v Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar
Dalam pasar persaingan sempurna juga dimisalkan bahwa jumlah pembeli adalah sangat banyak. Namun demikian dimisalkan pula bahwa masing-masing pembeli tersebut mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan dipasar, yaitu mereka mengetahui tingkat harga yang berlaku dan perubahan-perubahan ke atas harga tersebut. Akibatnya para produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari yang berlaku di pasar.
2.4 Kebaikan dan keburukan pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna memiliki bebarapa kebaikan dibandingkan pasar-pasar yang lainnya antara lain :
1. Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi
Sebelum menerangkan kebaikan dari pasar persaingan sempurna ditinjau dari sudut efisiensi, terlebih dahulu akan diterangkan dua konsep efisiensi yaitu:
a. Efisiensi produktif : Untuk mencapai efisiensi produktif harus dipenuhi dua syarat. Yang pertama, untuk setiap tingkat produksi, biaya yang dikeluarkan adalah yang paling minimum. Untuk menghasilkan suatu tingkat produksi berbagai corak gabungan faktor-faktor produksi dapat digunakan. Gabungan yang paling efisien adalah gabungan yang mengeluarkan biaya yang paling sedikit. Syarat ini harus dipenuhi pada setiap tingkat produksi. Syarat yang kedua, industri secara keseluruhan harus memproduksi barang pada biaya rata-rata yang paling rendah, yaitu pada waktu kurva AC mencapai titik yang paling rendah. Apabila suatu industri mencapai keadaan tersebut maka tingkat produksinya dikatakan mencapai tingkat efisiensi produksi yang optimal, dan biaya produksi yang paling minimal.
b. Efisiensi Alokatif
Untuk melihat apakah efisiesi alokatif dicapai atau tidak, perlulah dilihat apakah alokasi sumber-sumber daya keberbagi kegiatan ekonomi/produksi telah dicapai tingkat yang maksimum atau belum. Alokasi sumber-sumber daya mencapai efisiensi yang maksimum apabila dipenuhi syarat berikut : harga setiap barang sama dengan biaya marjinal untuk memproduksi barang tersebut. Berarti untuk setiap kegiatan ekonomi, produksi harus terus dilakukan sehingga tercapai keadaan dimana harga=biaya marjinal. Dengan cara ini produksi berbagai macam barang dalam perekonomian akan memaksimumkan kesejahteraan masyarakat.
Efisiensi dalam persaingan sempurna
Didalam persaingan sempurna, kedua jenis efisiensi ynag dijelaskan diatas akan selalu wujud. Telah dijelaskan bahwa didalam jangka panjang perusahaan dalam persaingan sempurna akan mendapat untung normal, dan untung normal ini akan dicapai apabila biaya produksi adalah yang paling minimum. Dengan demikian, sesuai dengan arti efisiensi produktif yang telah dijelaskan dalam jangka panjang efisiensi produktif selalu dicapai oleh perushaan dalam persaingan sempurna.
Telah juga dijelaskan bahwa dalam persaingan sempurna harga = hasil penjualan marjinal. Dan didalam memaksimumkan keuntungan syaratnya adalah hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Dengan demikian didalam jangka panjang keadaan ini berlaku: harga = hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Kesamaan ini membuktikan bahwa pasar persaingan sempurna juga mencapai efisiensi alokatif.
Dari kenyataan bahwa efisiensi produktif dan efisiensi alokatif dicapai didalam pasar persaingan sempurna.
2. Kebebasan bertindak dan memilih
Persaingan sempurna menghindari wujudnya konsentrasi kekuasaan di segolonan kecil masyarakat. Pada umumnya orang berkeyakinan bahwa konsentrasi semacam itu akan membatasi kebebasan seseorang dalam melakukan kegiatannya dan memilih pekerjaan yang disukainya. Juga kebebasaannya untuk memilih barang yang dikonsumsikannya menjadi lebih terbatas.
