Ekonomi Sumber Daya Alam Bagian I
Pendahuluan
ð Definisi sumber daya alam
-
Kemampuan untuk memenuhi atau
menangani sesuatu
-
Sumber Persediaan, penunjang
atau bantuan
-
Sarana yang dihasilkan oleh
kemampuan atau pemikiran seseorang
-
Sesuatu yang memiliki nilai ekonomis
-
Komponen ekosistem yang
menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia
ð Terminologi Sumber Daya Alam (Kaitan atau Hubungan)
·
Rees (1990)
Ø Harus ada pengetahuan, teknologi, atau keterampilan untuk
memanfaatkannya
Ø Harus ada permintaan (Demand) terhadap sumber daya tersebut.
·
Adam Smith “Wealth of Nation” (1776)
Seluruh faktor yang
diperlukan untuk menghasilkan Output.
Ø y = f (X1, X2, X3, ........Xn)
dimana y = Output dan X adalah faktor produksi atau sumber daya produksi
Ø secara Eksplisit => f (x) = f (L, K) dimana L = Labor, Tenaga Kerja, dan K = Kapital =
Harga –(aset)
Ø pemahaman ekonomi Neo Klasik => SDA, Pemanfaat SD yang ada sama
dengan input Produksi.
ð Pandangan Konservatif (Malthusianisme)
Ø Principle of Population (1879)
Ø Daya dukung sumber daya alam tidak dapat mengimbangi pertumbuhan
penduduk yang cenderung eksponensial
Ø Produktivitas Sumber Daya Alam => “Demenishing of Return”, Input perkapita akan mengalami
kecenderungan menurun
Ø Pada gilirannya standar hidup masyarakat akan menurun sampai level
subsistem => Reproduksi manusia menurun => Tercapai Keseimbangan => “Steady State”
ð Pandangan Eksploitatif (Ricardionisme)
Ø Sumber Daya Alam dianggap sebagai mesin pertumbuhan => Engine of Growth.
Ø Transforman Made Capital => Memacu Produktivitas
Ø Keterbatasan Suplay Sumber Daya => Subsistem dengan cara
intensifikasi dan ekstensifikasi daur ulang
Ø Kelangkaan Sumber Daya => peningkatan biaya ekstraksi persatuan
output => menurunkan permintaan => penghematan Sumber Daya Alam.
SDA
V
Eksploitasi
V
Pengurangan Tingkat ======è Ekstraksi Daya ====è Pemanfaatan secara
Pengurasan Dukung
SDA Lestari
(Berkelanjutan)
V
Pengurasan
V
Kelankaan
V
Kelangkaan
V
Peningkatan Biaya ==========================è Penngkatan
Ekstraksi ç========================= Harga SDA
V
Penurunan ====è Pencarian SDA Subtitusi ç=== Peningkatan
Permintaah Peningkatan Daur
Ulang Penawaran
V
Motivasi pencarian
SDA baru,
Peningkatan
Efisiensi,
Perbaikan teknologi
daur ulang
Teknologi
konservasi
Ekonomi Sumber Daya Alam Bagian II
Klasifikasi
Sumber Daya Alam
·
Kelompok Stok =è
Cadangan Terbatas =è Non renewable Resorces =è Sumber Daya Alam Tak Terbarukan
·
Kelompok Flow =è
Renewable =è Terbarukan
-
Memiliki mekanisme regenerasi
biologis ( Hutan, sumber daya Perikanandan Kelautan, ternak, pertanian )
-
Flow Resources tanpa
mekanisme regenerasi biologis ( Matahari, Pasang surut laut, Angin, Udara,
Dsb,.)
·
Kategori Non Renewable Vs
Renewable dapat bergeser =è titik kritis Kapasitas maksimum regenerasi
·
Honley (1997) dalam Fauzi
(2004) Mengelompokkan SD Berdasarkan Penggunaan Akhir.
-
Sumber Daya Material :
Dimanfaatkan sebagai bagian
dari suatu komoditas (Biji Besi, Aluminium, Tanah Dsb).
-
Sumber Daya Energi :
Digunakan untuk menggunakan
energi melalui proses transformasi panas dan bentuk energi lain.
·
Sumber Daya Yang Bersifat
Stok :
-
SD Hipotesik =è Belum
diketahui namun diharapkan akan ditemukan berdasarkan hasil survey =è
Eksploitasi laju pertumbuhan produksi dan cadangan terbukti (proven Reserve)
-
SD Spekulatif =è
Mengukur deposit yang mungkin ditemukan pada daerah yang belum di ekplorasi
-
Cadangan kondisional
(Conditional Reserves) =è sudah diketahui dan dapat dimanfaatkan pada tekhnologi, harga, dan
permintaan ekonomis.
·
Pengukran Berdasarkan Pada
Perkiraan Ilmiah Atau Teoritis
Misal :
Diperkirakan bumi memiliki kapasitas memproduksi 40 ton pangan
perkapita pertahun (Rees, 1990, dalam Fauzi 2004)
·
Pengukuran Potensial Maksimum
hanya mempertimbangkan kemampuan bio fisik alam =è Kendala
Sosial Ekonomi tidak diperhitungkan.
·
Sustainable Capacity, Yield.
·
Konsep Pengukuran Berlanjut
Dimana ketersediaan Sumber Daya Alam diukur berdasarkan kemampuan menyediakan kebutuhan
generasi sekarang dan masa depan.
·
Konsep Pengendalian
Eksploitasi
·
Sustainable yield akan
tercapai bila Pumping Rate (Laju Eksploitasi) tidak > Dari Rata-rata
penurunan Debit Tahunan.
·
Kapasitas penyerapan atau
asimilasi adalah kemampuan SDA untuk pulih kekondisi ideal.
Misalnya kemampuan Air dan Udara atau Menyerap limbah (Polutan)
·
Kapasitas ini bervariasi
akibat faktor eksternal seperti cuaca (iklim) dan intervensi manusia.
·
Kapasitas Daya Dukung
(Carrying Capacity)
Ø Pengukuran kapasitas berdasarkan asumsi bahwa lingkungan memiliki
kapasitas maksimum untuk mendukung pertumbuhan organisme
Ø Pertumbuhan =è kompetisi terhadap ruang dari makanan hingga daya dukung
lingkungan tidak mampu lagi memfasilitasi pertumbuhan
·
Diukur secara Fasive dengan
menghitung sisa ukur ekonomis
·
Cadangan ekonomis yang
tersedia dibagi tingkat ekstraksi =è tidak mempertimbangkan aspek
ekonomis
·
Hanley (1997) Dalam Fauzi
(2004) =è metode pengukuran moneter dengan menghitung harga rill, unit Cost
dan rente ekonomi SDA
ð Pengukuran Berdasarkan Harga Rill
Ø Tingginya harga barang mencerminkan kelangkaan relatif
Ø Pengukuran ini mengandung kelemahan karena kegagalan pasar =è Public
Good Intervensi, Pemerintah
Ø Harga Output mencerminkan harga dasar namun tidak mengukur biaya
opporunitas sosial dari kerusakan lingkungan akibat ekstraksi SDA.
Ekonomi Sumber Daya Alam Bagian III
Kelangkaan
Sumber Daya Alam
Kebutuhan
=è Masih Dapat Dipenuhi
Keinginan
=è Tidak Harus Dimiliki
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi akan Kebutuhan Sumber Daya Alam
1)
Kebudayaan
2)
Adat istiadat
3)
Agama dan Kepercayaan
4)
Peradaban.
ð Pemuas Kebutuhan
1)
Cara Mendapatkannya
2)
Kegunaannya
3)
Hubungan denga Benda Lain
ð Cara Mendapatkannya
1)
Benda Bebas
2)
Benda Ekonomi
2. Keberadaan Sumber Daya Alam di Pengaruhi oleh 3 Kasus
1)
Mengurangnya Ekonomi Sumber
Daya alam yang tersedia
Contoh : =èPenggundulan Hutan atau
eksplorasi
=èRusaknya Habitat Ikan
2)
Pertumbuhan jumlah Penduduk
akan mengurangi jumlah SDA yang tersedia
3)
Laju pertumbuhan SDA terbatas
sehingga tidak semua orang dapat memilikinya.
3. SDA dianggap sebagai sumber keamanan terhadap kebutuhan manusia
untuk menjaga kelangkaan terhadap SDA ada 3 pola yaitu :
1)
Adaptasi / Kita harus punya
filosofi yang harus diubah
2)
Kita haru beradaptasiterhadap
suatu yang dikelola (tanah)
3)
Kita harus beradaptasi
terhadap (air) sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Efisiensi Sumber Daya Alam
Rasio antara keluarnya energi
dari suatu alat dengan kerja adalah :
·
Masyarakat dengan hutan itu
telah merasuk kedalam struktur sosio kultural
·
Memiliki mata pencaharian
sebagai petani peladang adalah petani yang rasional
·
Perladangan secara berpindah-pindah.
Michael
R. Dove (1985)
·
Meneliti secara
bertahun-tahun pola pertanian ladang berpindah ( Slush and Burn Cultivation ).
Menyimpulkan : Pola
perladangan yan dipraktekkan oleh masyarakat adat adalah merupakan hasil
adaptasi paling baik dan paling rasional yang dilakukan oleh masyarakat adat
terhadap lingkungan alam dan sosialnya.
Hasil ini membuktikan bahwa sistem perladangan
yang dikembangkan oleh masyarakat adat tidak merusak kelestarian sumber daya
alam yang dapat diperbaharui (Renewable
Resorces).
Masyarakat adat telah berhasil mengembangkan Ecological Wisdom yang selama ini
dipegang teguh sebagai pedoman dalam pengelolaan sumber daya hutan secara
berkelanjutan
·
Dampak Sosial
Ø Keberingasan Sosial sesungguhnya merupakan akibat logis dari
tekanan lingkungan yang melanda masyarakat
Ø Pertambahan penduduk berarti semakin banyak mulut yang memerlukan
makan.
Masyarakat dipacu untuk meningkatkan intensitas pengolahan lahan
guna memenuhi kebutuhan pangan.
·
Akibatnya.
Ø Persediaan sumberdaya Maupun mutu lingkungan dengan cepat merosot (Natural Depletion)
Ø Mengorbangkan hutan cadangan dan resapan air.
-
Menganggu keseimbangan
lingkungan.
-
Mempecepat kemerosotan
kesuburan tanah pertanian.
Ekonomi Sumber Daya Alam Bagian IV
Hipotesis
Honer – Dixon (1994)
·
Tentang keberingasan Sosial (Violent Conflict).
·
Disebabkan oleh pertambahan
jumlah penduduk yang semakin tinggi.
-
Akibat eksplotasi SDA yang
dapat diperbaharui (Renewable Resources)
secara berlebihan.
-
Terjadi proses kelangkaan
lingkungan.
Sehingga terjadi penurunan kapasitas produksi
SDA yang dapat diperbaharui, konsekwensinya, muncul dua gejala sosial yaitu :
1. Terjadi migrasi dan pengungsian penduduk dari area yang telah
mengalami kerusakan lingkungan kedaerah perkotaan atau daerah lain yang
memungkinkan mereka memperoleh SD yang baru.
2. Terjadi penurunan produktivitas ekonomi atau marjinalisasi ekonomi,
ini terjadi karena sumber daya yang menjadi tumpuan hidup penduduk telah rusak
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan yang mengeksploitasi sumberdaya secara
berlebihan.
·
Dampak Kelangkaan Sumber Daya
Manusia.
Ø Mendorong kerusakan sumber daya alam yang absolut.
Ø Mengharuskan adat teknologi atau alat rehabilitasi sumber daya alam
yang sangat mahal.
Ø Migrasi menuju daerah slum (Kumuh) atau berpindah kedaerah lain
yang rawan habitatnya.
Ø Mempercepat dan memperluas proses kerusakan SDA yang dapat
diperbaharui.
·
Dampak Negatif Terhadap produktivitas ekonomi secara umum.
Ø Timbulnya konflik antara berbagai elemen sosial kemasyarakatan.
Ø Mendorong ketata sosial dan pengikisan kapasitas Negara dalam
merespon semua permasalahan tersebut.
·
Kelangkaan Sumber Daya Yang
dapat Diperbaharui.
Ø Menghadapi tantangan baru, Negara tidak dapat bereaksi secara
jernih.
Ø Mengganggu kemampuan Negara
untuk beradaptasi terhadap tekanan dan kondisi yang baru.
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
SUMBER DAYA ALAM TAK TERBARUKAN
( MINYAK BUMI )
OLEH
MUSTAPA
NPM. 90 101 055
NPM. 90 101 055

PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN (STIP)
YPP
MUJAHIDIN TOLITOLI
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas individu dan bahan diskusi.
Judul makalah ini adalah Sumber Daya Alam Tak Terbarukan (Minyak Bumi )
Ucapan
Terimakasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Bapak Ruhmanudin.,SP
selaku dosen pengampuh mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam yang telah banyak
membimbing dan memberikan masukan-masukan dalam penulisan Makalah ini, dan
kepada teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan penulisan Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaannya.
Tolitoli, Desember 2011
MUSTAPA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ........ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ....... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ...... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ......................................................................... ....... 1
1.2.
Permasalahan ............................................................................ ....... 3
1.3.
Tujuan ...................................................................................... ....... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komposisi Kimia ..................................................................... ....... 5
2.2.
Komponen ............................................................................... ....... 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1.
Usaha Bagaimana Para ahli Menemukan Lokasi Minyak
Bumi .............................................................................................. 7
3.2.
Pengolahan Minyak Bumi ....................................................... ....... 8
3.3.
Kegunaan Minyak Bumi .............................................................. 12
3.4.
Daerah-daerah Penambangan Minyak Bumi di Indonesia ........... 13
3.5.
Industri Petrokimia ....................................................................... 15
3.6.
Gas Alam ...................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................ ..... 17
4.2. Saran ...................................................................................... ..... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia sering menggunakan sumber energi sebagai bahan
bakar di antaranya: batu bara, bensin, minyak tanah, minyak diesel, solar LPG,
lilin dsb. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari minyak bumi. Berdasarkan teori,
minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan jasad renik (mikroorganisme) yang
terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Dimana dua ratus
juta yang lalu bumi lebih panas dibandingkan sekarang. Laut yang didiami jasad
renik berkulit keras sangat banyak jumlahnya jika jasad renik itu mati,
kemudian membusuk sehingga jumlahnya makin lama makin menumpuk, kemudian
tertutup oleh sedimen, endapan dari sungai, atau batuan-batuan yang berasal
dari pergeseran bumi. Di sini kemudian terjadi pembusukan oleh bakteri anaerob,
dan akibat pada tekanan tinggi sedimen, maka setelah berjuta-juta tahun
terbentuklah minyak bumi dan gas alam tersebut. Karena proses pembentukan
minyak bumi dan gas alam memerlukan waktu yang lama, maka minyak bumi digunakan
pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (anrenewable).
Pada
masa mesozoikum (200 juta) tahun yang lalu Reptilia raksasa seperti Dinosaurus
mulai terdapat di permukaan bumi pada masa paleoson ( 69 juta tahun yang lalu )
menyusul seperti Badak Raksasa, Ikan Paus dan Gajah Raksasa berkembang dengan
pesat
Pada
masa Pleistosan. Manusia purba menyusul sebagai penghuni Permukaan bumi dengan
menggunakan perkakas berburu yang Primitive dan menghuni gua – gua dan gubuk –
gubuk sederhana Dalam cara hidup demikian , hanya yang terkuat akan mampu bertahan
Pada zaman sebelum masehi peradaban manusia mulai Berkembang
Piramida-Piramida , benteng-benteng serta perumahan mulai Dibangun Minyak bumi
yang merembes ke permukaan tanah di gunakan untuk penerangan sebagai obat dan
juga sebagai penolak bala
Revolusi pada abad ke 19 di mungkinkan karena batubara dan
tenaga listrik yang berasal dari tenaga air mulai dimanfaatkan sebagai sumber
energi
setelah Kolonel Drake menemukan minyak untuk pertama kalinya di Pennsylvania, USA. Pada tahun 1859 , seluruh dunia dilanda demam pencarian minyak
setelah Kolonel Drake menemukan minyak untuk pertama kalinya di Pennsylvania, USA. Pada tahun 1859 , seluruh dunia dilanda demam pencarian minyak
Sejarah mencatat bahwa minyak dan Gas bumi sebagai sumber
daya energi merupakan pendukung utama atas keberhasilan manusia untuk mencapai
suatu taraf kehidupan modern dengan segala kenyamanan dan kemewahannya di
seluruh dunia minyak berperan dalam menerangi rumah-rumah, melumasi
mesin-mesin, menggerakkan kendaraan-kendaraan serta tidak ternilai kegunaannya
dalam bidang kesenian , manufaktur dan Kehidupan sehari-hari.
Selain sebagai sumber energi minyak dan gas bumi memiliki
nilai tambah dan masih tetap berperan penting dalam mendukung peradaban manusia
Di masa yang akan datang . Bila penggunaan minyak dan gas bumi pada khususnya
serta sumber daya energi lainnya pada umumnya dilakukan secara bertanggung
jawab maka kita akan dapat tetap menikmati lingkungan yang aman , nyaman dan
menyenangkan.
Minyak dan gas bumi sebagai sumber daya energi yang tidak terbarukan Perlu di hemat dan di versifikasikan energi perlu di galakkan
Minyak dan gas bumi sebagai sumber daya energi yang tidak terbarukan Perlu di hemat dan di versifikasikan energi perlu di galakkan
Dalam memenuhi kebutuhan manusia, sumber daya
alam memeliki peranan yang sangat penting karena SDA ini sudah dapat disejajarkan dengan kebutuhan
primer manusia, SDA tak terbarukan regenerasinya tergantung pada
proses geologi sehingga cadangannya terbatas, dan jika kita mengeksploitasi
secara besar-besaran maka sumber daya tersebut akan habis dan tidak lagi tersedia di masa mendatang, contoh sumber daya tak
terbarukan mineral, logam, minyak, dan
gas bumi
1.2. Permasalahan
Dalam
penyusunannya, makalah ini dibatasi dengan pertanyaan :
1.
Bagaimana minyak bumi terbentuk ?
2.
Komponen apa saja yang terdapat pada minyak bumi ?
3.
Dimana daerah penyulingan minyak bumi?
4.
Apa saja kegunaan minyak bumi ?
5. Bagaimana pegolahan minyak bumi ?
1.3.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah :
1. Agar
kita nanti mampu memahami dan mempelajari lebih jauh lagi materi ekonomi sumber
daya alam.
2. Sebagai
pelajar kita di harapkan dengan makalah ini agar dapat mendiskusikan dan dapat
mengembangkan sendiri materi yang telah di buat.
3. Sebagai
mahasiswa kita diharapkan agar mampu menciptakan kreatifitas dan memberikan
sumbangan pikiran-pikiran yang cemerlang terhadap masalah yang diangkat.
4. Dari
makalah ini dapat di jadikan referensi bagi yang membutuhkannya di kemudian
hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komposisi Kimia.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang
merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga
mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6),
propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur
(belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan
pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai
polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di
atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga
efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung
sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari
rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15,
75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).
2.2. Komponen %
Metana (CH4) 80-95
Etana (C2H6) 5-15
Propana (C3H8) and Butane (C4H10) <>
Metana (CH4) 80-95
Etana (C2H6) 5-15
Propana (C3H8) and Butane (C4H10) <>
Nitrogen,
helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga
terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.
Sementara itu, ekstraksi SDA tak terbarukan
seperti yang dilakukan oleh pengusaha minyak dan gas selain harus memutuskan
kombinasi yang tepat dari berbagai faktor produksi untuk menentukan produksi
yang optimal, juga harus memikirkan seberapa cepat stok yang harus diekstraksi
dengan kendala stok yang terbatas, dengan menggunakan dasar-dasar model
Hotelling yang terdapat di buku Fauzi (2005).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Usaha Bagaimana Para Ahli Menemukan
Lokasi Minyak Bumi
- Awalnya, para ahli menggunakan
petunjuk di permukaan bumi. Minyak bumi biasanya di temukan di bawah permukaan
yang berbentuk kubah. Lokasi bias di darat yang dulunya lautan dan di Lepas
Pantai.
- Mereka kemudian melalukan survey
seismic untuk menentukan struktur batuan di bawah permukaan tersebut .
- Selanjutnya , mereka melalukan
pengeboran kecil untuk menentukan ada tidaknya minyak. Jika ada, maka di
lakukan beberapa pengeboran untuk memperkirakan apakah jumlah minyak bumi
tersebut ekonomis untuk di ambil atau tidak .
Pengeboran untuk mengambil minyak bumi (dan gas alam) di
lepas pantai dapat di lakukan dengan dua cara, yaitu :
1.
Survei seismic
Para ahli membuat ledakan kesil dipermukaan. Ledakan akan
menimbulkan gelombang sentakan , yang akan di pantulkan kembali oleh setiap
lapisan bebatuan . Pantulan tersebut di tangkap oleh sensor dan di analisis
dengan bantuan di bawah permukaan tersebut.
2.
Anjungan minyak lepas pantai untuk
kegiatan eksplorasi minyak
Karena Migas tidak hanya terdapat di darat, tetapi juga di
lautan yang bila dibor dari darat tidak terjangkau, maka terpaksalah dibuat
anjungan minyak lepas pantai sebagai sarana pemboran dan produksi walaupun
dengan resiko biaya yang relatip mahal.
-
Menanamkan
jalur pipa di dasar laut dan memompa minya (dan gas alam) ke daratan. Cara ini
di gunakan apabila jarak lading minyak ke darat cukup dekat
-
Membuat
anjungan di mana minyak bumi (dan gas alam) selanjutnya di bawa oleh kapal
tangker menuju daratan.
Didarat, minyak bumi (dan gas alam)
di bawa ke kilang minyak (refinery) untuk di olah .
3.2. Pengolahan Minyak Bumi
Minyak
bumi di temukan bersama sama dengan gas alam. Minyak Bumi yang telah di
pisahkan dari gas alam di sebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah
dapat di bedakan menjadi :
- Minyak Mentah Ringan (light crude
oil) yang mengandung kadar logam dan belerang rendah , bewarna terang dan
bersifat encer (viskositas rendah)
- Minyak Mentah berat (heavy crude
oil) yang mengandung kadar logam dan belerang tinggi, memiliki viskositas
tinggi sehingga harus di panaskan agar meleleh.
Minyak
mentah merupakan campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana dan
sebagian kecil alkena, alkuna, sikloalkana, aromatic, dan senyawa anorganik.
Meskipun kompleks , namun terdapat cara mudah untuk memisahkan komponen –
komponennya , yakni berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya. Proses ini di
sebut distilasi bertingkat . Selanjutnya untuk mendapatkan produk akhir sesuai
yang diinginkan, maka sebagian hasil dari distilasi bertingkat perlu diolah
lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan perngotor dalam fraksi, dan
pencampuran fraksi
3.
Distilasi
Bertingkat
Dalam
proses distilasi bertingkat, minyak mentah tidak di pisahkan menjadi komponen –
komponen murni, melainkan ke dalam fraksi – fraksi, yakni kelompok–kelompok
yang mempunyai kisaran titik didih tertentu . Hal ini di karenakan jenis
komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer – isomer hidrokarbon mempunyai
titik didih yang berdekatan.
Proses distilasi bertingkat ini di
jelaskan sebagai berikut :
- Minyak mentah dipanaskan dalam
boiler menggunakan uap air bertekanan tinggi sampai suhu -600ºC. Uap minyak
mentah yang dihasilkan kemudian di alirkan ke bagian bawah menara distilasi.
- Dalam Menara distilasi, uap minyak
mentah bergerak ke atas melewati pelat – pelat (tray). Setiap pelat memiliki
banyak lubang yang di lengkapi dengan tutup gelembung (bubble cap) yang
memungkinkan uap lewat.
- Dalam pergerakannya, uap minyak
mentah akan menjadi dingin . Sebagian uap akan mencapai ketinggian di mana uap
tersebut akan terkondensasi membentuk zat cair . Zat cair yang di peroleh dalam
suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi.
- Fraksi yang mengandung
senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terkondensasi di bagian bawah
menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-senyawa dengan titik didih rendah
terkondensasi di bagian atas menara. Sebagian fraksi dari menara distilasi
selanjutnya di alirkan ke bagian kilang minyak untuk proses konversi.
Untuk
setip barel minyak mentah, kilang minyak dapat menghasilkan sekitar 57% bensin;
38% bahan baker diesel; bahan bakar jet; kerosin dan minyak baker; 4% LPG; dan
sisanya residu padat.
4. Proses Konversi
Proses
konversi adalah penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon , yang bertujuan
untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan kuantitas dan kualitas sesuai permintaan
pasar . Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan fraksi bensin yang tinggi,
maka sebagian fraksi rantai panjang perlu diubah / dikonversi menjadi fraksi
rantai pendek . Demikian pula, sebagian besar fraksi rantai lurus harus di
konversi menjadi rantai bercabang / alisiklik / aromatic dibantingkan rantai
lurus .
Beberapa jenis proses konversi dalam
kilang minyak adalah :
a.
Perekahan (cracking)
Perekahan adalah pemecahan molekul besar menjadi
molekul-molekul kecil. Contohnya , perekahan fraksi minyak ringan /
beratmenjadi fraksi gas, bensin, kerosin , dan minyak solar/diesel.
b.
Reforming
Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus
menjadi rantai bercabang / alisiklik / aromatic. Sebagai Contoh , komponen
rantai lurus (C3-C6) dari fraksi bensin diubah menjadi aromatic.
c.
Alkilasi
Alkilasi adalah penggabungan molekul-molekul kecil menjadi
molekul besar.Contohnya penggabungan molekul propena dan butena menjadi
komponen fraksi bensin .
d.
Coking
Coking adalah proses perekahan fraksi residu padat menjadi
minyak baker dan hidrokarbon intermediate (produk antara). Dalam proses ini,
dihasilkan kokas (coke). (Kokas di gunakan di industri aluminium sebagai
electrode untuk ekstraksi logam Al).
5.
Pemisahan Pengotor
Dalam Fraksi
Fraksi-fraksi
mengandung berbagai pengotor antara lain senyawa organic yang mengandung
S,N,O;air;logam;dan garam anorganik. Pengotor dapat di pisahkan dengan cara
melewatkan fraksi melalui :
- Menara asam sulfat, yang berfungsi
untuk memisahkan hidrokarbon tidak jenuh, senyawa nitrogen, senyawa oksigen,
dan residu padat seperti aspal.
- Menara absorpsi, yang mengandung
agen pengering untuk memisahkan air.
- Scrubber, yang berfugsi untuk
memisahkan belerang / senyyawa belerang.
6.
Pencampuran
Fraksi
Pencampuran
fraksi dilakukan untuk mendapatkan produk akhir sesuai yang di inginkan .
Sebagai contoh :
- Fraksi bensin di campur dengan
hidrokarbon rantai bercabang / alisiklik / aromatic dan berbagai aditif untuk
mendapatkan kualitas tertentu.
- Fraksi minyak pelumas di campur
dengan berbagai hidrokarbon dan aditif untuk mendapatkan kualitas tertentu.
- Fraksi nafta dengan berbagai
kualitas (grade) untuk industri petrokimia .
3.3.Kegunaan Minyak Bumi
Kegunaan
fraksi – fraksi yang diperoleh dari minyak bumi terkait dengan sifat fisisnya
seperti titik didih dan viskositas, dan juga sifat kimianya.
a.
Gas
Umumnya
gas terdiri dari campuran metana, etana , propane atau isobutana, campuran gas
ini kemudian dicairkan pada tekanan tinggi dan diperdagangkan dengan nama LPG
(Liquipied Petroleum Gas ). Gas yang terdapat dalam LPG umumnya campuran
propane, butana, dan isobutana. LPG biasanya dikemas dalam botol-botol baja
yang beratnya 15 kg,dan dipakai sebagai bahan bakar rumah tangga.
b. Bensin
Bensin
diperoleh sebagai hasil destilasi pada suhu 70-140. bensin banyak digunakan
sebagai bahan bakar mobil dan motor
c. Napta
Napta
dikenal sebagai bensin berat, dan diperoleh sebagai hasil destilasi yang
mempunyai trayek titik didih antara 140-180. Dan Napta digunakan sebagai bahan
dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa kimia yang lain misalnya :etilena dan senyawa
aromatik yang sering digunakan untuk zat aditif pada bensin.
d. Kerosin
Kerosin
mempunyai trayek didih antara 180-250. dalam kehiduan sehari-hari, kerosin
diperdagangkan dengan nama minyak tanah.
e. Minyak Diesel
Minyakm diesel mempunyai trayek
titik didih 25-350°C minyak diesel dipergunakan sebagai bahan bakar pada
motor-motor diesel.
f. Fraksi yang menghasilkan minyak
pelumas
Paraffin
cair dan padat, teristimewa terdapat di Sumatera dan Kalimantan, paraffin
dipergunakan sebagai bahan bakar
g. Residu
Residu
yaitu zat-zat yang masih tertinggal dalam ketel. Menghasilkan petroleumasfalt
yang dipakai pada konstruksi jalan.
3.4. Daerah-daerah Penambangan Minyak Bumi Di Indonesia
Indonesia
sebagai anggota OPEC merupakan salah satu negara pengekspor minyak bumi ke negara-negara
lain.
Lapangan-lapangan
minyak yang sudah lama di antaranya Biruen (aceh Utara) sampai Tanjung Pura
(Sumut) dengan tambang-tambangnya di pase, peurelak dan pangkalan susu. Di Riau
mulai dari sungai Rokan – sungai Siak dengan pusatnya di Pekanbaru, Jambi
(Sumsel). Dengan pusat-pusatnya si Plaju dan sungai Gerong. Di Kalimantan
terdapat di daerah Balikpapan. Di Maluku terdapat di di pulau Seram, Irian Jaya
di daerah Kepala Burung, sedangkan di jawa terdapat di Kerawang – Surabaya
dengan daerah penambangan di Cepu, Blora dan Wonokromo.
Lapangan-lapangan minyak baru dalam
repelita satu adalah:
a. Lapangan minyak bumi Sinta terletak
di lepas pantai lampung selatan. Pada tahun 1973 produksinya mencapai
13.684.228 barel.
b. Lapangan minyak bumi Arjuna, di
lepas pantai utara pulau jawa, tahun 1973 produksinya mencapai 23.357.059 barel.
c. Lapangan minyak bumi Jatibarang.
Tahun 1975 produksinya mencapai 7.285.265 barel.
d. Lapangan minyak bumi kasim 3
terletak di bagian barat semenanjung kepala Burung. Pada tahun 1973 produksinya
mencapai 3.425.062 barel
Kilang minyak bumi di Indonesia ada 8 yaitu; Pangkalan Brandan. Dumai, Sungai Pakuning, Palju, sungai gerong, Wonokromo, Cepu dan Balikpapan, ke delapan kilang minyak tersebut, tahun 1975 menghasilkan 120.198.00 barel pabrik pengilangan baru terdapat di Cilacap
Kilang minyak bumi di Indonesia ada 8 yaitu; Pangkalan Brandan. Dumai, Sungai Pakuning, Palju, sungai gerong, Wonokromo, Cepu dan Balikpapan, ke delapan kilang minyak tersebut, tahun 1975 menghasilkan 120.198.00 barel pabrik pengilangan baru terdapat di Cilacap
3.5. Industri Petrokimia
Industri Petrokimia adalah industri yang memproduksi
bahan-bahan kimia dengan cara derivatisasi bahan baku minyak bumi, gas alam,
serta residu minyak bumi secara komersial.
Beberapa
industri lanjutan yang sangat erat hubungannya dengan Petrokimia;
1.
Industri plastic.
2.
Industri serat sintetis.
3.
Indsutri bahan pelumas.
4.
Industri pertisida.
5.
Industri pembuat Pelarut.
Bahan
dasar bagi industri Petrokimia:
a. Jenis paraffin dan olefin, seperti
hidrokarbon dengan jumlah atom (1,2,3 dan 4) pembuatan asam asetat, karet dan
fiber.
b. Jenis aromat (hidrokarbon aromatik)
benzena, pembuatan plastik, penol dan karet.
Beberapa
contoh proses kimia yang diterapkan pada industri pertokimia:
1. Alkilasi, yaitu penambahan gugus
alkil pada suatu bahan induk, misalnya bahan dasar detergen.
2. Dealkilasi, penghilangan gugus
alkil, misalnya pembuatan kapur barus (naftalen) dari minyak bumi.
3. Dehidrasi, penghilangan gugus H2O,
misalnya pembuatan eter dan alcohol.
4. Eterifikasi, pembuatan senyawa
ester, misalnya pembuatan etil asetat, vinil asetat.
5. polimerisasi, pembentukan polier
dari bahan yang lebih sederhana, misalnya pembuatan plastik / karet sintetis.
3.6. Gas alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa,
adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4).
Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu
bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh
bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut
biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir
sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Minyak
bumi yang terbentuk berasal dari fosil yang mengalami pengendapan Berjuta-juta
tahun lalu. Kemudian dilakukan pengeboran dan diproses / dengan proses destilsi
hingga menghasilkan minyak bumi. Adapun mutu bensin yang baik itu yang tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.. Pengusahaan dan pemanfaatan minyak serta
sumber daya energi lainnya secara tidak bertanggung jawab dan pembuangan Limbah
secara sembarangan , akan mengakibatkan pencemaran yang merupakan awal
malapetaka yang dasyat, berupa musnahnya semua bentuk kehidupan dari permukaan
bumi.
4.2. Saran
Oleh
karena minyak bumi itu proses pembentukannya lama, maka kita harus berhemat
dalam pemanfaatannya, agar minyak bumi itu tidak cepat habis. Dan penggunaan
bensin / bahan bakar haruslah yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan
alam sekitarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Annissa,
S., 2009.
Ekstraksi dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Tak Terbarukan. Makalah. Universitas Islam Bandung.
SUMBER DAYA
ALAM TERBARUKAN
(BIO GAS)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih
akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Di tengah persoalan tersebut,
pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi solusi alternative. Pada bab
ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat pennulisan, metode penyelesaian, dan sistematika penulisan
tentang penggunaan biogas sebagai pengganti BBM untuk penghasil energi.
Dengan timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang
disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, pemerintah
mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi ini secara bersama-sama
karena kenaikan harga yang mencapai 72 dolar/barel ini termasuk luar biasa ¹.
Harga ini membuat harga minyak menjadi yang tertinggi sepanjang abad 21.
Masalah ini memang sulit sebagaimana yang dikatakan oleh Wakil Presiden Jusuf
Kalla bahwa kenaikan harga minyak akan menyebabkan kenaikan subsidi bahan bakar
minyak (BBM) pada APBN 2006. Peryataan selanjutnya dikatakan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan bahwa masyarakat perlu untuk melakukan
penghematan di segala sisi termasuk penggunaan BBM, listrik, air, dan telepon
². Adapun hal yang menyebabkan keharusan setiap warga untuk melakukan proses
penghematan adalah karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi
merupakan sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Salah
satu jalan untuk melakukan penghematan BBM adalah dengan mencari sumber energi
alternatif terutama yang dapat diperbarui (renewable).
Sebagai contoh, potensi sumber daya alam yang dapat
dikembangkan menjadi sumber energi adalah batu bara, panas bumi, aliran sungai,
angin, matahari, sampah serta sumber-sumber lain yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti pohon jarak. Energi terbarukan lain yang dapat
dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai
untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio
massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah
dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti
jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian
besar terdiri atas kotoran ternak.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian dari biogas?
2. Efektifkah biogas sebagai pengganti BBM untuk menghasilkan energi?
3. Apa saja bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan biogas?
4. Apa saja kandungan yang dimiliki oleh biogas?
5. Apa perbedaan biogas dengan sumber bahan bakar lainnya?
6. Bagaimana cara pemanfaatan biogas?
2. Efektifkah biogas sebagai pengganti BBM untuk menghasilkan energi?
3. Apa saja bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan biogas?
4. Apa saja kandungan yang dimiliki oleh biogas?
5. Apa perbedaan biogas dengan sumber bahan bakar lainnya?
6. Bagaimana cara pemanfaatan biogas?
1.3. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian biogas.
2. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam biogas.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki biogas.
4. Mengetahui cara pemanfaatan dan pengolahan biogas.
2. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam biogas.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki biogas.
4. Mengetahui cara pemanfaatan dan pengolahan biogas.
1.4. Manfaat Penulisan
1.
Dapat
mengetahui perbedaan biogas dengan sumber enrgi bahan bakar lainnya.
2.
Dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki biogas.
3.
Dapat
mengetahui cara megolah biogas.
4.
Dapat
menambah wawasan.
5.
Dapat
membantu memecahkan masalah akibat kelangkaan BBM sebagi sumber energi.
6.
Dapat
memotivasi untuk menghasilkan teknologi tepat guna dalam rangka membantu
pemerintah untuk menghemat energi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Biogas
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari
material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini
tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan
sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul
pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua
jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam
asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan
sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian
senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein,
karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu
pembentukan asam dari senyawa sederhana.
Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka
tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana
dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina,
methano bacterium.
Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada
banyak aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah / limbah
yang keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang lebih
bernilai. Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil pada pengolahan limbah
industri, limbah pertanian limbah peternakan dan municipal solid waste (MSW).
2.2 Sejarah Biogas
Gas methan sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan
Roma kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan,
proses fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali
ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat
terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868),
murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), adalah orang pertama yang
memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama
dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas
methan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua
Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa
yang membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan
traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada
tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di
negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu
tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus
dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti
China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai
riset dan pengembangan alat penghasil biogas . Selain di negara berkembang,
teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman .
2.3 Prinsip Teknologi
Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang
memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara
anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan sehingga dihasilkan gas methan. Gas
methan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat
mudah terbakar. Gas methan yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga
dihasilkan energi panas. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku
industri ini adalah sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari
kotoran, dan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan
sebagainya, serta air yang cukup banyak . Proses ini sebetulnya terjadi secara
alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat .
Prinsip pembangkit biogas, yaitu menciptakan alat yang kedap
udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang
pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan
pipa penyaluran biogas yang terbentuk. Di dalam digester ini terdapat bakteri
methan yang mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas. Dengan
pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang
terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
lain-lain .
2.4 Komposisi
Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya
hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang
kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari
konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil
kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan
dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur,
kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan
zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan
menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5
ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan
membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur
trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan
membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang
kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar
kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas
serta dapat menimbukan korosif.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Biogas
Pengolahan biogas banyak macamnya, di antaranya dengan skala
besar atau skala kecil. Keduanya membutuhkan bahan baku yang sama yaitu kotoran
atau sampah organik. Perbedaannya untuk skala besar digunakan untuk menampung
energi bagi masyarakat luas dengan kegiatan atau pekerjaan yang lebih banyak.
Contohnya, pembangkit listrik di pedesaan. Sedangkan skala kecil digunakan
untuk menampung energi bagi usaha atau kegiatan yang lebih personal. Contohnya,
salah satu bahan bakar untuk memproduksi kue donat di pabrik donat. Berikut
contoh cara pembuatan biogas:
1. Kotoran sapi kira-kira 1kg atau
berapalah dibungkus plastik kemudian di kubur dalam tanah selama kurang lebih
1-3 bulan.
2. Buat wadah untuk tempatnya misalnya
gali tanah atau di tong sampah jangan lupa buat lubang atau apalah untuk
nyalurin gas yang dihasilkannya melalui selang.
3. Masukkan kotoran sapi tadi ke dalam
tempat yang sudah disediakan tadi kemudian tambahkan kotoran sapi atau sampah
organik lain tutup tempatnya tunggu sampai kotoran sapi tadi diuraikan bakteri.
3.2 Reaktor Biogas
Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan
diantaranya adalah reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung
(Floating drum), reaktor jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah,
jenis ferrocement. Dari keenam jenis digester biogas yang sering digunakan
adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum mengambang (Floating
drum). Beberapa tahun terakhi ini dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak
digunakan sebagai reaktor sedehana dalam skala kecil.
3.2.1 Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)
Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian
karena reaktor ini dibuat pertama kali di chini sekitar tahun 1930 an, kemudian
sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini
memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan
sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentu
gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu,
batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karna menahan gas aga tidak
terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan
kubah tetap karena bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan
pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik
pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih
murah daripada menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang
bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan
perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah seringnya
terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.
3.2.2 Reaktor floating drum
Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india
pada tahun 1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian
digester yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian
penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat
bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam
digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas
yang dihasilkan.
Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara
langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena
tempat penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan
kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor
korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada
reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah
tetap.
3.2.3 Reaktor balon
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan
pada skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien
dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. reaktor ini terdiri dari satu
bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing
bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian
bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi
pada rongga atas.
3.3 Proses Kerja Biogas
Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio
atau biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain
sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur.
Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain. Biogas
dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran
ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan
sebagainya, dengan air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu
sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu
ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah
dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah dicerna
oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur,
mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang
sebagaimana halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk
tanaman, atau jika akan disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di
bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung.
3.4. Manfaat dan Kelebihan yang dimiliki Biogas
- Biogas merupakan energi tanpa
menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga
biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh
penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah.
- Energi biogas dapat berfungsi
sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan menurunkan gas rumah
kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
- Metana merupakan salah satu gas
rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan
menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di
udara.
- Limbah berupa sampah kotoran hewan
dan manusia merupakan material yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa
menngakibatkan racun yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan
meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
- Selain keuntungan energi yang
didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan gas bio, produk
samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik
digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai
pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat.
3.5. Perhitungan Peluang Pemanfaatan Biogas dalam Mengatasi Masalah BBM di
Indonesia
Program penghapusan BBM yang dilaksanakan pada tahun 2005
akan menjadi momentum yang tepat dalam penggunaan energi alternatif seperti
biogas. Hal ini bisa dihitung dengan adanya jumlah bahan baku biogas yang
melimpah dan rasio antara energi biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan
(8900 kkal/m3 gas methan murni) .
Hal yang pertama harus diperhitungkan dalam menghitung
jumlah energi yang dihasilkan adalah berapa banyak jumlah bahan baku yang
dihasilkan. Jumlah bahan baku gas ini didapatkan dengan menjumlahkan jumlah
feses dan sampah organik yang dihasilkan setiap hari. Jumlah bahan baku ini
akan menentukan berapa jumlah energi dan volume alat pembentuk biogas .
Sebagai pertimbangan, telah diketahui di China dan India,
dalam 1 hari jumlah feses yang dihasilkan 1 ekor sapi adalah 5 kg dan 80
kilogram kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya
dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas . Jika diasumsikan bahwa jumlah feses
manusia yang dihasilkan sebanyak 0.5 kg/hari/orang, 1 keluarga terdiri dari 5
orang, dan setiap keluarga memelihara 1 ekor sapi, serta 1 desa terdiri dari 40
orang, maka akan didapatkan hasil perhitungan jumlah feses yang dihasilkan
sebanyak 140 kg feses/ hari. Dengan jumlah ini, maka biogas yang dihasilkan
setiap hari sebanyak 1,75 m3/hari atau sebesar 15.575 kkal/hari.
Hal ini akan semakin mengejutkan dengan adanya perhitungan
bahwa jumlah penduduk indonesia berdasarkan data statistik pada tahun 2000
sebanyak lebih dari 200 juta jiwa . Dengan hanya mengandalkan asumsi
perhitungan jumlah kotoran manusia tanpa memperhitungan sampah organik dan
feses hewan ternak, akan didapatkan hasil feses sebanyak 100 juta kg feses/hari
atau 1,25 juta m3/hari atau 11.125 juta kkal/hari. Apabila dengan asumsi
konversi 1 J = 4.2 kal maka akan didapatkan hasil total energi yang dihasilkan
hanya dari jumlah penduduk adalah sebesar 30.66 MW.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya global warming (pemanasan global), berkurang
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui seperti BBM, biogas dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang muncul tentang itu. Biogas merupakan sistem
teknologi penghasil energi dengan menggunakan bahan baku kotoran atau sampah
organik. Menerapkan sistem fermentasi bakteri diciptakanlah alat biogas yang
dapat dipergunakan sebagai penghasil energi dan pembangkit listrik. Bahan yang
mudah didapatkan dan biaya yang tidak mahal sangat membantu masyarakat dalam
menyelasaikan permasalahan ekonomi khususnya dengan naiknya harga BBM.
4.2 Saran
Dari uraian dan kesimpulan yang telah disusun maka penyusun
ingin memberikan saran:
1. Semoga masyarakat luas dapat
mempraktikan teknologi ini secara langsung.
2. Teknologi terus dikaji lebih dalam
agar dapat menarik masyarakat untuk menggunakannya.
3. Adanya sosialisasi dan penyuluhan
dari para peneliti ilmuan atau pemerintah terhadap masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Burhani Rahman. Biogas Sumber Energi Alternatif. http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1123717100
Franky, dkk. Contoh Karya Ilmiah Kelas X. http://binacc.blogspot.com/2008/06/contoh-karya-ilmiah-kelas-x.html
Agung Pambudi. Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif.
http://www.dikti.go.id http://ditnaga-dikti.org-admin@dikti.org
Agus Mardiansyah. Re:
Cara membuat Biogas? bagaimana???. http://www.blogspot.com-admin@blogsspot.com
Juanda, Asep dkk.
2006. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA. Bandung: Pustaka Setia.
SUMBER
DAYA ALAM TERBARUKAN
( HUTAN MANGROVE )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu bagian terpenting
dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah
pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah pantai dan
pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah interaksi/peralihan
(interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri
yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar serta jasa lingkungan
lainnya. Kekayaan sumber daya yang dimiliki wilayah tersebut menimbulkan daya
tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan secara langsung atau untuk
meregulasi pemanfaatannya karena secara sektoral memberikan sumbangan yang
besar dalam kegiatan ekonomi misalnya pertambangan, perikanan, kehutanan,
industri, pariwisata dan lain-lain.
Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang
dipengaruhi daratan dan lautan, yang mencakup
beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem hutan mangrove. Hutan
mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan penting di wilayah
pesisir dan kelautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien
bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan (nursery ground)
berbagai macam biota, penahan abrasi pantai, amukan angin taufan dan tsunami,
penyerap limbah, pencegah interusi air laut, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis yang tinggi seperti
sebagai penyedia kayu, obat-obatan, alat dan teknik penangkapan ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Mangrove
Mangrove berasal dari kata
mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan (Odum. 1983). Di Suriname,
kata mangro pada mulanya merupakan kata yang umum dipakai untuk jenis Rhizophora
mangle (Karsten 1890 dalam Chapman 1976). Di Portugal, kata mangue
digunakan untuk menunjukkan suatu individu pohon dan kata mangal untuk komunitas
pohon tersebut. Di Perancis, padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata
menglier. MacNae (1968) menggunakan kata mangrove untuk individu tumbuhan dan
mangal untuk komunitasnya. Di lain pihak, Tomlinson (1986) dalam
Wightman (1989) menggunakan kata mangrove baik untuk tumbuhan maupun
komunitasnya, dan Davis (1940) dalam Walsh (1974)
menyebutkan bahwa kata mangrove merupakan istilah umum untuk pohon yang hidup
di daerah yang berlumpur, basah dan terletak
di perairan pasang surut daerah tropis. Meskipun terdapat perbedaan dalam
penggunaan kata, Mepham dan Mepham (1985)dalam Wightman (1989)
menyatakan bahwa pada umumnya tidak perlu dikacaukan dalam penggunaan
kontekstual dari kata-kata tersebut.
Kusmana (2002), mengemukakan bahwa mangrove adalah suatu
komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas
tersebut di daerah pasang surut. Hutan
mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air
laut, tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang
rendah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Fungsi dan Manfaat Hutan mangrove
Saenger (1983); Salim
(1986); dan Naamin (1990) menyatakan bahwa fungsi ekosistem mangrove mencakup: fungsi
fisik; menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi
laut (abrasi) dan intrusi air laut; dan mengolah
bahan limbah. Fungsi biologis ;
tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air; tempat
bersarangnya burung; habitat alami bagi
berbagai jenis biota. Fungsi ekonomi sebagai sumber bahan bakar
(arang kayu bakar), pertambakan, tempat
pembuatan garam, dan bahan bangunan.
Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem
padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam stabilisasi suatu
ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis, disamping itu, ekosistem mangrove merupakan sumber plasma
nutfah yang cukup tinggi (misal, mangrove
di Indonesia terdiri atas 157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, 118 jenis fauna laut dan berbagai jenis fauna
darat (Kusmana, 2002). Ekosistem mangrove juga merupakan perlindungan pantai
secara alami untuk mengurangi resiko
terhadap bahaya tsunami. Hasil penelitian yang dilakukan di Teluk Grajagan, Banyuwangi, Jawa Timur,
menunjukkan bahwa dengan adanya ekosistem mangrove telah terjadi reduksi tinggi
gelombang sebesar 0,7340, dan perubahan energi gelombang sebesar (E) = 19635.26
joule (Pratikto dkk., 2002).
Karena karakter pohon
mangrove yang khas, ekosistem mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan
badai, pelindung abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Disamping itu, ekosistem mangrove juga
merupakan penghasil detritus dan
merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding
ground), serta daerah pemijahan (spawning ground) bagi berbagai
jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya.
Juga sebagai pemasok larva ikan, udang, dan sebagai tempat pariwisata. Menurut
Hardjosento (1981) dalam Saenger (1983),
hasil dari hutan mangrove dapat berupa kayu, bahan bangunan, chip, kayu bakar,
arang kulit kayu yang menghasilkan tanin (zat penyamak) dan lain-lain. Selanjutnya Saenger, (1983) juga merinci
hasil-hasil produk dari ekosistem hutan mangrove berupa :
a.
Bahan bakar; kayu bakar, arang dan alkohol.
b.
Bahan bangunan; balok perancah, bangunan,
jembatan, balok rel kereta api,
pembuatan
kapal, tonggak dan atap rumah. Tikar bahkan pagar pun menggunakan jenis yang
berasal dari hutan mangrove.
c.
Makanan; obat-obatan dan minuman, gula
alkohol, asam cuka, obat- obatan.
d.
Perikanan; tiang-tiang untuk perangkap
ikan, pelampung jaring, pengeringan ikan, bahan penyamak jaring dan
lantai.
e. Pertanian, makanan ternak, pupuk dsb.
f. Produksi kertas; berbagai macam kertas
Hutan mangrove merupakan
sumber daya alam daerah tropis yang mempunyai
manfaat ganda baik dari aspek sosial ekonomi maupun ekologi. Besarnya
peranan ekosistem hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya
jenis hewan baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk- tajuk
pohon mangrove atau manusia yang bergantung pada hutan mangrove tersebut
(Naamin, 1991). Manfaat ekonomis
diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu
(kayu bakar, arang, kayu konstruksi) dan hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan
dan pariwisata). Manfaat ekologis, yang
terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan
dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya :
• Sebagai
proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang
• Pengendali intrusi air
laut
• Habitat berbagai jenis
fauna
• Sebagai tempat mencari
makan, memijah dan berkembang biak berbagai
jenis ikan dan udang
• Pembangun lahan melalui
proses sedimentasi
• Pengontrol penyakit
malaria
• Memelihara kualitas air
(meredukasi polutan, pencemar air)
• Penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif
tinggi disbanding tipe hutan lain.
Lebih lanjut Dinas Perikanan
Provinsi Jawa Timur (1994), menyatakan bahwa
ekosistem hutan mangrove mempunyai peranan dan fungsi penting yang dapat
mendukung kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung, adalah
sebagai berikut
1. Fungsi ekologis ekosistem hutan mangrove menjamin terpeliharanya:
a. Lingkungan fisik, yaitu perlindungan pantai terhadap
pengikisan oleh ombak dan angin, pengendapan sedimen, pencegahan dan
pengendalian intrusi air laut ke wilayah
daratan serta pengendalian dampak pencemaran air laut.
b. Lingkungan biota, yaitu sebagai tempat berkembang biak dan
berlindung biota perairan seperti ikan,
udang, moluska dan berbagai jenis reptil serta jenis-jenis burung serta
mamalia. c. Lingkungan hidup daerah di sekitar lokasi (khususnya iklim makro).
2. Fungsi Sosial dan ekonomis, yaitu sebagai:
a. Sumber mata pencaharian
dan produksi berbagai jenis hasil hutan dan
hasil hutan ikutannya.
b. Tempat rekreasi atau
wisata alam.
c. Obyek pendidikan, latihan
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Secara garis besar ekosistem
hutan mangrove mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologis dan
fungsi sosial ekonomi Dahuri
(2004).
Fungsi
ekologis ekosistem hutan adalah sebagai berikut :
a.
Dalam ekosistem hutan mangrove
terjadi mekanisme hubungan antara ekosistem mangrove dengan jenis-jenis
ekosistem lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang.
b.
Dengan sistem perakaran yang kokoh
ekosistem hutan mangrove mempunyai kemampuan
meredam gelombang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari abrasi, gelombang
pasang dan taufan.
c.
Sebagai pengendalian banjir, hutan mangrove
yang banyak tumbuh di daerah estuaria juga dapat berfungsi untuk mengurangi
bencana banjir.
d.
Hutan mangrove dapat berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar (environmental
service), khususnya bahan-bahan organic.
e.
Sebagai penghasil bahan
organik yang merupakan mata rantai utama dalam jaring-jaring makanan di
ekosistem pesisir, serasah mangrove yang gugur dan jatuh ke dalam air akan menjadi substrat yang
baik bagi bakteri dan sekaligus berfungsi membantu proses pembentukan daun-daun
tersebut menjadi detritus. Selanjutnya
detritus menjadi bahan makanan bagi hewan pemakan seperti : cacing, udang-udang kecil dan akhirnya
hewan-hewan ini akan menjadi makanan larva ikan, udang, kepiting dan hewan
lainnya.
f.
Merupakan daerah asuhan (nursery
ground) hewan-hewan muda (juvenile stage) yang akan bertumbuh kembang
menjadi hewan-hewan dewasa dan juga merupakan daerah pemijahan (spawning
ground) beberapa perairan seperti udang, ikan dan kerang-kerangan.
3.2. Kondisi Mangrove di Indonesia
Luas
ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia
Tenggara, atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem
mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang tertinggi di dunia.
Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Luas penyebaran mangrove
terus mengalami penurunan dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadi sekitar
3,24 juta hektar pada tahun 1987, dan tersisa seluas 2,50 juta hektar pada
tahun 1993. Kecenderungan penurunan tersebut mengindikasikan bahwa terjadi
degradasi hutan mangrove yang cukup
nyata, yaitu sekitar 200 ribu hektar/tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan konversi menjadi lahan tambak,
penebangan liar dan sebagainya (Dahuri,
2002). Indonesia memiliki vegetasi hutan mangrove yang keragaman jenis yang tinggi.
Jumlah jenis yang tercatat mencapai 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis
pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Terdapat sekitar 47 jenis vegetasi yang
spesifik hutan mangrove. Dalam hutan
mangrove, paling tidak terdapat salah
satu jenis tumbuhan mangrove sejati, yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizoporaceae (Rhizophora,
Bruguiera, dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae
(Avicennia), dan Meliaceae (Xylocarpus). Pohon mangrove sanggup beradaptasi terhadap
kadar oksigen yang rendah, terhadap salinitas yang tinggi, serta terhadap tanah
yang kurang stabil dan pasang surut (Kusmana, 2002). Ekosistem mangrove terdiri
dari hutan atau vegetasi mangrove yang merupakan komunitas pantai tropis. Secara umum, karakteristik habitat hutan mangrove tumbuh pada daerah intertidal yang
jenis tanahnya berlumpur, berlempung,
dan/atau berpasir. Daerah habitat
mangrove tergenang air laut secara berkala, setiap hari, atau pada saat pasang
purnama. Frekuensi genangan menentukan
komposisi vegetasi hutan mangrove. Hutan
mangrove menerima pasokan air tawar yang
cukup dari darat serta terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Habitat hutan mangrove memiliki air
bersalinitas payau (2-22 bagian per mil)
hingga asin (mencapai 38 bagian permil).
Hutan mangrove banyak ditemukan
di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, dan daerah pantai yang terlindung.
3.3. Penyebab Rusaknya Ekosistem Mangrove
Seperti kita ketahui, hutan
mangrove merupakan tipe ekosistem peralihan darat dan laut yang mempunyai multi fungsi,
yaitu selain sebagai sumberdaya potensial
bagi kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi, sosial juga merupakan pelindung pantai dari hempasan
ombak. Oleh karena itu dalam usaha pengembangan
ekonomi kawasan mangrove seperti pembangkit tenaga listrik, lokasi rekreasi, pemukiman dan sarana
perhubungan serta pengembangan pertanian pangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan harus
mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya wilayah pesisir. Pertumbuhan penduduk yang
pesat menyebabkan tuntutan untuk mendayagunakan sumberdaya mangrove terus
meningkat. Secara garis besar ada dua faktor penyebab kerusakan hutan mangrove,
yaitu :
1.
Faktor manusia
yang merupakan faktor
dominan penyebab kerusakan hutan mangrove dalam hal pemanfaatan lahan yang
berlebihan.
2.
Faktor alam, seperti :
banjir, kekeringan dan hama
penyakit, yang merupakan faktor penyebab yang relatif kecil (Tirtakusumah,
1994).
Faktor-faktor yang mendorong
aktivitas manusia untuk memanfaatkan hutan mangrove dalam rangka mencukupi
kebutuhannya sehingga berakibat rusaknya hutan (Perum Perhutani 1994), antara
lain : a. Keinginan untuk membuat pertambakan dengan lahan yang terbuka dengan harapan ekonomis dan menguntungkan, karena
mudah dan murah. b. Kebutuhan kayu bakar yang sangat mendesak untuk rumah
tangga, karena tidak ada pohon lain di
sekitarnya yang bisa ditebang. c. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan
berbagai fungsi hutan mangrove. d. Adanya kesenjangan sosial antara petani
tambak tradisional dengan pengusaha tambak modern, sehingga terjadi proses jual
beli lahan yang sudah tidak rasional. Tekanan pada ekosistem mangrove yang
berasal dari dalam, disebabkan karena
pertumbuhan penduduk dan yang dari luar sistem karena reklamasi lahan dan
eksploitasi mangrove yang makin meningkat telah menyebabkan perusakan menyeluruh
atau sampai tingkat-tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Dibeberapa tempat ekosistem mangrove telah
diubah sama sekali menjadi ekosistem lain. Terdapat ancaman yang semakin besar
terhadap daerah mangrove yang belum diganggu dan terjadi degradasi lebih lanjut
dari daerah yang mengalami tekanan baik
oleh sebab alami maupun oleh perbuatan manusia (UNDP/UNESCO 1984).
Menurut Soesanto dan Sudomo
(1994) Kerusakan ekosistem mangrove dapat
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :
1. Kurang dipahaminya kegunaan ekosistem mangrove.
2. Tekanan ekonomi masyarakat miskin yang bertempat tinggal dekat
atau sebagai bagian dari
ekosistem mangrove.
3. Karena pertimbangan ekonomi lebih dominan daripada pertimbangan
lingkungan hidup.
Menurut Sugandhy (1994)
beberapa permasalahan yang terdapat di kawasan hutan mangrove yang berkaitan
dengan upaya kelestarian fungsinya adalah :
1. Pemanfaatan Ganda Yang Tidak
Terkendali
Pemanfaatan ganda antar
berbagai sektor dan Penggunaan sumberdaya yang berlebihan telah menyebabkan
terjadi pengikisan pantai oleh air laut. Sesuai dengan fungsi hutan mangrove
sebagai penahan ombak. Di beberapa daerah kawasan pantai hutan mangrove sudah
banyak yang hilang sehingga lahan pantai terkikis oleh ombak. Di wilayah Teluk
Jakarta pemanfaatan yang ada sekarang saling berkompetisi, seperti perluasan areal
pelabuhan, industri, transportasi laut, permukiman dan kehutanan. Demikian juga di Bali ,
khususnya di kawasan hutan mangrove Suwung, pembangunan landasan udara Ngurah Rai Bali
menyebabkan pantai Kuta terabrasi.
Pemanfaatan demikian yang kurang menguntungkan ditinjau dari aspek keseimbangan lingkungan, karena dapat
menyebabkan kerusakan dan pencemaran
lingkungan wilayah pesisir. Disamping
itu, pengelolaan hutan mangrove belum berkembang, baik dalam hal silvikultur,
sumberdaya manusia, kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasannya.
Akibatnya banyak terjadi perusakan hutan mangrove seperti penebangan yang tidak terkendali,
sehingga pemanfaatannya melampaui
kemampuan sumberdaya alam untuk meregenerasi.
2. Permasalahan Tanah Timbul Akibat
Sedimentasi Yang Berkelanjutan
Di daerah muara sungai
banyak dijumpai tanah timbul karena endapan lumpur yang terus-menerus terbawa
dari daerah hulu sungai. Permasalahan
utama yang muncul adalah tentang status tanah timbul tersebut. Karena lokasinya
umumnya berdekatan dengan lahan kehutanan,
maka sering terjadi status penguasaannya langsung menjadi kawasan hutan,
walaupun oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk kepentingan mereka, tanpa mengindahkan status
tanahnya. Hal ini sering menimbulkan konflik penguasaan. Contoh : kasus kawasan
di Segara Anakan, dan kawasan Pantura Jawa, kawasan Sulawesi Selatan dan lain-lain.
3. Konversi Hutan Mangrove,
Hampir semua bentuk
pemanfaatan lahan di wilayah pesisir berasal dari konversi hutan mangrove.
Hutan mangrove sepanjang pantai utara Jawa, Bali Selatan dan Sulawesi Selatan
bagian barat telah dikonversi menjadi kawasan permukiman, tambak, kawasan
industri, pelabuhan, lading garam dan lain-lain. Kebanyakan konversi hutan
mangrove menjadi bentuk pemanfaatan lain belum banyak ditata berdasarkan kemampuan dan peruntukan
pembangunan, sehingga menimbulkan kondisi yang kurang
menguntungkan dilihat dari manfaat regional dan nasional. Oleh karena itu
pemanfaatan hutan mangrove yang tersisa atau upaya rehabilitasinya harus sesuai dengan potensi dan rencana
pemanfaatan yang lainnya dengan
mempertimbangkan kelestarian ekosistem, manfaat ekonomi dan penguasaan
teknologi.
4. Permasalahan Sosial Ekonomi
Meningkatkannya pertumbuhan
penduduk dan laju pembangunan di wilayah
pesisir, khususnya Jawa, Bali, Sulawesi dan Lampung menyebabkan timbulnya ketidak seimbangan antara
permintaan kebutuhan hidup, kesempatan dengan persediaan sumber daya alam pesisir yang ada . Upaya pengembangan
pertanian intensif (coastal
agriculture), dan kegiatan serta kesempatan yang berorientasi kelautan masih terbatas dikembangkan. Di pantai utara
Jawa, hampir semua hutan mangrove telah habis dirombak menjadi kawasan
pemukiman, perhotelan, tambak dan sawah yang berorientasi kepada ekosistem
daratan. Pemanfaatan sumber daya alam wilayah pesisir mestinya tidak hanya
terbatas pada hutan mangrove atau tambak
saja tapi juga eksploitasi terumbu karang yang telah melampaui batas, sehingga
sulit dapat pulih kembali. Hal ini terjadi di Bali Selatan, pantai utara Jawa Tengah.
5. Permasalahan Kelembagaan dan Pengaturan Hukum Kawasan Pesisir dan
Lautan
Sering terjadi tumpang
tindih, konflik dan ketidakjelasan kewenangan antara instansi sektoral pusat
dan daerah. Hal tersebut menyebabkan simpang siur tanggung jawab dan prosedur
perizinan untuk kegiatan pembangunan
pesisir dan lautan. Contahnya seperti pembukaan lahan di kawasan pesisir, usaha
penggalian pasir laut, reklamasi, penangkapan ikan dan pengambilan terumbu karang dan
lain-lain. Akibat tersebut menyebabkan terus meningkatnya perusakan ekosistem
kawasan pesisir dan lautan khususnya
kawasan hutan mangrove.
6. Permasalahan Informasi Kawasan
Pesisir
Keberadaan data dan
informasi serta ilmu pengetahuan teknologi yang berkaitan dengan tipologi ekosisitem pesisir
Keanekaragaman hayati, lingkungan sosial
budaya, peluang ekonomi dan peran serta keluarga, sumber daya hutan mangrove
masih terbatas sehingga belum dapat mendukung
penataan ruang kawasan pesisir, pembinaan dalam pemanfaatan secara lestari,
perlindungan kawasan serta rehabilitasinya.
3.4. Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove yang
rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi/rehabilitasi. Restorasi dipahami sebagai usaha
mengembalikan kondisi lingkungan kepada
kondisi semula secara alami. Campur tangan manusia diusahakan sekecil mungkin
terutama dalam memaksakan keinginan untuk menumbuhkan jenis mangrove tertentu
menurut yang dipahami/diingini manusia. Dengan demikian, usaha restorasi
semestinya mengandung makna memberi jalan/peluang
kepada alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri. Kita manusia pelaku
mencoba membuka jalan dan peluang serta mempercepat proses pemulihan terutama
karena dalam beberapa kondisi, kegiatan restorasi secara fisik akan lebih murah
dibanding kita memaksakan usaha penanaman mangrove secara langsung. Restorasi perlu
dipertimbangkan ketika suatu sistem telah berubah dalam tingkat tertentu sehingga tidak dapat lagi
memperbaiki atau memperbaharui diri secara
alami. Dalam kondisi seperti ini, ekositem homeastatis telah berhenti secara
permanen dan proses normal untuk suksesi tahap kedua atau perbaikan secara
alami setelah kerusakan terhambat oleh berbagai sebab. Secara umum, semua
habitat bakau dapat memperbaiki kondisinya secara alami dalam waktu 15 - 20 tahun jika: (1)
kondisi normal hidrologi tidak terganggu, dan (2) ketersediaan biji dan bibit
serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi. Jika kondisi hidrologi adalah normal atau
mendekati normal tetapi biji bakau tidak dapat mendekati daerah restorasi, maka
dapat direstorasi dengan cara penanaman.
Oleh karena itu habitat bakau dapat diperbaiki tanpa penanaman, maka rencana restorasi harus terlebih dahulu
melihat potensi aliran air laut yang terhalangi
atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan bakau (Kusmana, 2005). Dahuri dkk (1996)
menyatakan, terdapat tiga parameter lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
mangrove, yaitu: (1) suplai air tawar dan salinitas, dimana ketersediaan air
tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Ketersediaan air tawar tergantung pada (a)
frekuensi dan volume air dari system sungai dan irigasi dari darat, (b)
frekuensi dan volume air pertukaran pasang surut, dan (c) tingkat evaporasi ke atmosfer.
(2) Pasokan nutrien: pasokan nutrient bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh
berbagai proses yang saling terkait, meliputi
input dari ion-ion mineral an-organik dan bahan organik serta pendaurulangan nutrien. Secara internal melalui jaringan-jaringan
makanan berbasis detritus (detrital food web).
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hutan mangrove merupakan tipe ekosistem peralihan darat dan laut yang mempunyai multi fungsi,
yaitu selain sebagai sumberdaya
potensial bagi kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi, sosial
juga merupakan pelindung pantai dari
hempasan ombak. Oleh karena itu dalam usaha
pengembangan ekonomi kawasan mangrove seperti pembangkit tenaga listrik, lokasi rekreasi, pemukiman dan sarana
perhubungan serta pengembangan pertanian pangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan harus
mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya wilayah pesisir. Pertumbuhan penduduk yang
pesat menyebabkan tuntutan untuk mendayagunakan sumberdaya mangrove terus
meningkat.
4.2. Saran
Dari
hasil pembahasan diatas maka penulis dapat memberikan sedikit masukan atau
saran yaitu
1.
Pada instansi terkait dengan
kehutanan di harapkan memberikan penyuluhan dan pemahaman kepada masyarakat
tentang kegunaan ekosistem mangrove.
2.
Memberikan peluang kerja
untuk menjaga dan mengawasi kepada masyarakat miskin yang bertempat tinggal
dekat dari ekosistem mangrove agar
kelestariannya bisa terjaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Bengkulu Utara,
Bengkulu. 2004. Jakarta .
Dahuri, R, J. Rais, S.P. Ginting, M.J.
Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dahuri, R.
2002. Integrasi Kebijakan Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem mangrove di Jakarta , 6-7 Agustus 2002
Golar, 2002. Presfektif
Pengolahan Hutan Berbasis masyarakat: Antara Harapan dan Kenyataa. Ekspose Hasil-Hasil
Penelitian Kolaboratif. Dinas Kehutanan Propinsi Sulawesi
Tengah. Indonesia .
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Departemen Kehutanan. 2001. Eksekutif. Data Strategis Kehutanan.
Badan Planologi Kehutanan.
Jakarta.
Paimin, E. Savitri, S.
Hartati. Pedoman Survai Sumberdaya Lahan Untuk Perencanaan Konservasi Tanah di
Indonesia. Cet. Ke-3. Project Report No 2. Sci. Report No.11. MOF-DENGANRLR and
DSIR.
saya ingin berbagi dengan siapa pun di sini yang mencari pinjaman untuk bisnis atau pinjaman pribadi untuk menghubungi mr pedro di pedroloanss@gmail.com karena mr pedro dan perusahaan pinjamannya adalah semua yang saya percaya ketika datang ke solusi situasi keuangan jadi saya merekomendasikan ada yang mencari bantuan keuangan untuk menghubungi mr pedro dengan pinjaman 2 tingkat pengembalian tahunan, sekarang? Anda mengerti mengapa saya akan memilih pedro dengan perusahaan pinjamannya 100 keuangan asli.
BalasHapus