Didalam pasar yang bebas tidak seorang pun mempunyai kekuasaan dalam menentukan harga, jumlah produksi dan jenis barang yang diproduksikan. Begitu pula dalam menentukan bagaimana faktor-faktor produksi digunakan dalam masyarakat, efisiensilah yang menjadi factor yang menentukan pengalokasinya. Tidak seorang pun mempunyai kekuasan untuk menentukan corak pengalokasiannya. Selanjutnya dengan adanya kebebasaan untuk memproduksikan berbagai jenis barang maka masyarakat dapat mempunyai pilihan yang lebih banyak terhadap barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Dan masyarakat mempunyai kebebasan yang penuh keatas corak pilihan yang akan dibuatnya dalam menggunakan factor-faktor produksi yang mereka miliki.
Disamping memiliki kebaikan-kebaikan, pasar persaingan sempurna juga memiliki keburukan-keburukan antara lain :
1. Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
Dalam pasar persaingan sempurna teknologi dapat dicontoh dengan mudah oleh perusahaan lain. Sebagai akibatnya suatu perusahaan tidak dapat meemperoleh keuntungan yang kekal dari mengembangkan teknologi dan teknik memproduksi yang baru tersebut. Oleh sebab itulah keuntungan dalam jangka panjang hanyalah berupa keuntungan normal, Karena walaupun pada mulanya suatu perusahaan dapat menaikkan efisiensi dan menurunkan biaya, perusahaan-perusahaan lain dalam waktu singkat juga dapat berbuat demikian. Ketidakkekalan keuntungan dari mengembangkan teknologi ini menyebabkan perusahaan-perusahaan tidak terdorong untuk melakukan perkembangan teknologi dan inovasi.
Disamping oleh alasan yang disebutkan diatas, segolongan ahli ekonomi juga berpendapat kemajuan teknologi adalah terbatas dipasar persaingan sempurna karena perusahaan-perusahan yang kecil ukurannya tidak akan mampu untuk membuat penyelidikan untuk mengembangkan teknologi yang lebih baik. Penyelidikan seperti itu sering kali sangat mahal biayanya dan tidak dapat dipikul oleh perusahaan yang kecil ukurannya.
2. Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial
Didalam menilai efisiensi perusahaan yang diperhatikan adalah cara perusahaan itu menggunakan sumber-sumber daya. Ditinjau dari sudut pandangnan perusahaan, penggunaannya mungkimn sangat efisien. Akan tetapi, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat, adakalanya merugikan.
3. Membatasi pilihan konsumen
Karena barang yang dihasilkan perusahaan-perusahan adalah 100 persen sama, konsumen mempunyai pilihan yang terbatas untuk menentukan barang yang akan dikonsumsinya.
4. Biaya dalam pasar persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
Didalam mengatakan biaya produksi dalam pasar persaingan sempurna adalah paling minimum,tersirat (yang tidak dinyatakan)pemisalan bahwa biaya produksi tidak berbeda. Pemisalan ini tidak selalu benar. Perusahaan-perusahaan dalam bentuk pasar lainnya mungkin dapat mengurangi biaya produksi sebagai akibat menikmati skala ekonomi,perkembangan teknologi dan inovasi.
5. Distribusi pendapatan tidak selalu rata
Suatu corak distribusi pendapatan tertentu menimbulkan suatu pola permintaan tertentu dalam masyarakat. Pola permintaan tersebut akan menentukan bentuk pengalokasian sumber-sumber daya. Ini berarti distribusi pendapatan menentukan bagaimana bentuk dari penggunaan sumber-sumber daya yang efisien. Kalau distribusi pendapatan tidak merata maka penggunaan sumber-sumber daya (yang dialokasikan secara efisien) akan lebih banyak digunakan untuk kepentingan golongan kaya.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah :
Ø Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ø Ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna adalah
a. Perusahaan adalah pengambil harga
b. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
c. Menghasilkan barang yang serupa
d. Terdapat banyak perusahaan di pasar
e. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna
Ø Kebaikan dan keburukan dari pasar persaingan sempurna
Kebaikannya :
a. Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi
b. Kebebasan bertindak dan memilih
Keburukannya :
a. Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi
b. Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya social
c. Membatasi pilihan konsumen
d. Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
e. Distribusi pendapatn tidak selalu merata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar